43; By!

74 4 0
                                    

Hari ini adalah hari sabtu, hari dimana kebanyakan orang akan senang karna hari weekend. Namun entah mengapa wanita itu terlihat lemas dan tidak bersemangat. Arga yang melihat perubahan itu pun langsung menghampiri wanitanya.

"Ada apa? Apa yang kamu rasain?"

Flo hanya diam dan kembali menenggelamkan wajahnya diantara bantal bantal itu, sedari tadi ia hanya merebahkan tubuhnya diatas kasur. Tidak seperti biasanya yang selalu memulai aktifitas dengan segar.

Arga pun mengusap pucuk rambut wanitanya, dielusnya punggunh wanita itu. "Ngomong dong, apa yang kamu rasain sekarang. Biar aku tau sayang."

Wanita itu masih menggelengkan kepalanya, rasanya untuk sekedar membuka mulut saja sangat melelahkan. Entah mengapa tubuhnya merasa sangat lemas dan tak berdaya, ia pun merasa mual namun ditahannya karna untuk memuntahkannya saja sudah sangat melelahkan.

"Flo?" ia masih diam tak bergerak sekalipun.

Lelaki itu semakin cemas, diambilnya peralatannya di lemari, diperiksanya Flo yang masih terbaring lemas. Arga mulai semakin cemas karna ternyata tekanan darah istrinya semakin merendah. Ia segera pergi kebawah dan memanggil ibunya lalu meminta supir untuk bersiap menuju rumah sakit.

"Kenapa dia? Kok diam begitu Arga?" tanya Devina cemas.

"Tekanan darah Flo rendah banget mah, aku takut dia kenapa napa. Aku mau bawa dia kerumah sakit biar di cek sama dokter kandungan."

Selang beberapa menit supir pun datang dan mengatakan bahwa mobil sudah siap, lalu Arga kembali memanggil istrinya kembali namun tada jawaban. Ditariknya perlahan dan Flo diam memejamkan matanya tenang.

"Ga! Itu Flo pingsan! Aduh."

"Tolonh bukain pintu." katanya seraya menganggkat tubuh istrinya.

Sebenarnya Flo tidak pingsan, hanya tubuhnya benar benar tidak bisa merespon dan bergerak, ia masih bisa mendengar apapun yang terjadi namun dirinya teramat lemas dengan keadaanya sekarang.

Setelah sampai rumah sakit, dokter kandungan pun langsung memeriksa apa yang terjadi dan langsung menanganinya dengan cepat. Ia mulai menceritakan apa yang terjadi pada istri dari rekannya, rupanya Flo seperti ini karna ada kemungkinan ibu dari Flo juga mengalami hal serupa saat mengandung, dengan kata lain bawaan atau keturunan gen tersendiri. Lalu dokter pun juga meminta Arga untuk tidak membiarkan Flo banyak pikiran, karna itu sangat menggangu kehamilannya saat ini. Dan Flo pun masi bisa mendengar namun tubuhnya sulit merespon.

Di ambilnya jarum suntik, wanita itu tau dirinya akan disuntik dan ia mulai takut. Ia memang sangat takut dengan jarum suntik, namun ia tidak bisa menolak karna lagi dan lagi tubuhnya masi teramat lemas untuk merespon apapun itu. Saat dirasa ada yang menusuk lengannya, ia mengerutkan dahi dan menjatuhkan air matanya.

Arga melihat itu, "Flo? Kamu udah bangun?"

Namun masi tada jawaban, dokter pun pamit undur diri dan mengatakan bahwa semuanya akan baik baik saja. Arga pun berterimakasih pada rekannya itu.

"Arga," panggil Devina.

"Hm?" jawabnya yang masih menatap wajah Flo.

"Kenapa istri mu banyak fikiran? Emangnya ada apa?"

Arga membuang nafasnya kasar dan mulai mengusap wajahnya, "Kayaknya karna aku banyak larang dia ini itu. Flo ini gampang banget setresnya ma."

"Loh kalo cuma larang gaboleh makan ini itu, masa dia bisa sampai kek gini?"

"Kan tadi kata rekan ku juga ini salah satu turunan dari mama Nia, mungkin mama Nia sewaktu hamil juga seperti ini. Tapi sebenarnya aku juga pernah bilang sama Flo setelah melahirkan dia gaboleh kerja dan harus menetap dirumah untuk jaga anak kita nanti, dia kan gabisa diam, mungkin itu juga yang terus dia fikirin."

FlorencyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang