Insyaflah !

38 3 2
                                    

Sehubungan dengan rencana acara surprise dengan Satria nanti, aku sudah memutuskan mau beli apa untuk kado mas Deva.

Aku tahu, bukan barang bermerek, bukan barang mewah, bukan barang mahal. Karena aku ini masih training, boro-boro mau beli barang mahal, untuk makan 3 kali sehari saja kadang masih susah.

Jadi aku pesan piring dan mug dengan tulisan 'ini milik D.E, yang merasa bukan pemiliknya, jangan asal pake' karena beberapa kali mas Deva mengeluh dengan piring dan gelasnya yang hilang. Aku sengaja buat custom. Seengaknya, hadiah dariku ini agak nyentrik sedikit.

Aku bertemu Satria yang akan dijemput terbang, kali ini aku lagi nggak buang sampah. Akhirnya peningkatan. Aku sedang ambil paket di pos satpam, paket yang isinya kado untuk mas Deva itu.

"MaSat terbang?"

"Iya Batik, pulang besok ko, nanti jadi ya?" Dia mengangkat kedua alisnya.

"Yah? Nge-ron?" (Ron--Remain Over Night; sebutan untuk menginap, istilah ini untuk pesawat, tapi hal ini dipakai juga untuk bahasa istilah kru yang menginap)

"Iya Batik"

"Sedih amat tahun barunya di kota orang"

"Iya, sedih banget, gak ketemu Batik setahun"

"Safe flight ya MaSat"

Satria pergi dengan mobil jemputannya. Satria itu aslinya sudah ganteng, ditambah pakai seragam pilot, jadi kombo-kombo gantengnya. Tapi tetap, hatiku sudah mentok di mas Deva.

"Udah lama nih gak ketemu" tiba-tiba aku bertemu mas Deva saat beberapa langkah menuju kamar.

"Ih Masnya yang jarang dikost"

Setelah nonton bareng itu, aku juga baru sekarang bertemu lagi dengan mas Deva. Kami memang nggak begitu intens berkabar, tapi aku selalu tahu dia habis terbang dari mana setelah dia membawakan aku makanan daerah yang mas Deva inapi.

"Aku goreng pempek nih, mau?"

"Mauuuuu"

Kami duduk di teras lantai tiga, dekat dapur bersama. Cuaca Jakarta cukup panas, apalagi Jakarta Barat. Tapi demi makan pempek bareng mas Deva, aku bodo amat.

"Masnya dari Palembang?"

"Iya Mbaknya, kemarin ron 3 hari"

"Pantes gak pernah kelihatan"

"Gimana kemarin wet drill? Lancar?"

"Lancar dong"

"Itu, apa?" Mas Deva melirik paket yang ada disebelahku.

"Oh, paket"

"Buat tahun baruan ya?"

"Haha, kok tahu sih? Buat menyambut pertambahan tahun" aku mengangkat alisku.

"Emang Mbaknya tahun baruan kemana?"

"Nggak tahu Masnya" bohong banget! Padahal Tami dan Tiara mengajak aku untuk menghabiskan tahun baru di kafe daerah Jakarta Selatan, bareng pacarnya Tiara juga. Tapi aku berharap mas Deva mau ajak aku. Tapi ternyata dia nggak ada respon.

"Kalau Masnya? Tahun baruan kemana?"

"Aku ada acara keluarga"

"Oh" padahal hatiku YAAAH..

"Emang teman-teman yang lain gak pada jalan?"

"Nggak tau sih, mungkin, tapi gak tahu juga" Buset Tik, masih ngarep aja! Kata batinku.

"Eh itu tadi Satria mau terbang kemana ya?"

"Kemana ya? Lupa deh, eh, apa nggak nanya ya?"

"Haha, kamu itu gimana? Belum juga satu jam ketemu dia"

"Iya, lupa Masnya, beneran. Kenapa emang?"

"Nggak apa-apa, udah lama juga gak ketemu Satria, padahal satu kost"

Aku hanya angguk-angguk saja, pikiranku bercabang, antara pempeknya mau minta tambah tapi malu, dan perasaan kecewa karena nggak bisa tahun baruan sama mas Deva.

"Kayanya kalian udah dekat ya?"

"Siapa? MaSat maksudnya?"

"Iya, dia juga manggil Batik ya?"

"Haha, iya itu ide aja"

"Gimana Satria?"

"Gimana apanya Masnya?" Aku masih belum paham, pikiranku masih kalut sama pempek yang dibawa mas Deva kali ini lebih enak dari yang kemarin, aku pikir mereknya beda. Tapi aku lebih suka. Kuah cuko pedasnya pas. Aku sedang menikmati tiap kunyahan pempek ini tiba-tiba hampir tersedak.

"Mbaknya suka gak sama Satria?"

"Lah? Masnya kenapa? Tiba-tiba nanyain Satria?"

"Ya nggak apa-apa, cuma nanya aja. Satria jomblo tuh" mas Deva senyum-senyum menggoda imanku.

Gue sukanya sama elo woy! Hatiku lagi yang jawab, mulutku tiba-tiba rasanya terkunci. Jujur, aku nggak tahu harus merespon apa.

"Gimana?"

"Gimana apa Masnya?"

"Satria"

"Astagfirullah, nggak Mas"

"Kenapa?"

"Ya gak apa-apa"

"Belum kali?"

"Ya Allah"

"Kamu kenapa sih? Nyebut mulu kaya lagi lihat setan aja, haha" mas Deva cengengesan melihat wajahku yang benar-benar gak ada ekspresi humornya sama sekali ini.

"Ya abis Masnya ngaco"

Kalau perlu aku baca ayat Kursi deh Mas, biar kamu insyaf dan sadar kalau aku sukanya sama kamu. Jadi stop tanya-tanya tentang Satria walaupun dia gantengnya lebih dari kamu! Tolong, paham.

Diary Mugari Tengilwati (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang