23. Ketahuan

3.7K 235 14
                                    

Selesai mengajar, Imam menanyakan keberadaan Anisa pada teman-temannya. Namun tak ada satu pun dari teman Anisa yang mengetahui keberadaan gadis itu.

Sore hari Imam kembali berusaha mencari Anisa. Seperti biasa, ia tidak tahu harus mencari ke mana. Sebelumnya ia sudah ke rumah asisten rumah tangga Yaqub, tetapi Anisa tidak ada di sana.

Akhirnya pria itu menyusuri jalan tanpa tahu arah. Anehnya, entah mengapa Imam sangat ingin menemui gadis itu dan mengajaknya pulang.

Akan tetapi, saat di perjalanan Imam malah menemukan seseorang yang sangat ia kenal. "Lho, Yasmin? Dia sama siapa?" gumam Imam. Ia melihat kekasihnya itu sedang bersama pria lain.

Imam yang penasaran pun akhirnya membuntuti Yasmin. Wanita yang sedang asik dengan lelaki itu sampai tidak sadar bahwa dirinya dibuntuti oleh tunangannya sendiri.

"Semoga kamu tidak mengecewakanku," gumam Imam. Ia jadi teringat akan kata-kata Anisa.

Gadis itu sudah memperingati Imam. Namun Imam tidak percaya. Ia lebih mempercayai tunangannya dari pada Anisa.

Sore itu Imam mengendarai motor. Sehingga ia bisa lebih leluasa untuk membuntuti Yasmin. Hal yang paling membuat Imam terkejut adalah ketika Yasmin dan pria itu berbelok ke arah hotel.

"Ya Tuhan, mau apa mereka datang ke tempat itu?" gumam Imam. Ia bergegas memarkir motornya di salah satu minimarket dekat hotel tersebut. Kemudian berlari masuk.

Beruntung saat itu Yasmin baru selesai check in, sehingga Imam bisa membuntutinya sampai ia dan pria itu masuk ke kamar.

"Astaghfirullah, apa yang akan mereka lakukan di kamar itu?" gumam Imam sambil bersembunyi di balik dinding.

Hotel itu tidak terlalu ketat, sehingga Imam bisa membuntutinya sampai ke depan kamar.

"Huuh!" Imam mengusap kasar wajahnya. Ia menenangkan diri lebih dulu.

"Semoga tidak seperti apa yang aku pikirkan," gumam pria itu. Hatinya sedang berkecamuk. Ia sangat tidak menyangka bahwa wanita yang selama ini ia jaga ternyata melakukan hal seperti itu dengan pria lain.

Mau berusaha untuk tidak berpikir negatif pun percuma. Sebab buktinya sudah jelas di depan mata. Imam hanya perlu membuktikan satu kali lagi. Supaya tidak ada keraguan di hatinya.

Imam sengaja menunggu beberapa saat. Sebab jika dirinya langsung mengetuk pintu saat itu juga, mungkin Yasmin bisa beralasan lain.

Setiap kali ada yang melintas, Imam pura-pura sibuk dengan ponselnya. Namun pandangan matanya terus melirik ke arah pintu kamar tadi.

Setelah beberapa menit menunggu, Imam pun menyiapkan mental. Ia berusaha untuk tetap tegar atas apa pun yang akan dihadapinya kemudian.

"Bismillah ... jika memang dia bukan yang terbaik, mohon beri petunjuk ya Allah," gumam Imam.

Akhirnya ia pun melangkah ke arah pintu. Imam menghela napas sebelum menekan bel pintu kamar itu.

Ting-tong!"

Bel pun berbunyi. Hati Imam berdebar-debar kala menanti pintu dibuka.

"Room service!" ucapnya dengan suara yang dibuat-buat.

Tak lama kemudian pintu itu dibuka oleh seorang pria. "Ya, ada apa?" tanya pria itu. Ia hanya mengenakan boxer. Seolah sedang menunggu sesuatu.

Melihat kondisi pria itu, hati Imam pun terasa pedih. "Tadi ada telepon yang memanggil room service. Apa ruangan ini?" tanya Imam. Matanya mengedar mencari Yasmin. Namun ia tidak menemukan sosok wanita itu.

"Wah, enggak tuh. Mungkin salah ruangan," ucap pria itu. Ia tidak curiga karena pakaian Imam sebagai dosen cukup rapi. Namun tidak mencerminkan seorang room service.

