4; Balkon

240 10 0
                                    

Flo menoleh kearah suara yang sangat familiar itu.

"E--lo?" lalu gadis itu hilang kesadaran.

"Flo! Floo! Kamu kenapa? Aduh,"

Ia mengerutkan dahi heran saat mencium aroma alkohol, dan ia baru sadar dengan pakaian gadis itu yang terkesan sexy? Apakah gadis ini baru saja mengunjungi club? Itulah yang ia pikirkan. Tanpa berfikir panjang, ia segera mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.

"Pak Ari, saya minta tolong bawakan motor nenek yang ada diperempatan dekat pasar. Skarang."

"Baik Den! Saya akan segera kesana."

"Makasih pak."

Telepon terputus dan ia segera memindahkan Flo ke kursi penumpang. Lalu ia mulai mengambil alih kursi pengemudi, memundurkannya agar kembali ke jalan dan setelah itu ia melajukan mobilnya.

Gelap. Itulah yang terjadi disepanjang jalan. Lelaki itu melirik kesampingnya, ia merasa kasihan terhadap gadis itu.

***

Flo membuka matanya perlahan, rasanya pusing sekali. Ia merasakan lembutnya tempat ini. Ranjang? Ia kembali melihat sekeliling dan ini adalah kamarnya. Bagaimana bisa ia ada disini?

Gadis itu berusaha bangun dari tidurnya namun terasa sulit, tapi bukan Flo namanya jika tidak kuat. Ia memaksakan tubuhnya tuk duduk, dan berhasil! Ia menyandarkan punggungnya dikasur dan mulai berfikir terhadap semalam yang ia lalui.

"Kemaren gue ketabarak? Gara gara ada motor yang lewat? Arga!"

Pintu terbuka dan menampilkan seseorang.

"Kak?"

"Eh iya? Masuk." dan ternyata ia adalah Devon, adiknya.

Devon mengambil tempat disisi ranjang.

"Gimana keadaan lo? Udah membaik?" katanya.

Flo mengangguk, "Iya, lumayan."

"Lo ke club tadi malem?" tanyanya.

Flo hanya mengangguk pelan.

Devon menghela nafas panjang.
"Karna mama sama papa berantem lagi kemarin?"

Flo mengangguk tanpa melihat adiknya yang sedang menatapnya.

"Harus banget ke club?"

Flo hanya diam.

Dan Devon hanya terkekeh melihat kakaknya tak bergeming.

Tanpa aba aba cairan bening mulai jatuh dari pelupuk mata gadis itu. Ia merasa sedih sekali.
Devon yang melihat itu langsung memeluk kakaknya dengan sayang.

Salah satu kelemahannya adalah melihat kakaknya menangis, ia tidak tega karna Flo adalah orang yang paling ia sayang didunia ini.

"Gausah nangis lagi ya? Kalo lo merasa kekurangan kasih sayang, gue deh yang bakal gantiin. Jarang jarang dapet kasih sayang dari orang ganteng kan? Gimana?" terlihat Devon yang menaik turunkan alisnya.

Flo terkekeh ditengah isakkannya, "Najis lo!"

"Jangan nangis lagi ya? Males gue liat lo nangis kek gitu. Alay anjir."

"Mau gue lempar ya lo?" cibirnya.

"Hahaha! Oh iya, mobil lo rusak kan? Mama marah tau."

Flo menarik tubuhnya dari dekapan adiknya.
"Ah bodo amat! Tar juga dibeliin yang baru,"

FlorencyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang