Katanya, pelangi akan muncul setelah hujan, bumi akan kembali lahir setelah bencana, pohon akan tumbuh subur setelah musim gugur. Tapi setelah badai kemarin yang menimpaku, aku justru harus mengahadapi badai lainnya. Topan, angin ribut, elnino, tornado, tsunami, gempa bumi. Semuanya memporak-porandakan perasaanku.
Sorry lebay. Faktanya, aku masih suka memikirkan Deva walau sedikit. Pertanyaanku selalu sama. Kok bisa sih dia bersikap manis sama perempuan lain padahal dia sudah punya pacar? Buat apa?
Makasih ya mbak Tika untuk kadonya.
Ah aku sampai lupa, kado yang aku bungkus kertas warna-warni bergambar balon itu aku masukkan ke dalam kresek hitam yang aku simpan dipojokan kamar mas Deva. Dia butuh beberapa hari untuk menyadari kado itu dan akhirnya mengirimi aku pesan untuk mengucapkan terima kasih.
Aku hanya balas sekenanya. Sama-sama mas, semoga piringnya gak ilang lagi :)
Mungkin kalau dia gak pernah bawakan aku makanan, atau banyak bertanya tentang kehidupaku, keluargaku, hobiku, kesukaanku, aku juga gak tahu kehidupannya, keluarganya, hobinya, kesukaannya, aku gak akan jatuh cinta seperti ini. Ah, jatuh cinta tai kebo. Aku jadi benci dengan kata 'jatuh cinta'.
Semenjak acara suprise kemarin aku jadi menghindar untuk ketemu Deva, juga untuk ketemu Satria. Setelah kejadian ulang tahun, Deva juga gak menjelaskan apa-apa padaku. Ya buat apa juga dia menjelaskan, hubungan kami juga gak jelas.
Beberapa kali aku mendengar suara kopernya digerek berasal dari kamarnya, aku hanya menutup pintu kamarku rapat, dan selalu gagal untuk pura-pura tidak peduli.
Ada alasan kuat yag membuat aku gak terlihat menghindar. Karena aku akan segera menghadapi flight training, badaiku yang lain yang harus ku lalui.
FTR atau flight training itu adalah training yang dilakukan di penerbangan, sesuai namanya. Jadi aku seperti pramugari biasa, pakai seragam, berhias seperti pramugari, koper, tas, semuanya sama. Yang beda hanya papan nama, bukan namaku yang ada di dada, tapi tulisan trainee.
Yang menyeramkan dari FTR ini adalah, status sebagai training bisa membuat orang semakin fokus melihat kesalahan. Berhadapan langsung dengan penumpang, berhadapan langsung dengan senior, tapi sembari di tanya ini-itu sama penguji.
Fokus untuk meladeni penumpang, dan basa-basi dengan senior saja merasa serba-salah, apalagi harus sambil ditanya instruktur. Pertanyaanya banyak banget, seputar pesawat, alat keselamatan, cara menghadapi penumpang. Dan aku harus jawab secara lisan. Jadi gak bisa nyontek. Gak bisa mikir terlalu lama.
Untungnya pengujiku ini super baik. Dia bukan tipe orang yang matanya melotot, kalau ditanya harus langsung jawab dengan benar, salah sedikit main bentak, mulutnya lebih pedas dari cabe rawit ijo, nggak. Beliau baik banget.
Justru yang nggak baik adalah seniorku selama penerbangan ini. Dia tipe senior galak yang matanya selalu melotot, bahkan auranya aja diciptakan seperti pemeran antagonis sinetron kakak tiri yang benci sama adik tirinya.
Aku beberapa kali kena tegur karena dibilang lama tiap serving (memberi makan dan minum penumpang), dia bilang gerakannku seperti keong. Namanya juga bayi baru lahir, gak ada yang bisa langsung berlari, semuanya harus belajar merangkak dan berjalan dulu. Sepertinya mbak senior ini lupa kalau pernah jadi junior.
"Ini gimana sih yang training lama banget turunnya? Masa kita harus nungguin?"
Hari itu kami turun ke lobi sedikit telat, aku yang berpasangan dengan teman batchku mengalami kesulitan dengan sanggul rambut. Selain adaptasi dengan pekerjaan, berjibaku dengan pertanyaan, kami juga harus bergulat dengan rambut sanggul.
Frech twist, atau croissant, atau apapun itu namanya, yang jelas rambut sanggul ala pramugari ini bikin aku stres. Aku bahkan menghabiskan waktu satu jam untuk rambut sialan ini selesai. Bahkan teman pairingku lebih dodol lagi, rambutnya belum selesai juga sampai waktunya harus pergi.
Kami sudah seperti dua anak ayam yang siap diterkam serigala kelaparan, semua mata melotot saat kami tiba di lobi. Seperti lagi melihat Adam Lavigne turun pakai batik Korpri khas pegawai negeri sipil. Gak nyambung sih, pokoknya gitu deh.
Mati gue, habis ini gue jadi rendang kayanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Mugari Tengilwati (SELESAI)
Cerita PendekMenurutmu apa itu pekerjaan? Sesuatu yang kau cintai? Atau sesuatu yang terpaksa kau jalani? Aku mencintai pekerjaanku sebagai pramugari, katanya; pramugari itu enak, bisa keliling dunia gratis, menginap di hotel mewah, gajinya besar, kehidupannya...