"Oooh, iya. Bisa jadi. Kalau begitu maaf sudah mengganggu. Tapi ...." Imam berusaha mengulur waktu. Ia yakin Yasmin ada di kamar mandi.

Saat pria itu hendak menutup pintu, Yasmin keluar dari kamar mandi. "Siapa, Sayang?" tanyanya.

"Oh! Ini room service," jawab pria itu.

Yasmin menoleh ke arah Imam. Ia sangat terkejut saat mendapati tunangannya ada di ambang pintu.

"Jadi ini kelakuan kamu di belakangku?" tanya Imam.

Yasmin langsung gelagapan.

"Kamu kenal dia?" tanya pria itu pada Yasmin. Ia bingung dengan ucapan Imam.

"Tidak! Saya hanya asal bicara. Selamat bersenang-senang. Semoga kalian bisa menikmati ruangan ini," ucap Imam. Kemudian ia berlalu.

Yasmin ingin mengejar Imam. Namun ia khawatir pria yang sedang bersamanya ini marah. Bagaimana pun pria itu tidak tahu bahwa dirinya sudah bertunangan dengan Imam.

"Keterlaluan! Bahkan aku sampai tega membentak Anisa. Tapi ternyata justru kamu yang berengsek!" gumam Imam. Ia sangat kecewa pada tunangannya itu.

"Pantas saja dia selalu menolak jika aku ajak menikah. Mungkin selama di luar negeri pun dia melakukan hal yang sama di belakangku. Sialan!" Imam terus memaki Yasmin.

Sebagai lelaki, ia merasa harga dirinya diinjak-injak. Orang yang ingin ia temui saat ini hanyalah Anisa. Imam ingin meminta maaf karena telah menuduh Anisa yang bukan-bukan.

Imam pun yakin ucapannya tempo hari telah menyakiti gadis itu. Sehingga ia tidak heran jika Anisa sampai pergi dari rumahnya.

"Anisa! Kamu di mana, sih?" keluh Imam. Rasanya ia ingin memeluk gadis yang telah ia sakiti itu. Saat ini Imam yakin bahwa hanya Anisa yang peduli padanya.

Melihat apa yang Yasmin lakukan, Imam percaya bahwa tempo hari bukan Anisa yang mendorongnya. Ia pikir wanita yang telah membohonginya itu bisa saja memanipulasi keadaan.

Imam merasa pusing. Akhirnya ia mencari cafe untuk minum kopi. Saat ini ia belum ingin pulang ke rumah. Sebab kondisinya sedang kalut.

Entah ada bisikan dari mana, Imam pergi ke cafe milik Yusuf. Ia pun memesan kopi dan duduk di salah satu sudut cafe itu.

Selama beberapa jam, Imam melamun di sana. Hingga ia tidak sadar ada Anisa melintas.

Anisa sendiri tidak melihat Imam. Apalagi ia bekerja di dalam kantor, sehingga ia jarang bolak-balik di sekitaran cafe tersebut.

Beberapa hari berlalu. Mereka melakukan aktifitas seperti biasa.

Sejak kehadirannya di cafe itu, ada beberapa staf yang membenci Anisa. Mereka iri karena Anisa yang baru bekerja di sana langsung mendapat posisi bagus.

Mereka tak peduli akan kedekatan Anisa dengan Yusuf. Bagi mereka Anisa terlalu beruntung dan para staf itu merasa tidak adil.

Salah satu yang paling membenci Anisa adalah Meta. Sehingga ia ingin membalas Anisa, padahal gadis itu tidak melakukan apa pun.

"Lo bisa kan? Ini gue ada kunci cadangannya. Nanti lo langsung masuk aja!" ucap Meta pada seorang pria.

Ia menyuruh seorang pria untuk melakukan sesuatu pada Anisa. Meta mencuri kunci duplikat dari ruang office. Sehingga nantinya pria itu bisa langsung masuk ke mess yang ditempati oleh Anisa.

"Siap! Gitu doang mah kecil. Gue kan udah sering," jawab pria itu.

"Oke, sip! Biar kapok tu cewek," ucap Meta. Ia senang jika bisa membuat Anisa sengsara.

"Oke, kalau gitu gue gerak malam ini," ucap pria itu.

Imam untuk AnisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang