17. Melihat Yasmin

3.4K 233 22
                                    

Yasmin terlihat kurang senang mendengar pertanyaan Imam. "Kamu aneh banget, deh. Kita nih udah tunangan, masa masih harus nanya mau nikah sama kamu apa enggak. Ya jelas maulah," sahut Yasmin, kesal.

"Ya udah, kalau begitu kapan kamu mau nikah?" tanya Imam lagi. Ia sudah pusing dengan hubungannya yang tidak jelas. Ia pun khawatir dirinya akan semakin berbelok ke Anisa. Sehingga Imam memutuskan untuk segera menikahi Yasmin.

Apalagi Lusi sudah mendesak mereka untuk segera menikah.

"Untuk masalah itu aku belum bisa pastikan. Soalnya sekarang aku tuh lagi ada kontrak untuk jadi brand ambassador salah satu merk terkenal, Sayang. Lagian kamu mau ngajak nikah kayak mau ngajak ribut gitu, sih?" sahut Yasmin, santai.

"Karena selama ini kamu selalu mengulur waktu. Aku jadi ragu, sebenarnya kamu serius apa enggak sama hubungan kita ini?" tanya Imam, kesal.

Ia kecewa karena jawaban Yasmin masih selalu seperti itu. Padahal ia pikir sepulang dari luar negeri, wanita itu mau segera menikah. Tak heran jika Lusi sampai mendesaknya.

"Ya kan aku bukan sengaja ngulur waktu, Sayang. Kamu tahu sendiri kalau aku tuh emang lagi sibuk. Namanya juga wanita karier. Tolong ngertiin, lah. Lagian kalau aku sukses nanti, kan kamu juga yang ikut merasakan hasilnya," ucap Yasmin, manja.

Melihat sikap manja kekasihnya itu, hati Imam pun jadi tersentuh. Ia yang tadinya kesal, jadi percaya bahwa Yasmin memang serius padanya.

"Tapi usia kita itu kan makin bertambah, Sayang. Aku juga pingin tinggal serumah sama kamu. Bangun tidur lihat kamu, dan ...." Imam tidak melanjutkan ucapannya.

"Sekarang juga bisa kok kalau kamu mau. Aku gak keberatan," ucap Yasmin sambil menatap Imam.

"Enggak, ya! Aku gak mau ngerusak kamu. Aku cinta sama kamu, Yas. Aku mau ngejaga kamu sampai halal nanti," sahut Imam, yakin.

Meski hubungannya sudah cukup lama dan Imam sangat mencintai Yasmin. Ia selalu berusaha untuk tidak menodainya. Bagi Imam, cinta itu bukan sekadar nafsu. Namun ia ingin memiliki hubungan yang suci dan tulus.

"Hehehe, bercanda, Sayang. Kamu tuh serius banget, sih? Udahlah, mending kita makan, yuk!" ajak Yasmin. Kebetulan saat itu pelayan sudah menghidangkan makanan di meja mereka.

Akhirnya Imam gagal lagi untuk mengajak Yasmin menikah.

Keesokan harinya, Anisa diminta untuk belanja keperluan rumah. Seperti sabun dan bahan masakan yang bisa dibeli di supermarket.

Tadinya Imam ingin mengantar Anisa. Namun dosen itu harus pergi ke kampus karena ada jadwal mengajar. Sebenarnya ia meminta Anisa untuk menunggunya. Akan tetapi gadis itu tetap pergi tanpa menunggu Sang dosen.

"Bu, saya belanja sekarang, ya," ucap Anisa. Pamit pada Lusi.

"Lho, kenapa gak nunggu Imam?" tanya Lusi. Ia tahu Imam mau mengantar Anisa.

"Gak apa-apa, Bu. Kebetulan sabunnya sudah habis, jadi harus diberli sekarang. Kalau begitu saya pamit ya, Bu. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam," sahut Lusi.

Anisa pun meninggalkan rumah itu. Ia pergi sendirian menggunakan ojek. Bahkan Yusuf pun tidak tahu bahwa Anisa sedang keluar rumah.

Setibanya di supermarket, Anisa langsung mengambil troli dan berbelanja sesuai dengan catatan. Saat ia sedang asik memilih belanjaan, tiba-tiba Anisa melihat seseorang yang ia kenal.

"Eh, itu kan Mbak Yasmin. Sama siapa dia, ya?" gumam Anisa. Ia langsung bersembuyi saat melihat Yasmin.

Wanita itu sedang bersama pria. Mereka pun terlihat begitu mesra.

Imam untuk AnisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang