4. mulai luluh

57.1K 3.9K 25
                                        

Azelia bangun karena mendengar alarm dari ponselnya, ini sudah jam enam pagi, ia harus segera menyiapkan sarapan untuk mereka, meskipun ini adalah hari libur, mereka akan tetap sarapan di jam yang sama.

Ngomong-ngomong mengenai butik Azelia, ia telah menyuruh orang kepercayaannya untuk mengurus butik itu sampai urusannya selesai. Saat akan berdiri tiba-tiba ada notifikasi, ternyata itu adalah pesan dari Bianca, Azelia memutuskan mengabaikan pesan dari Bianca.

Kemudian Azelia bergegas mandi, karena ia akan memasak untuk suami dan anak-anaknya.

Azelia telah selesai dengan masakannya, ia memasak nasi goreng, dengan beberapa suwiran ayam dan telur mata sapi, semoga mereka menyukainya, sebenarnya tadi ia sempat dilarang memasak oleh para pembantunya, tetapi Azelia tetap bersikeras, lagi pula ini tugasnya.

Saat telah selesai, Winter pun keluar dengan keadaan sudah mandi, saat melihat Winter, Azelia tersenyum dan mempersilahkan Winter untuk duduk, pria itu menatap Azelia sebentar, kemudian memutuskan untuk duduk.

Lalu disusul anak-anak yang keluar dari kamar Alvaro, Azelia menyapa ketiganya.

"Selamat pagi sayang, ayo duduk kita sarapan" ucap Azelia dengan senyumnya, tetapi Jeffran dan Leandro hanya diam, kecuali Alvaro ia tersenyum walau agak ragu, Azelia tertegun, Alvaro tersenyum kepadanya, rasanya tidak mungkin, semua rasa lelahnya tiba-tiba hilang.

"Ayo sayang, kamu duduk di samping mom" ujar Azelia sambil menarik lembut tangan Alvaro, seketika Alvaro dan semuanya terdiam.

"Kamu harus makan yang banyak, sini apa mau mom suapkan" tanya Azelia dengan senyumnya. Alvaro awalnya ragu, tetapi akhirnya ia mengangguk, ia tidak pernah merasakan suapan dari mommy nya, bagaimana rasanya.

"Aaaaa, buka mulutnya Al" perintah Azelia, Alvaro membuka mulutnya, saat merasakan nasi goreng tersebut, ini sangat enak, rasa nasi goreng bibi Yuna tidak seperti ini. Lalu Alvaro membuka mulut untuk suapan-suapan selanjutnya, sesekali Azelia tertawa melihat ada nasi di tepi bibir Alvaro, sedangkan yang lainnya, mereka menatap iri, Meraka sebenarnya juga ingin, tetapi ego mereka lebih penting.

Saat akan menyuapkan nasi yang terakhir kali, tiba-tiba suara seseorang mengganggu atensi mereka, Azelia sangat membenci suara itu, suara orang munafik.

"Morning semuanya, apakah aku mengganggu" lalu mencium satu persatu pipi anak-anaknya, dulu Azelia biasa saja, tapi sekarang ia yakin perempuan itu ingin mengambil hati anak-anaknya.

"Bianca, bisakah kamu sedikit sopan kepada anak-anakku" ucap Azelia tegas. Mereka semua terkejut termasuk Winter, bukannya istrinya ini sangat menyukai sahabat nya ini, sebenarnya ia sangat tidak menyukai Bianca, karena dia pula hubungan ia Dan Azelia retak. Tetapi Azelia selalu membela Bianca.

"Ah, Zelia biasannya tidak apa-apa jika aku mencium anak-anakmu, ah lupakan kenapa kamu tidak menjawab pesanku, aku sangat khawatir kepadamu" ucap Bianca dengan nada khawatir, Azelia tau itu hanyalah sandiwara.

"Aku tidak membuka ponselku" balas Azelia singkat, sebenarnya Bianca ragu, karena biasanya Azelia pasti selalu membuka ponsel nya.

"Oh baiklah, aku juga ingin ikutan sarapan, boleh kan" tanya Bianca yang di angguki oleh Azelia.

"Ngomong-ngomong siapa yang membuat ini, rasanya enak sekali, berbeda dengan nasi goreng sebelumnya" tanya Bianca di sela-sela kunyahannya.

"Aku yang membuatnya" jawab Azelia, seketika Winter, Jeffran dan Leandro tersedak.

"Astaga, kalian kenapa" ucap Azelia khawatir lalu mengambilkan mereka minum. Bianca terkejut, kenapa Azelia berubah seperti ini, ada yang aneh.

"Em Winter, ngomong-ngomong bukannya kamu butuh sekretaris?" tanya Bianca di sela-sela kunyahannya. Saat Winter akan menjawab, Azelia lebih dulu berbicara.

"Winter sudah mempunyai sekertaris baru, iya kan sayang" ucap Azelia dengan penuh tekanan. Winter yang mendengar itu tiba-tiba tersedak air ludahnya sendiri.

Ia terkejut bukan main karena Azelia mengatakan kalau ia sudah punya sekretaris, tetapi karena perkataan terakhir istrinya itu. Seketika pipi Winter memerah, jantungnya berdebar-debar, sudah lama ia tidak merasakan ini lagi, ternyata perasaannya untuk Azelia masih ada.

"Eemm iya, aku sudah punya sekretaris" mendengar ucapan Winter pun seketika membuat Bianca cemberut, padahal ia ingin bekerja bersama Winter.

"Baiklah kalau begitu, ngomong-ngomong, bagaimana dengan sekolah kalian anak-anak" tanya Bianca menatap anak-anaknya satu persatu.

Saat Leandro dan Alvaro menjawab tiba-tiba Azelia berpamitan untuk pergi ke kamarnya, apakah mommy mereka kesal, batin Leandro dan Alvaro. Disusul juga oleh Winter dan Jeffran yang juga pergi ke kamarnya.

"Emm Tante, kalau begitu kami pamit duluan ya" ucap Alvaro tak enak lalu pergi diikuti oleh Leandro.

"Sialan" umpat Bianca pelan.

Alvaro bukannya pergi ke kamarnya, ia malah berbelok kedalam kamar sang mommy, saat membuka pintu Alvaro melihat Azelia menangis. Alvaro bingung kenapa mommy yang selalu cuek dan memarahi ia dan kakak-kakaknya menangis, kemana mommy nya yang kuat, hati Alvaro rasanya hancur, ia lebih baik dimarahi dan dikasari daripada melihat mommy nya seperti ini.

"Mom" ucap Alvaro pelan, bahkan nyaris berbisik, rasanya Alvaro ingin menangis, tetapi ia harus menahannya. Saat melihat Alvaro, Azelia terkejut, mengapa Alvaro disini, berarti Alvaro melihatnya menangis, Azelia langsung menghapus air matanya.

"Ah sayang, kenapa kamu kemari" ucap Azelia berusaha tetap tersenyum.

"M-mom, kenapa mom menangis" ucap Alvaro gugup, bahkan ucapannya bergetar, Azelia menyadari itu, apakah anaknya takut padanya.

"Mom baik, hanya saja kelilipan" ucap Azelia, sebenarnya Alvaro tak mempercayai ucapan sang ibu, tetapi Alvaro memilih mengabaikannya.

"Kenapa m-mom tiba-tiba baik kepada kami" ucap Alvaro menunduk dengan nada pelan tapi masih bisa di dengar oleh Azelia.

"M-mom, menyesal, mom menyesal telah menyia-nyiakan kalian dahulu, mom sangat menyesal, mom ingin memperbaiki semuanya" ucap Azelia parau, dan seketika tangisan yang ia tahan pecah. Melihat ibunya yang menangis, Alvaro berinisiatif memeluk Azelia. Rasanya hangat, Alvaro sangat menyukainya.

"Apakah kamu mau memaafkan mom" tanya Azelia masih dengan nada segugukan.

"Al tidak tau" ucap Alvaro menundukkan kepalanya, sebenarnya ia senang kalau mommy nya berubah, bahkan sangat, tapi Alvaro takut mom nya hanya mempermainkan perasaan mereka.

Sorry, I'm BackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang