46. Resign

4K 189 6
                                    

"Ya enggak dong, Mas! Bukan masalah malu. Aku gak enak aja nanti dikira nilai aku gak murni. Apalagi sekarang kan aku udah mau sidang," jelas Anisa.

"Oohh, ya udah kalau begitu. Tapi meski pernikahan kita dirahasiakan, kamu tetap harus jaga sikap, ya! Jangan dekat-dekat dengan lelaki lain!" pinta Imam.

"Siap!" sahut Anisa sambil memberikan hormat.

"Ya udah, kalau begitu hadiahnya mana?" tanya Imam, nakal.

"Hadiah apa?" Anisa balik bertanya.

"Kan aku udah mau ngabulin permintaan kamu. Masa aku gak dapet hadiah, sih?" Imam pura-pura memalingkan wajahnya.

Anisa tersenyum melihat suaminya yang dulu selalu bersikap dingin itu. Kini Imam justru terlihat lebih manja. Saat suaminya masih memalingkan wajah, Anisa langsung mengecup pipinya.

Cup!

Namun tak disangka, di saat yang bersamaan Imam menoleh ke arah Anisa. Kemudian ia langsung menangkap bibir Anisa dengan bibirnya.

Anisa terbelalak. Ia belum siap untuk hal itu, tetapi Imam enggan untuk melepaskannya. "Masa cuma cium di pipi. Gak cukup," ucap Imam, sambil asik melumati bibir istrinya itu.

Akhirnya Anisa memejamkan mata. Kemudian ia mengalungkan kedua tangan di leher suaminya itu.

Ciuman itu semakin menuntut. Imam melangkah hingga Anisa mundur secara perlahan.

Saat kakinya sudah tidak bisa melangkah, Imam tetap mendorongnya. Sehingga Anisa duduk dan semakin lama tubuhnya semakin menempel dengan tempat tidur. Akhirnya kini Anisa berada di bawah kungkungan Imam.

"Mas," lirih Anisa saat Imam beralih melumati lehernya.

Imam seolah tuli. Ia begitu bersemangat tanpa mengindahkan ucapan istrinya itu.

Dengan napas yang mulai tidak beraturan, Anisa menahan kepala Imam. Kemudian mendorongnya hingga wajah mereka bertatapan.

"Mas! Di luar kan ada ibu. Lagi pula ibu ngajak kita makan siang bareng, lho." Anisa protes pada suaminya itu.

"Gak masalah. Kamar ini kedap suara. Ibu juga pasti ngerti, namanya pengantin baru. Udah ya jangan banyak protes! Nikmatin aja!" ucap Imam dengan tatapan serius. Kemudian ia kembali menyerang istrinya itu.

Anisa pun tak berani menolak. Ia pasrah atas perbuatan suaminya itu.

"I love you. Kamu luar biasa, Sayang. Aku jadi makin cinta," ucap Imam, setelah mendapatkan apa yang ia inginkan.

Anisa mengangguk. "Terima kasih, Mas," lirihnya. Sambil terkulai lemas tak berdaya.

Setelah merasakan gelombang gairah mereka mulai mereda, Imam pun melepaskan penyatuan tubuh mereka. Kemudian ia mengambil tisu dan mengelap sisa permainan mereka di tubuh istrinya itu.

"Istirahatlah!" ucap Imam, sambil membenarkan tubuh Anisa.

"Tapi Ibu?" tanya Anisa.

"Masih ada waktu satu jam. Kita bisa mengumpulkan energi dulu. Setelah itu baru makan siang," ujar Imam. Kemudian ia pun berbaring di samping Anisa. Memeluk istrinya dan langsung terlelap.

Begitulah! Imam seperti bayi yang baru diberi ASI. Setiap kali selesai menyalurkan hasrat, tubuhnya merasa relax dan lelap seketika.

Anisa tersenyum. 'Padahal aku yang keluar berkali-kali. Tapi kenapa dia yang kelelahan?' batinnya, saat mendengar suaminya mulai mendengkur.

Anisa menatap wajah pria itu. "Terima kasih, Mas. Kamu adalah kebahagiaan terindahku," gumamnya. Kemudian ia mengecup bibir Imam, lalu memeluknya dan ikut memejamkan mata.

Imam untuk AnisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang