Second Warning

25 0 0
                                    

Diperjalanan menuju bandara, kalimat bapak terus berputar dipikiranku. Pembicaraan kemarin seperti sebuah pengingat untukku, pengingat akan siapa aku dan siapa Marvin, dan akan seperti apa akhir cerita hubungan kami.

Aku gak bersemangat bekerja hari ini, badanku lesu, pikiranku sumrawut. Aku juga menggerek koper asal-asalan. Menarik napas panjang kemudian agak sedikit membanting saat menaikkan koperku ke dalam mesin xray.

"Lemes banget mbak? Lagi sakit ya?"
Tanya petugas aviation security saat menyisir sebuah alat detektor ke tubuhku.

Aku hanya tersenyum tak berdaya, andai dia tahu, sakit di dalam hati lebih mengenaskan daripada sakit fisik. Atau mungkin dia juga tahu, tapi seengaknya dia gak tahu kalau lemas yang ku rasa ini berasal dari hati, bukan fisik.

Schedule dua hari menginap di Palembang, aku gak banyak tingkah. Maksudku, aku gak kemana-mana. Mendekap, berdiam diri, bertapa di atas kasur sudah pilihan terbaik.

Aku gak ikut kru yang lain untuk jalan-jalan. Aku lagi capek. Seharian aku cuma tidur-bangun-makan-lanjut tidur.

Aku baru saja terbangun dari tidur sesi kedua. Aku membuka ponsel dan mengerenyitkan dahi saat melihat pesan dari Marvin.

Marvin

Morning Baby, save flight ya 😘

Kamu udah landing?

Kamu dah sampe hotel belum?

Kamu kemana? Ko gak ada kabar?

Halo?

Ko ngilang?

Kamu dimana sih?

Jangan bikin aku kesel deh

Astaga. Aku lupa gak mengecek handphone sama sekali semenjak sampai Palembang. Dan untuk pertama kalinya Marvin ngambek.

Aku segera menelepon, tapi gak di angkat. Duh.

Aku coba telepon lagi, di riject. Waduh, Marvin beneran ngambek.

Me
Baby sorry,
aku tepar banget, baru cek hp.
Aku baru bangun tidur 😥

Setelah lima belas menit.

Marvin
Harusnya ngabarin

Me
Iya baby maaf 😔

Pesanku hanya dibaca tanpa dibalas, hufft sedih.

Me
Km marah ya ☹️

Pesanku masih dicuekin.

***

Hari ini aku kembali ke Jakarta, setelah dari Palembang, menjalani Jakarta-Padang-Jakarta.

Aku berjalan menuju parkiran, Marvin sudah berdiri dengan jaket biru di ujung pintu parkir. Mukanya asem.

Aku senyum semringah nun menyedihkan, tapi dia masih terlihat ngambek.

Diary Mugari Tengilwati (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang