Setelah selesai ground training, jadwalku jadi lebih lengang. Aku tidak perlu datang ke tempat training setiap hari--setiap pagi. Aku hanya melakukan persiapan sebelum flight training.
Flight training ini lebih fokus ke bidang service, yaitu berinteraksi langsung dengan penumpang dan memberikan pelayanan selama penerbangan.
Proses menjadi pramugari memang cukup panjang, biasanya kalau pekerjaan biasa, setelah dinyatakan diterima, hanya butuh waktu beberapa minggu untuk masa percobaan. Bahkan ada juga yang langsung bekerja.
Tapi sebagai awak kabin, banyak pelatihan yang harus dijalani, karena pekerjaan ini memiliki resiko yang tinggi. Kami harus berkompeten sebelum akhirnya terjun langsung pada pekerjaan.
Kebanyakan orang hanya tahu pramugari tugasnya memberi makan dan minum penumpang di pesawat, yang memberi informasi seputar penerbangan, bahkan yang lebih gila lagi, ada orang yang mengira angkat koper ke bagasi adalah tugas kami.
Tugas utama awak kabin bukan itu, tapi sebagai orang yang bertugas menjaga keselamatan penumpang selama penerbangan. Banyak keadaan darurat yang bisa saja terjadi selama penerbangan, bukan hanya pesawat yang jatuh saja. Misalnya, ada orang yang melahirkan di pesawat, pembajakan pesawat, kebakaran, kehilangan tekanan udara di dalam kabin, bahkan menangani serangan ayan.
Sebelum training, kami juga harus melewati kegiatan jungle survival. Jadi kami dilatih oleh Tentara Indonesia selama 6 hari di daerah Purwakarta.
Kami mendapat latihan bertahan hidup di hutan dengan pendidikan semi militer. Setiap hari dihukum untuk jongkok--berdiri sampai seribu kali, belum lagi push up, jalan bebek, dan latihan fisik lain.
Selama enam hari kami harus hidup seperti di hutan. Kami tidur dengan membangun tenda sendiri yang disangga potongan dahan ranting, naik turun bukit, membaca peta dengan menggunakan kompas, meyebrangi danau dengan sampan kayu yang bocor sejauh 2 kilo meter, mebuat rakit sendiri dengan bambu yang di ikat tambang, dan yang paling membuat aku menangis ketakutan adalah mongkey cross, yaitu berjalan dengan seutas tali menyebrangi tebing.
Awalnya kami harus menaiki tebing batu setinggi 20 meter dengan tali, susahnya bukan main, karena pijakan dengan kemiringan hampir 70 derajat. Pegangan harus kuat, kaki juga harus kuat.
Setelah sampai atas, kami harus menyebrang ke tebing lain dengan menginjak satu tambang yang mebentang menghubungkan dua bukit batu, tangan kanan-kiri berpegangan ke tali lain, keseimbangan benar-benar dibutuhkan saat itu. Sekali jatuh, memang nggak akan langsung mati, karena badan kami sudah diikat dengan tali pengaman, tapi orang lain nggak bisa bantu, alias harus berusaha berdiri sendiri.
Seperti yang terjadi pada Tami, dia terjatuh di tengah-tengah penyebrangan. Aku menangis karena khawatir. Ia sampai menangis sesenggukan, tapi dia harus berusaha sendiri, bukan karena pelatih tidak mau membantu, karena tidak memungkinkan pelatih membantunya. Akhirnya, Tami bisa bangkit dengan dukungan semangat dari semua teman batch.
"Jangan lihat ke bawah, Tami ayo, bisa Tami"
Setelah menyebrangi tebing, penderitaan belum selesai. Kami harus menuruni tebing itu dengan seutas tali lagi. Kali ini kemiringan tebing sampai 90 derajat. Kami harus melakukan rappeling. Posisi tubuh sedikit merebah dan tahan kiri menahan tali dibagian bawah, dan tangan kanan mengulur tali dibagian atas badan untuk bisa sampai bawah.
Pengalaman yang tidak mudah, bukan jenis berkemah biasa yang diwarnai api unggun, menyanyi lagu-lagu senja, tertawa haha--hihi, tapi selama enam hari kami merasakan perjuangan juga rasa kebersamaan dan kekeluargaan.
***
"Batik, gimana kemarin ujian wet drillnya?"
Aku tidak sengaja bertemu Satria saat buang sampah. Aku heran, kenapa setiap aku buang sampah selalu ada pertemuan, kan gak elit?
"Iya MaSat udah selesai, alhamdulillah lancar"
Jadi, semenjak nonton bareng kemarin, kami punya panggilan khusus, Batik ia bilang singkatan dari Mbak Tika, dan MaSat adalah singkatan dari Mas Satria, dariku.
"Alhamdulillah, terus FTR kapan?" (FTR; Flight Training)
"Iya schedulenya belum keluar, mungkin lusa"
"Oh gitu, eh Batik, ikut yuk besok?"
"Kemana?"
"Lusa Deva ulang tahun, kita kasih suprise"
Aku baru tahu tentang ini, yang jadi fokusku adalah, hadiah apa yang harus aku beri buat mas Deva di tanggal tua seperti ini?
"Oh gitu? Mau kasih suprise gimana MaSat?
"Lusa siang ya, nanti kita dekor kecil-kecilan kamarnya dia, nanti aku yang pinjam kunci, itu urusan aku. Terus paling abis itu kita nonton"
"Boleh MaSat, terus bahan-bahan dekornya mau kita beli kapan?"
"Udah ada, pokoknya kamu bantuin hias aja"
"Oke MaSat, nanti kasih tau aja ya kalau mau eksekusi"
"Siap, thank you ya Batik"
Setelah masuk lagi ke kamar, aku langsung membuka ponsel, membuka google dan mengetik 'kado untuk teman laki-laki'. Banyak hasil yang keluar, kemudian aku membuka satu tautan berjudul Kado Romantis Untuk si Pacar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Mugari Tengilwati (SELESAI)
Short StoryMenurutmu apa itu pekerjaan? Sesuatu yang kau cintai? Atau sesuatu yang terpaksa kau jalani? Aku mencintai pekerjaanku sebagai pramugari, katanya; pramugari itu enak, bisa keliling dunia gratis, menginap di hotel mewah, gajinya besar, kehidupannya...