"Tika, are you good?"
Aku sempat ngebug seperesekian detik kenapa tiba-tiba tante Yora bertanya seperti itu. Ah! Pasti karena adegan itu.
"Iya tante. Marvin keren ya, aktingnya bagus banget, kaya bukan Marvin yang aku kenal" aku si jago berpura-pura. Aku tahu pertanyaan tante Yora cuma untuk memastikan apa aku baik-baik saja melihat adegan ciuman itu.
Nyatanya enggak, aku cuma berusaha bersikap tenang dan seolah gak terjadi apa-apa dengan hatiku. Mungkin habis ini juga aku harus ikutan casting film biografi flora dan fauna.
"Iya, puji Tuhan, responnya juga kayanya bagus"
"Iya tante, tadi juga langsung ditagih sekuel ketiga tuh"
"Iya, semoga sukses ya Tik"
"Amin tante"
Tante Yora memegang tanganku dan mengusap punggu tanganku. "Gak usah khawatir ya, tante tahu Marvin orangnya setia. Kamu gak masalah kan lihat Marvin adegan kaya gitu?"
"Gak apa-apa tante, Marvin juga udah cerita sebelumnya, jadi gak kaget sih"
"Makasih ya, udah support Marvin"
Seenggaknya, kalimat tante Yora tadi membuat perasaanku agak tenang, sedikit doang tapi. Karena kalimat itu cuma mampir sebentar kemudian hilang begitu saja waktu aku sampai di unit apartemenku.
"Lemes banget sih nyet? Udah?"
"Udah apa anjir? Jangan ngaco!"
"Dih elu, maksudnya Marvin udah pulang?"
"Nggak, konsep pertanyaan lo tadi gak gitu, ngapain lo cengar-cengir segala? Hapal gue sama otak mesum lo"
"Canda kali cuk, gimana? Sukses?"
"Sukses" aku melepas heelsku, dan merebahkan diri di sofa ruang tv.
"Terus, kok lo kaya gak semangat"
"Gila, adegan ciumannya masih kebayang tau gak lo. Kaya muter-muter gitu cuy di otak gue"
"Yaudah sih, itu kan cuma akting"
"Ya tapi ciumannya beneran, mana gede banget lagi pas di sorot itu layar segede babi full mukanya Marvin ama Alecia"
"Ya kan lo sendiri yang bilang kalau Marvin bisa profesional, kok sekarang lo jadi cranky"
"Tau Mi, kayanya gue insecure deh. Alecia cantik banget lagi tadi, gaunnya bagus banget, kulitnya glowing, idungnya juga mancung"
"Idung lo juga mancung Tik"
"Tapi idung gue cuma mancung lokal, kalau dia itu beda mancungnya kaya lancip gitu, idung blasteran"
"Ini kenapa kita jadi ngomongin idung ya?"
"Pokoknya gue insecure. Mana tadi wartawan banyak yang nanyain mereka pacaran apa nggak, nenurut gue bukan nanya sih, lebih ke nyuruh mereka untuk pacaran, brengsek emang"
"Kata gue juga apa, mending lo mulai go public deh, gak ada salahnya kok, ya biar mengurangi jodoh-jodohan aja sih"
"Tau ah gue bete"
"Terus, Marvin tau lo bete?"
"Nggak, gue bilang kalau gue gak apa-apa, padahal hati gue rasanya nyesek banget cuk"
"Yaudah, gak usah terlalu dipikirin, nanti jadi gak bagus buat hubungan lo. Gak masalah ko kalau lo jujur sama Marvin tentang perasaan lo, cuma sekedar buat sharing aja, bukan untuk membatasi kerjaan Marvin nantinya, biar lo gak makan hati"
"Iya, ya udah ah gue mau tidur, besok gue dijemput jam 3 pagi"
Aku masuk ke kamarku, dan memikirkan ucapan Tami. Ia benar, harusnya aku berani jujur tentang perasaanku, mungkin Marvin bisa mengobati perasaan canggungku setelah kejadian malam ini kalau aku berani terbuka dengan perasaanku padanya.
Baby, udah tidur? Makasih ya untuk malam ini
Aku membaca pesan Marvin dari notifikasi dilayar tanpa membukanya, aku sedang lelah, lelah dengan kepura-puraanku.
Kamu udah tidur ya? Selamat istirahat ya, semangat untuk besok kerjanya. Jangan lupa kabarin aku. Love u, good night 😘
Aku mencoba menutup mata, berusaha untuk tidur karena 4 jam lagi jemputanku sudah nangkring di lobi apartemen. Tapi tiap aku memejamkan mata, yang berputar di kepalaku adalah bagaimana permainan bibir antara Marvin dan Alecia. Sungguh sialan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Mugari Tengilwati (SELESAI)
Short StoryMenurutmu apa itu pekerjaan? Sesuatu yang kau cintai? Atau sesuatu yang terpaksa kau jalani? Aku mencintai pekerjaanku sebagai pramugari, katanya; pramugari itu enak, bisa keliling dunia gratis, menginap di hotel mewah, gajinya besar, kehidupannya...