48; Kembali

78 7 0
                                    

Pagi, Jakarta.

Hari ini langit terlihat cerah dan indah. Awan berkumpul diatas sana menutupi matahari yang terik, seolah sedang berbicara satu sama lain. Pagi ini Flo dibangunkan dengan suara putranya yang menangis, sepertinya Gama haus. Flo tertawa kecil saat putranya semangat mencari putingnya, sepertinya Gama benar benar haus. Keputusan Flo tiga minggu lalu benar benar terjadi. Kini Flo dan putranya tinggal di kediaman Martin. Sangat berat bagi Arga namun ia menurunkan egonya dan menyetujuinya dengan terpaksa.

Flo sangat senang dengan kegiatan barunya yaitu mengurus Gama, mulai dari memberinya susu, memandikan, meniduri, dan lainnya. Terasa sangat menyenangkan saat dirinya beraktifitas bersama anaknya. Ternyata yang ia bayangkan dahulu tidak seburuk itu. Pintu terketuk dan Devon masuk dengan izin Flo.

"Selamat pagi ponakan uncle Epon yang paling gantengg!!"

Yapp, Devon sangat terhibur sejak kehadiran Flo dan Gama dirumahnya. Setelah sekian lama rumah seperti kosong tanpa kakaknya, saat ini ia merasa rumah kembali ramai walau dengan masalah yang ada. Devon datang dan mengjampiri bayi mungil yang sedang tidur diatas ranjang. Diciumnya dan dielusnya pipi Gama, ia selalu gemas dengan bayi itu.

"Hmmm, wangi bangettt Gama. Uda dimandiin babu ya?"

Flo melempar bantal pada adiknya itu, "Kurang ajar lo!"

"Galak banget anjir ema ema satu ini."

"Eh anjir! Ema ema lagi?!"

"Ya kan lo uda jadi emanya Gama kak, lupa lo?"

"Ya gagitu juga anjir. Berasa apaan aja gue. Udah ah sana! Bau bangke lo! Jan deketin anak gue!" usir Flo.

"Ih, gue uda mandi ya makanya nyamperin Gama. Kalo ga bisa pingsan ponakan gue kalo gue blom mandi."

"Iya, lo kan bau bekicot. Hoek!"

"Dih kurang ajar, sana turun."

"Ngapain?"

"Ada nyokap kedua lo."

Flo mengerutkan dahi, "hah?"

"Ah elah lemot, mertua lo kak."

Wanita itu terkejut. Semenjak ia tinggal di rumah orang tuanya, hari ini kali kedua Devina menjenguknya. Hari pertama, Devina memintanya kembali, lalu apa yang akan ia minta hari ini?

"Jagain anak gue disini, gue turun dulu."

"Lah? Bawa kali. Tega amat lo, Eyang nya juga mau liat Gama kali."

Flo menarik nafas, benar juga, digendongnya Gama dan ia segera turun untuk menemui mertuanya.

Devina tersenyum menyambut kedatangan Flo dan Gama. Ia berdiri dan ingin menggendong Gama, dengan pelan Flo memberikannya.

"Halo Mas Gama, kangen ga sama Eyang?"

Flo tersenyum, "Duduk ma,"

"Asikk, Gama dijenguk Eyang Putri." ucap Nia yang juga berada disana.

"Baru ditinggal Eyang seminggu udah gembul pipinya nih,"

Flo dan Nia tertawa.

"Gimana kabar mama papa?" tanya Flo.

"Mama baik, papa juga. Puji Tuhan urusan kemarin soal perusahaan udah done."

"Baguslah kalo begitu,"

"Oiya, dulu waktu Mas Raka lahir, kita punya kebiasaan ngadain syukuran. Semacam budaya dikeluarga Branicto. Karena itu kita akan mengadakan hal yang sama untuk Gama."

Flo menatap Nia dan sebaliknya, Nia tau apa yang di fikirkan Flo. Putrinya pasti enggan untuk bertemu dengan Arga.

"Kapan ma?"

FlorencyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang