24. Dibuntuti

3.6K 248 14
                                    

Malam itu Anisa keluar untuk membeli makan. Saat tinggal di rumah Imam, ia bisa memasak. Namun di mess ini dirinya tidak bisa melakukan hal itu. Sehingga Anisa harus membeli makanan dengan berjalan kaki.

Kebetulan lokasi tukang datang tak begitu jauh dari cafe. Sehingga ia bisa menempuhnya hanya dengan berjalan kaki. Selesai membeli makanan, Anisa pun langsung pulang menuju ke mess.

"Kenapa perasaanku gak enak, ya? Kayak ada yang ngikutin. Tapi siapa?" gumam Anisa. Ia menoleh ke sekeliling, tetapi tak melihat siapa pun yang mencurigakan.

Anisa yang merasa takut itu mempercepat jalannya. Sebenarnya ia takut keluar malam hari sendirian seperti itu. Namun Anisa tidak memiliki pilihan lain.

Jika tidak sibuk, biasanya Yusuf yang akan membelikan makanan untuk Anisa. Namun sebagai pengacara Yusuf sering sibuk. Sehingga ia tidak memiliki banyak waktu luang untuk gadis itu.

Setibanya di mess, Anisa segera masuk dan mengunci pintu. Ia merasa aman jika sudah berada di dalam sana.

"Huuh! Akhirnya," gumam Anisa. Ia lega karena tidak ada lagi yang membuntutinya.

Anisa menaruh makanan itu, kemudian ia berganti pakaian lebih dulu. Anisa tidak nyaman jika makan menggunakan pakaian yang ia pakai dari luar. Ia lebih suka menggunakan pakaian longgar jika sedang berada di dalam kamar.

Namun, saat Anisa baru melepas hoodie yang ia kenakan, tiba-tiba seseorang memeluknya dari belakang.

Greb!

Sontak saja Anisa terkejut bukan main. "Aaa!" teriaknya. Ia langsung berontak dan berusaha melepaskan diri.

"Ssstt! Jangan berisik," bisik pria itu. Ia adalah pria yang disuruh oleh Meta tadi.

Pria itu sudah masuk lebih dulu sebelum Anisa. Ia bersembunyi di samping lemari.

"Siapa kamu? Lepas!" teriak Anisa. Ia berontak sekuat tenaga.

Bukannya melepaskan Anisa, pria itu malah melemparnya ke tempat tidur. Kemudian langsung mengungkungnya.

"Sudahlah, jangan berisik! Aku mau kasih surga dunia buat kamu," ucap pria itu.

"Bajingan! Aku gak sudi! Lepas!" maki Anisa. Ia terus berontak sampai tangannya terasa sakit karena ditahan oleh pria itu.

"Tidak akan aku lepas sampai kita selesai bersenang-senang, cantik," ucap pria itu. Tampangnya sangat menjijikan. Seperti predator yang hendak memakan mangsanya.

Pria itu berusaha mencium Anisa. Namun Anisa terus menghindar. Ia memalingkan wajahnya sebisa mungkin. Saat pria itu lengah, Anisa menendang selangkangannya.

Bug!

"Aaa!" teriak pria itu. Ia berguling kesakitan.

Anisa pun segera bangkit. Ia langsung berlari ke arah pintu. Kemudian berusaha membuka kunci pintu dengan tangan yang gemetar.

"Mau ke mana, kamu?" teriak pria itu. Ia pun segera mengejar Anisa.

Anisa yang sedang panik, tidak sadar dirinya hanya mengenakan bra. Ia pun bergegas lari ke luar saat pintunya berhasil terbuka.

"Jangan lari!" teriak pria itu,

Anisa tak peduli. Ia berlari sebisa mungkin. Namun tiba-tiba dirinya menabrak seseorang.

Brug!

"Anisa! Kamu kenapa?" tanya Imam. Ia sangat shock melihat penampilan Anisa yang berantakan.

"Bapak!" lirih Anisa. Ia lega karena ada Imam di sana. Anisa pun langsung menangis dan memeluk pria itu.

"Huhuhu! Tolong saya, Pak. Orang itu mau merkosa saya," ujar Anisa sambil sesegukan.

Melihat ada Imam, pria itu pun langsung melarikan diri.

Sejak tadi ia tak sanggup menangis karena terlalu tegang. Sehingga ketika merasa lega, barulah dirinya bisa berhenti menangis.

Imam yang sedang mengenakan jaket pun langsung melepasnya. Kemudian ia menutupi tubuh Anisa dengan jaket itu. "Kamu tunggu di sini!" ucapnya.

Anisa mengangguk. Ia yang sudah lemas itu tak kuat untuk berdiri. Ia pun berjongkok sambil menunggu Imam.

Imam emosi melihat Anisa diperlakukan seperti itu. Ia langsung mengejar pria tersebut. Beruntung pria itu belum berlari terlalu jauh.

"Dasar berengsek!" maki Imam. Kemudian ia langsung menarik pria itu dan menghajarnya.

Bug! Plak!

Pria itu pun terhuyung. "Lo siapa? Gak usah ikut campur sama urusan gue, anj!" Pria itu balas memaki Imam. Kemudian ia ingin membalas pukulannya. Namun Imam berhasil menangkisnya.

Anisa tak menyangka Imam bisa berkelahi dengan orang lain. Hal itu pun membuat Anisa takut.

Mereka pun berkelahi sampai pria itu babak belur. Namun saat merasa sudah tidak sanggup melawan Imam lagi, pria itu melarikan diri.

"Jangan kabur, bajingan!" teriak Imam.

"Cukup, Pak!" lirih Anisa. Ia tak ingin Imam khilaf.

Mendengar ucapan Anisa, Imam baru sadar. Ia pun kembali pada gadis itu dan berjongkok di hadapannya.

"Kamu gak apa-apa, kan?" tanyanya, sambil menyentuh lengan Anisa.

Anisa hanya menggelengkan kepala. Saat ini ia masih shock dan menangis.

Imam langsung memeluk Anisa. Ia lega karena gadis itu masih selamat. "Syukurlah kamu selamat," ucap Imam.

Anisa dapat merasakan jantung Imam berdebar sangat cepat. Ia pikir mungkin hal itu karena Imam baru saja berkelahi.

Tadi sore Imam sempat membuntuti Anisa saat gadis itu pulang dari kampus. Setelah mengetahui tempat tinggal gadis itu, Imam pulang lebih dulu untuk menaruk motornya. Kemudian malam ini dirinya membawa mobil untuk menjemput Anisa.

Namun saat dirinya sedang berjalan, tiba-tiba shock karena melihat Anisa berlari tanpa pakaian atas dan gadis itu langsung menabrak tubuhnya.

Saat itu pikiran Imam langsung kacau. Ia khawatir ada sesuatu yang terjadi terhadap Anisa. Sehingga ketika Anisa mengatakan dirinya hampir diperkosa, Imam langsung gelap mata.

"Lebih baik kita pulang! Di sini tidak aman," ucap Imam. Ia sudah tidak akan mengizinkan Anisa untuk tinggal di tempat itu lagi.

"Tapi, Pak," lirih Anisa.

"Aku tidak mau mendengar penolakan kamu. Atau kamu mau dia datang lagi, hah?" tanya Imam, tegas.

Anisa menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"Ayo! Segera bereskan pakaian kamu. Aku akan menunggu," ajak Imam. Ia berdiri dan hendak menuntun Anisa.

Anisa malah menunduk sambil memejamkan mata.

"Kenapa?" tanya Imam.

"Sebentar! Saya masih lemas," jawab Anisa.

Imam mengerti apa yang Anisa alami pasti membuatnya sangat shock. Akhirnya ia langsung menggendong Anisa tanpa permisi.

"Pak!" Anisa terkejut. Ia tak menyangka Imam akan melakukan hal seperti itu.

"Tidak baik diam di luar dengan kondisimu yang seperti ini. Segera masuk dan pakai pakaian yang benar!" ucap Imam tanpa menoleh.

Anisa kembali menunduk. Ia sangat malu jika mengingat apa yang telah terjadi beberapa menit lalu. Jika dalam keadaan sadar, pasti Anisa tidak akan berani keluar dalam kondisi seperti itu. Ia memegang erat jaket Imam agar tidak terlepas.

Tiba di mess, Imam menurunkan Anisa. "Aku tunggu di luar! Tidak usah buru-buru jika kamu masih lemas," ucap Imam. Kemudian ia pun langsung meninggalkan Anisa dan menutup pintu mess itu dari luar.

Sontak saja Anisa terkulai lemas. "Kenapa harus dia yang datang?" lirihnya. Saat ini perasaan Anisa sedang campur aduk.

Imam untuk AnisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang