23; Bencana

175 9 0
                                    

Satu bulan lalu.

Flash back on*

Lelaki itu sudah menginjak tanah dimana ia dilahirkan. Udara sejuk yang melintas membuatnya tersenyum, ia telah kembali setelah empat tahun lamanya. Tak lama Raka datang untuk menjemputnya, mereka bertemu dan saling memeluk satu sama lain, melepaskan rindu yang teramat lama.

"Gilak banget Arga, lo ganteng parah! Gue hampir gak bisa kenalin lo." ucap Raka antusias.

Arga terkekeh, "Oh iya, mama papa dimana mas?"

"Gue yang nyuruh mereka supaya gak usah ikut jemput lo, biar mereka nyambut lo dirumah aja."

"Loh kenapa mas nyuruh begitu?"

"Gue mau ajak lo sebentar Ga, penting banget ini."

"Kenapa emang mas?"

"Udah ayo ikut gue dulu aja, sembari nunggu mama papa siapin buat nyambut lo."

"Yaudah ayo,"

Merekapun keluar dari bandara, pergi menuju suatu caffe yang berada tidak terlalu jauh dari kediaman mereka. Raka dan Arga pun turun dari mobil dan memasuki caffe dengan menjadi sorot mata disana. Keduanya sama sama memiliki ketampanan yang dapat mengundang perhatian mata.

Lalu mereka duduk dan memesan minuman, tak lama pesanan pun datang dan keduanya mulai menyesapnya.

"Oh iya, ada apa mas. Kenapa kita kesini dulu?"

Raka memperbaiki duduknya, "Ada yang mau gue omongin."

"Apa tuh? Kayaknya serius banget."

"Ga, apa alasan lo pergi ke German?"

"Untuk kuliah, apa lagi?"

"Bukan untuk menghindar dari Flo?"

Arga diam, apa Raka sudah mengetahuinya?

"Atau malah punya niatan untuk mempersatukan gue sama orang yang jelas jelas lo sayangin?"

Lelaki itu membisu.

"Gila banget, lo sebrengsek itu sial. Lo tinggalin dia untuk gua yang jelas jelas gak ada dan gak akan pernah punya perasaan buat gue Ga?"

"Dia sayang banget sama lo! Bahkan sebelum gue sadar, dia selalu cerita tentang masa lalunya. Dan masa lalu yang dia maksud itu elo Ga! Kenapa bisa lo nyerahin dia sam gue sih?"

"Aku cuma gak mau liat mas tertekan kaya dulu. Dia berhasil buat mas bahagia, lagi. Jadi alesan apa yang buat aku harus bertahan?"

"Bahagia kata lo? Ga, gue juga gak akan pernah bahagia kalo dia gak bahagia sama gue. Justru gue lebih bahagia kalo gue liat dia bahagia. Dan lo malah relain dia buat gue? Aduh Ga, pikiran lo gimana si?"

"Ga, gue tau lo sayang sama gue, gue tau. Gue pun sayang banget sama lo Arga. Tapi tolong jangan relain apa yang jadi kebahagiaan lo cuma biar gue seneng. Lo juga berhak bahagia. Cewe didunia banyak, tapi adik yang paling gue sayang cuma satu dan gak akan pernah gue temuin lagi sial."

"Lo sama Flo sama sama sayang Ga, dan gue gak bisa jadi tembok. Gue gak mau,"

Arga terkekeh, "Semoga mas, semoga apa yang mas bilang barusan itu kenyataan."

"Wah gila lo ya? Lo gak percaya kalo Flo sayang sama lo? Ga, dia sesayang itu sama lo. Bahkan dia selalu cerita, kalau lo satu satunya manusia yang bisa buat dirinya tenang."

FlorencyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang