32. kesal?

12K 679 23
                                    

Happy reading guys, sebelumnya mksii bngtt, cerita aku udah tembus 200k pembaca, seneng bngtt, makasii yaa, tapi aku mohon, vote yaa, masaa pembacanya bnykk tapi yg vote dikitt, emng cerita aku krng seru yaaa?......

.
.
.

Saat ini Winter tengah bekerja di kantor nya atas paksaan dari Azelia, ia benar-benar tak fokus bekerja. Mengingat Azelia yang tengah mengandung pun membuat Winter menjadi senyum-senyum sendiri.

Clek

"Tu..." Ucapan Jendra terhenti, dia sekretaris Winter, kenapa bosnya ini senyum-senyum sendiri, seperti... Salah tingkah. Bukan, ini bukan bosnya, Winter sangat datar bahkan jarang tersenyum.

Tuk

"Aw... Sialan, kenapa kau memukulku" ucap Winter tidak terima dengan nada datar, Jendra meringis, ia salah, ini memang bosnya.

"Maaf, tu-tuan, saya pikir em em" ucap Jendra mencari alasan, Winter memutar bola matanya malas.

"Kenapa" ucap Winter datar dan tajam.

"Ah iya, ada nyamuk tadi" ucap Jendra saat menemukan alasan yang bagus di dalam kepalanya.

"Kenapa sekuat itu kau memukulku" ucap Winter sinis, Jendra hanya memberikan senyuman lebarnya.

"Ngomong-ngomong aku ingin memberitahu sesuatu kepadamu" ucap Winter, Jendra menjadi penasaran, jarang-jarang bosnya ini mau mengajak berbicara dahulu kecuali urusan penting.

"Kenapa tuan" tanya Jendra penasaran.

"Sini aku bisikkan" ucap Winter, Jendra mendekatkan telinganya ke arah Winter.

"Kau di pe cat" ucap Winter berbisik, Jendra yang mendengarnya pun terkejut bagai di sambar petir di siang bolong. Tak lama Winter tertawa lebar, mimik muka Jendra sangatlah lucu, seperti orang yang sedang menahan buang air besar.

"Hahaha, kau lucu sekali, wajahmu terlihat seperti orang bodoh, hahaha, perutku sakit sekali" ucap Winter tertawa terbahak-bahak, Jendra hanya menatap horor ke arah Winter, sialan, pria tampan didepannya ini mempermainkannya.

"Apa yang kau lihat, kau seperti orang aneh saja" ucap Winter ketus, Jendra hanya menghela nafas kasar, bisa-bisanya ia yang dikatai aneh, dasar tidak ngaca, ia lebih suka bosnya yang seperti biasa, yang didepannya ini siapa.

"Tahan sebentar ya, ini tidak akan sakit" ucap dokter yang memeriksa Lula, ia perlahan membuka perban dikepala Lula.

"Luka nona Lula sudah hampir sembuh Bu, lain kali harus hati-hati ya Bu, untung saja tidak parah" ucap dokter itu dan memberikan catatan obat untuk Lula.

"Iya dokter, terimakasih" ucap Azelia kemudian tersenyum, dokter itu berpamitan dan pergi dari kamar Azelia.

"Ada yang sakit lagi gak" tanya Barsha lembut, Lula menggeleng. 

"Eh, Azelia, kamu beberapa hari ini gak pengen sesuatu gitu?" Tanya Barsha penasaran, Azelia menggeleng, ia juga heran, padahal waktu mengandung ketiga anaknya, ia menginginkan ini dan itu, tetapi tetap ia tahan karena malu dengan Winter, apabila ia bisa sendiri kenapa tidak, kecuali saat mengandung Jeffran, karena saat itu hubungan mereka masih baik-baik saja.

Azelia mengelus lembut perutnya yang mulai terlihat sedikit tonjolan. Ia tak sabar menantikan buah hatinya. "Lula lapar mom" ucap Lula yang membuat perhatian Azelia dan Barsha teralihkan, mereka tertawa melihat ekspresi wajah Lula.

"Iyaa, mau mom suap?" Tanya Azelia, Lula menggeleng.

"Jasmine" panggil Azelia, Jasmine datang dengan tergesa-gesa. "Ada apa nyonya" jawab Jasmine lembut.

Sorry, I'm BackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang