Sepulang dari mall aku nggak berhenti mengecek ponsel. Menunggu Marvin mengirim pesan, misalnya tanya apa aku sudah sampai rumah? Kamu lagi apa? Sudah makan lagi apa belum? Besok kerja kemana? Sudah punya pacar atau belum?
Tapi apesnya, nggak ada. Bahkan setelah dua hari berlalu pun dia nggak menanyakan kabar aku. Ternyata kemarin itu aku hanya kepedean.
Memang kutukan orang yang kelamaan jomblo kali ya? Ada aktor sekelas Marvino Alexander minta nomer handphone langsung otaknya kemana-mana duluan.
Percaya gak sih? kalau hari itu, hari disaat sepulang dari mall, aku sudah membayangkan kalau setelah hari itu aku akan sering chatting, terus nanti dia ajak aku bertemu, nonton bioskop, makan malam, terus pacaran. Iya! Hayalanku sudah sejauh itu, padahal tujuan Marvin minta nomerku pun sampai saat ini aku tidak tahu untuk apa, buktinya dia belum juga menghubungi.
Oh ya satu lagi, kemarin aku tulis nama lengkapku untuk nama kontakku di handphonenya. Itu jelas bukan tanpa tujuan. Aku mau dia tahu namaku yang bisa dia cari di sosial media. Barangkali dia mau cari tahu tentang aku. Haha konyol!
Boro-boro ada followers baru di Instagram, pesan masuk aja gak ada sama sekali. Mungkin Marvin cuma mau menguji dirinya sendiri, dengan judul tantangan: cewek yang menolak dimintai nomer handphone.
Angan-angan soal Marvin ini sudah kuhentikan, aku gak mau capek sendiri berkhayal yang mungkin gak akan kejadian. Aku punya hidup yang harus kunikmati juga, buat apa memikirkan hal yang nggak nyata. Walaupun kalau Marvin berubah pikiran, aku bakal sujud syukur kayanya.
Hari ini, aku masih menuntaskan jadwal vv alias vice versa atau bahasa terminal bus itu pp atau pulang-pergi. Jujur sih, jadal vv ini paling capek. Karena istrihatnya lebih sedikit tapi jadwal penerbangannya bisa lebih banyak.
Banyangkan saja, kalau aku ada 4 landing, misalnya Jakarta-Padang-Jakarta-Surabaya-Jakarta. Aku bisa dijemput jam 3 pagi, dan landing terakhir di Jakarta sekitar jam 5 sore. Belum lagi harus macet-macetan di saat jam pulang kantor. Sampe unit apartemen bisa jam 8 malam. Dan besoknya sambung lagi jadwal lain.
"Halo mbak"
"Hai mbak" kami bersalaman saat aku tiba di tempat menunggu mobil untuk pulang.
"Habis terbang dari mana mbak?"
"Dari.. Dari mana ya mbak?" Aku jadi linglung sendiri. "Dari padang atau Aceh ya?"
"Ya udah, udah capek banget ya"
"Mbaknya dari mana?" Aku balik bertanya.
"Dari singapura mbak, 4 landing"
"Wow sekali ya mbak" ia setuju.
Selain acara salam-salaman sebelum berangkat kerja, acara salaman ini juga harus dilakukan saat menunggu mobil antar pulang. Memang etikanya harus seperti itu.
Kalau lagi beruntung, bisa ketemu teman batch atau rekan yang pernah terbang bareng. Biasanya ngobrol jadi lebih asyik, gak cuma basa-basi habis dari mana, schedule berapa hari, dan semacamnya. Karena percayalah, semua orang yang bertanya hal serupa bukan benar-benar peduli dengan seberapa capeknya kamu, tapi hanya menjalankan prosedur basa-basi.
Tapi lama-lama aku terbiasa juga dengan hal ini. Aku juga sudah bisa memilih celah mana yang bisa aku hindari. Biasanya kalau aku lagi capek dan malas sungkem, aku pergi ke toilet, karena toilet biasanya selalu sepi. Lumayan sebagai tempat pengasingan diri.
Aku juga mulai suka dengan pekerjaanku. Walau ada capeknya, tapi ada bahagianya juga. Salah satunya kalau dapat jadwal ke luar negeri. Aku gak pernah bosan untuk jalan-jalan di negara orang, walaupun sudah entah yang keberapa kali aku kesana.
Salah satu yang membuatku senang adalah schedule duty free alias libur satu hari penuh waktu di Hongkong. Dua bulan lalu aku manfaatkan jadwal ini untuk pergi ke disneyland. Tapi selanjutnya, aku mau memuaskan diri dengan belanja.
Di akhir tahun antara natal dan tahun baru, biasanya berbagai negara akan ada perayaan besar-besaran, salah satunya diskon. Aku beruntung banget bisa dapat schedule ke luar negeri saat libur panjang begini.
Bayangkan saja, aku dapat sepatu vans cuma seharga 200 ribu perpairs. Rasanya ingin aku langsung buka jasa titip, aku bisa kaya raya.
"Mbak, nanti mau jalan kemana?" Tanyaku pada partner roomateku saat tadi tiba di hotel.
"Aku mau ngegym aja mbak, lagi malas kemana-mana"
Yaps, gak jarang menemukan karakter mbak seperti ini. Yang tidak menikmati keberadaan dengan maksimal. Kalau kita pikir-pikir, buat apa jauh-jauh ke Hongkong cuma untuk ngegym? Atau ada juga yang cuma tidur seharian di kamar.
Sebenarnya itu hak masing-masing, tapi aku sebagai manusia pantang rugi, gak akan pernah membiarkan hal itu terjadi. Walaupun aku habis gadang semalaman, kaki gempor kaya mau copot, kantung mataku berkantung, aku gak mau rugi menghabiskan waktu di hotel saat menginap di luar negeri.
Dan disaat seperti itulah, aku akan bilang "i love my job" dengan bangga, dengan mantap. Lalu saat kena semprot senior galak atau penumpang rese yang marah-marah karena gak kebagian pilihan makanan, perasaan suka itu jadi hilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Mugari Tengilwati (SELESAI)
Historia CortaMenurutmu apa itu pekerjaan? Sesuatu yang kau cintai? Atau sesuatu yang terpaksa kau jalani? Aku mencintai pekerjaanku sebagai pramugari, katanya; pramugari itu enak, bisa keliling dunia gratis, menginap di hotel mewah, gajinya besar, kehidupannya...