Sore, Jakarta.
Raka dan Ali melangkahkan kakinya di Blaxton Company. Seluruh kariawan disana memunduk hormat melihat kedatangan tamu seorang bagian dari Branicto. Sekertaris pun sudah menyambut Raka dan Ali didepan ruang meeting dan mempersilahkan mereka masuk.
Martin yang mendengar suara pintu terbuka pun berdiri dan menyambut hormat kedatangan Raka.
"Silahkan duduk Tuan," ucap Martin.
"Maaf, om bisa panggil saya Raka saja. Tidak perlu seperti itu." kata Raka.
"Oh iya, Raka. Silahkan duduk." dan keduanyapun duduk.
"Tidak perlu berlama lama, pasti anda sudah tau tujuan saya kemari. Dan Ali akan menjelaskan semua lebih rinci lagi." kata Raka dan Ali pun mengambil alih pembicaraan.
Bahwa tertera disurat perjanjian untuk kerjasama antara dua belah pihak, namun perusahaan Blaxton lah yang akan lebih banyak mengambil keuntungan agar perusahaan tersebut kembali berdiri.
Martin senang akan bantuan yang ditawarkan Raka, namun ia bingung mengapa Raka tau dan mau membantu perusahannya yang hampir mati ini.
"Maaf nak Raka, sebelumnya saya ingin tau mengapa kamu dengan baik mau membantu perusahaan ini?" tanya Martin.
Raka tersenyum. "Karna saya tidak mau ibu Nia sedih."
Martin terkejut, dari mana Raka mengenal istrinya? Pikirnya.
"Saya hampir ditabrak oleh beliau, dan saya membantunya. Diperjalanan ia menceritakan alasan mengapa ia hampir menabrak saya." katanya yang seolah mengerti kebingungan Martin.
"Ternyata alasannya sepele. Karna ia begitu memikirkan perceraiannya dengan anda."
Lagi lagi Marti dibuat terkejut.
"Saya menanyakan mengapa kalian ingin bercerai? Tapi ternyata karna anda yang menginginkannya, Tuan Martin." katanya tegas.
Martin mulai gelisah, ia sangat bingung apa yang terjadi. Dan Nia? Perempuan itu? Mengapa begitu memikirkan perceraian yang belum terjadi? Yang Martin pikirkan adalah bahwa selama ini Nia bahkan lebih menginginkan perceraian ini.
"Maaf om saya sudah ikut campur sejauh ini, tapi saya tidak akan membantu om jika bukan karna tante Nia."
"Beliau menolak keras untuk saya bantu, namun saya pun memaksa dan beliau mengizinkannya."
"Saya ikhlas membantu kalian agar kalian tidak memutuskan perceraian yang hanya karena perusahaan sialan ini. Karna rasa cinta itu tidak bisa diukur oleh harta. Dan fikirkan lah bagaimana kondisi kedua putra putri anda jika kalian benar benar berpisah."
"Beliau sangat menghargai saya dan saya pun menghargai beliau. Dia tulus sekali. Lelaki beruntung yang mendapatkannya, seperti anda." ucap Raka.
Martin mebenarkan duduknya dan menarik nafas panjang. "Baik, saya pun mengerti apa yang kamu ingin dan lakukan. Terimakasih atas kedatangan mu, saya menghormati sekali. Dan terimakasih atas niat baik mu."
"Tapi saya belum bisa menandatangani surat ini, karna saya akan berbicara dengan istri saya dan menyelesaikan masalah kami sendiri." kata Martin.
Raka mengangguk paham,"Oke kalau begitu, om bisa fikirkan perkataan saya barusan. Semoga hubungan om dan tante Nia cepat membaik. Saya permisi."
Raka melenggang pergi diikuti oleh Ali dibelakangnya.
Lelaki paruh baya itu berjalan menuju jendela dan melihat kota Jakarta dari atas sana.
Sejenak Martin sadar bahwa yang ia lakukan selama ini sudah terlampau kasar pada keluaganya. Ia pun juga menyadari tingkah putrinya bisa berubah drastis seperti itu karna dirinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Florencya
Romantizm(SELESAI✔️) Hanya tentang gadis nakal yang mengklaim secara terang terangan bahwa si cupu sudah resmi menjadi kekasihnya. Bagaimana nasib si cupu itu selanjutnya? • • [DILARANG : MENGIKUTI, MENG-COPAST, MENIRU, DLL✖ KARNA INI ADALAH ASLI PIKIRAN SE...