13; Pedofil! (2)

215 7 0
                                    

Jakarta, Sore.

"Semua data sudah saya cek pak, dan tidak ada tersisah satu saham pun untuk pegangan kita selanjutnya. Saham yang kita tanam di perusahaan Canada telah dicabut oleh pihaknya seminggu yang lalu. Mereka tidak percaya dengan perusahaan kita karna melihat keuangan kita yang semakin menurun." jelas Dendi.

Dendi adalah orang kepercayaan Martin untuk mengelolah perusahaanya.

Martin sangat marah mendengar itu semua, apakah perusahaanya akan benar benar hancur? Ia tidak bisa terima, perusahaan yang telah dibangun dari kerjakerasnya akan hancur seketika hanya karna penghianat dari salah satu kariawannya. Sialan!

Lelaki paruh baya itu melihat semua data dan membuangnya dengan amarah. Ia merobek semua data yang terletak dimeja.

Terdengar panggilan masuk dari telfon genggam Dendi, ia memejamkan mata sejenak lalu berbicara.

"Maaf pak, ini tagihan perusahaan." katanya takut. Tak disangka, perkataan itu sukses membuat Martin membanting kursinya.

"Hancur! Kita semua hancur! Perusahaan ini sudah hilang!" amarah Martin sudah tidak terbendung.

Kini perusahaanya sudah diambang kehancuran, bagaimana lagi cara Martin untuk membangkitkannya kembali.

Pintu terbuka menampakkan Nia disana, dan itu sukses membuat Martin semakin emosi. Dendi pun keluar, mengerti situasi yang ada.

"Ngapain kamu kesini?" tanya Martin.

"Aku tau perusahaan kita sedang diambang kehancuran," ucapnya.

"Kita? Ini adalah perusahaan saya, bukan kita."

"Apa kamu masih menginginkan perceraian kita?"

Martin terdiam.

"Kamu dan anak anak hanya bisa menghabiskan uang dan menganggap aku adalah pria brengsek."

"Memang brengsek bukan?"

"Kamu?!" Martin siap melayangkan tangannya namun tertahan.

"Tampar aja, kenapa kamu berhenti?"

"Dasar istri tidak tau diri! Kedatangan mu hanya memperburuk keadaan!" katanya dan meninggalkan ruangan.

Nia sedih sekali, hatinya sudah lama hancur. Ia datang hanya ingin menemani suaminya saat dalam keadaan terpuruk walau Martin sering menyakitinya. Namun ego dan gengsi lebih kuat rupanya.

Tak lama ponselnya berbunyi, menandakan pesan yang masuk.

Devon,

Ma, kaka udah Devon ajak pulang. Mama kerumah aja ya.

Oke, mama pulang sekarang.

Lalu wanita paruh baya itu memutuskan tuk kembali kerumah setelah menerima pesan dari putranya.

Di perjalanan pun pikiran Nia tidak fokus untuk menyetir. Ia sangat memikirkan masalah dengan keluarganya. Oh astaga, apakah rumah tangga yang telah dibangun selama 20 tahun ini akan hancur?

Ciiitttt!!

Mobil Nia hampir menabrak mobil lain dan ia tak punya pilihan lalu menabrak trotoar yang ada disamping jalan!

Astaga! Keningnya pun terbentur kemudi dan mengeluarkan cairan segar dari sana. Dan Nia mulai hilang kesadaran.

Dan pengendara lainnya itu keluar, mencoba melihat apakah semua baik baik saja.

FlorencyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang