A day in Singapore 1

38 4 1
                                    

Salah satu penerbangan favoritku adalah duty free di luar negeri. Duty free adalah jadwal satu hari penuh di suatu wilayah atau negara agar waktu istirahat kru penerbagan tercukupi.

Walaupun jadwal duty free pastilah harus bergadang karena menjalani penerbangan malam, atau bahkan seharian; ini makna seharian yang sebenarnya, karena penerbangan bisa sampai 14 atau 16 jam.
Misalnya, take off dari Jakarta jam 6 sore transit di Denpasar selama 3 jam, kemudian take off lagi ke Sydney dan baru bisa istirahat sekitar jam 12 siang waktu Sydney, sudah seperti zombie berjalan.

Tapi seenggaknya kami punya waktu minimal satu hari penuh di negara orang. Bisa seharian jalan-jalan walau besoknya pasti berangkat pagi buta.

Hari ini aku menginap di singapura setelah menjalani rute Jakarta-Balikpapan-Jakarta-Singapura. Jemputanku sudah nangkring tadi pagi jam 10. Dan sekarang aku baru bisa merasakan empuknya kasur hotel jam 12 malam.

Rute Singapura ini cukup melelahkan, karena penumpang selalu penuh, dengan durasi penerbangan hanya 1 jam 30 menit dan full service dimulai dari pembagian jus dalam kemasan dan tisu basah sesaat setelah penumpang masuk pesawat, serving dengan 2 pilihan makan ditambah roti bun yang nambah tingkat keribetan karena trolley sudah penuh dengan ragam jus buah kemasan, penyajian minuman beralkohol, belum lagi drama pembagian makanan spesial yang di request penumpang.

Dibeberapa maskapai biasanya menyediakan menu makanan spesial yang bisa di pesan penumpang pada saat check in, biasanya hal ini dilakukan bagi orang-orang yang menghindari makanan yang mengandung bahan pemicu alergi dari penumpang tersebut, atau bagi seorang vegetarian yang menghindari daging-dagingan, bahkan juga bagi penganut agama tertentu agar terhindar dari sajian yang dilarang agama mereka.

Alasan rute Singapura selalu penuh karena Singapura adalah salah satu rute transit bagi penumpang yang akan melanjutkan penerbangan lain ke luar negeri. Kalau ibarat KRL sih seperti stasiun Manggarai atau stasiun Tanah Abang, jadi tahu kan jelimetnya kaya apa?

Yang membuat duty free kali ini menjadi kombo menyenangkan adalah Marvin. Aku sekarang sudah intens berkomunikasi dengannya, setelah jalan-jalan di Bali, kami jadi semakin dekat.

Sebetulnya, setelah pertemuan kami di Bali, kami belum pernah ketemu lagi di Jakarta, waktu liburku selalu bentrok dengan jadwal liburnya, lagipula rasanya canggung kalau ke tempat publik sama Marvin di Jakarta, aku belum siap muncul di akun gosip.

Aku janjian dengan Marvin di lobby hotelku, ia sudah menunggu di sofa saat aku tiba. Mengenakan kaos hitam oversize dengan celana hitam dan sepatu nike putih dan baseball cap di kepalanya, aku mengenakan dress casual bermotif bunga daisy dan sepatu vans. Rambutku diikat, karena Singapura cukup terik siang ini.

"Di Singapura enaknya kemana ya?" Tanya Marvin sehari sebelum keberangkatan.

"Enaknya sih jalan-jalan" jawabku, karena aku juga bingung kalau harus menentukan tempat.

"Iya tau, maksudnya, kita jalan kemana gitu?Atau kamu mau kemana gitu?" Terdengar suara Marvin terkekeh diujung telepon.

"Jujur, kalau aku bilang terserah, aku pasti dibilang gak inisiatif dan kaya perempuan klasik yang kalau ditanya selalu jawab terserah, tapi aku juga gak ada tujuan" suaraku juga mulai terdengar menahan tawa.

Marvin terdengar tertawa diujung sana "Tempat apa yang belum pernah kamu datangi?"

"Bukannya sombong nih, tapi udah semua"

"Serius? Keren sekali suhu ini"

"Ya abisnya ke Singapura sebulan sekali. Tapi ada sih satu yang belum"

"Apa tuh?" Jawab Marvin antusias.

"Merlion Park buat foto dipatung singa"

Marvin terbahak "serius belum pernah kesana? Itu kan biasanya tujuan pertama orang yang pergi ke Singapura, Tika"

"Iya itu dia, atau gini deh, yang kamu belum pernah kemana? Ke Gardens by The Bay udah belum?"

"Belum sih"

"Kesana aja yuk?"

"Serius? Kamu gak mau ke Merlion aja, tempat yang belum pernah kamu datangi itu? Nanti aku fotoin kamu sama patung Singa sambil jongkok kamu mangap seolah-olah lagi minum air dari mulut singa"

Aku tertawa terbahak, obrolan malam itu ditelepon sukses membuatku senyum-senyum sampai di pesawat sebelum aku tiba di Singapura. Dan sekarang Marvin sudah ada di depanku sambil tersenyum manis.

Kami langsung menyebrang untuk naik bus yang akan membawa kami ke Gardens by The Bay, aku cukup heran melihat Marvin yang sudah hapal rute bus disana. Padahal baru semalam aku bilang kalau aku setiap bulan ke Singapura, tapi sepertinya dia lebih hapal jalanan dari pada aku.

"Ko kamu hapal naik-naik busnya?"

"Singapura kan kecil Tik, sehari disini aja bisa langsung hapal"

Iya sih, batinku setuju. Tapi tetap saja, aku pasti harus bertanya satpam dulu setiap kali akan bepergian di Singapura.

Marvin menggenggam tanganku saat akan menaiki bus, karena bus yang kami taiki penuh, kami pun harus berdiri. Aku melihat Marvin kesulitan untuk mengendalikan keseimbangan tubuhnya, beberapa kali ia terlihat susah payah bertahan dengan pijakan kakiknya saat sopir bus menginjak rem untuk berhenti di halte.

Kami gak banyak bicara, hanya saling lempar senyuman saat tatapan kami bertemu. Hingga kami tiba di tujuan pemberhentian kami.

"Kamu jarang naik bis sambil berdiri ya Vin?"

Pertanyaanku sebetulnya gak penting, ya kali aktor sekelas Marvin, yang judul sinetronnya ratusan, yang kalau pergi kemana pun di Indonesia pasti semua orang ribut minta foto bareng naik bus.

Marvin tersenyum sambil mengulum bibirnya, dia hanya menggeleng kepalanya. "Kenapa? Kelihatan cupu ya?"

"Haha, kok cupu sih? Lucu aja liatnya tadi"

"Jarang aja kebagian naik bis berdiri, gak tahu nih hari ini orang-orang pada mau kemana sampe bisnya penuh terus"

"Kalau aku udah terlatih sama trans Jakarta"

"Masa?" Katanya sambil mengeluarkan dompetnya saat kami akan membeli tiket masuk.

"Kamu tau gak? Aku tuh bisa tidur sambil berdiri nyender ke tiang gitu?"

"Serius? Wah gokil kamu. Aku harus berguru nih lain kali"

"Nggak, emang dasar pelor aja sih"

"Tapi iya sih, kok bisa tidur sambil berdiri"

Kami masuk ke area taman bunga indoor milik negara Singapura itu, gedung kaca yang dipenuhi tanaman hias dan bunga-bunga indah itu terasa sejuk dengan pendingin udara yang terasa sampai setiap sudut ruangan.

Belum lagi air terjun buatan yang berada dibagian depan dekat pintu akses masuk, dengan tanaman hijau lebat yang mengelilingi tebing yang menopang air yang berjatuhan. Pilihan yang tepat untuk menikmati waktu bersama dengan berbincang disuguhi pemandangan indah bunga-bunga juga tanaman hias.

Langkahku sejalan dengan langkah Marvin yang berjalan disampingku, yang tak henti menatapku saat aku bicara padanya, aku menyukai waktu ini, waktu yang sedang berjalan ini, walaupun jadwal penerbanganku besok pasti membuatku jungkir-balik.

Diary Mugari Tengilwati (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang