Anak Kost

58 5 0
                                    

Hari ini aku pindahan, aku ambil kost di seberang tempat training. Berhubung jadwal training itu setiap hari dari pagi sampai sore, kayanya gak imut kalau harus bolak-balik Cibubur-Cengkareng. Tiap hari, macet-macetan, belum lagi harus bau knalpot motor. Gak dulu deh.

Jadi aku putuskan untuk nge-kost, semua teman bitch, eh maksudnya batch juga melakukan hal yang sama. Pilihan kost di area sini banyak, jadi gak perlu susah payah cari yang kosong. Tinggal sesuaikan sama budget saja.

Kalau aku sih, yang penting ada AC, dan kamar mandi di dalam, masalah ada dapur, fasilitas wifi, jasa laundry, gak terlalu penting ya. Gak ada itu pun aku gak akan mati.

Aku di antar ibu, bapak, dan Uta. Pokoknya lengkap. Pasalnya ini pertama kali aku pisah dengan mereka. Selamat ya Ta, jadi anak semata wayangnya bapak-ibu.

Acara pindahan nggak begitu dramatis, toh tiap minggu juga aku bakal pulang. Aku cuma bawa baju keperluan selama training. Gelas dan piring plastik masing-masing satu biji.

Kostannya ada tiga lantai, aku ambil lantai tiga. Semakin atas kamarnya semakin murah bayarannya. Iyalah, kaki juga makin gempor tiap naik-turun tangga. Aku pasrah kalau betisku jadi berbuah. Ruang kamar lumayan besar, ada kasur ukuran single, lemari satu pintu, cermin yang digantung di dinding, tv yang super kecil, saking kecilnya kalau lagi baca running text harus menyipitkan mata, itu tulisan apa semut yang lagi jalan? Dan kamar mandi, selesai.

Niatnya, sore nanti aku mau cari makan sama temanku yang lain, aku masih rebahan di kamar. Sebenarnya hari ini aku cuma pindah lokasi tidur saja. Baju masih penuh di koper belum aku bongkar. Jiwa malasku ternyata aku bawa pindahan juga.

Aku pergi ke area dapur, aku haus, mau ambil minum di galon bersama yang ada di ujung tangga lantai 3.

"Baru pindahan ya?"

Aku kaget, serius kaget. Aku kira kostan ini ada setannya, tiba-tiba ada suara gitu saja. Tapi ternyata yang bikin kagetnya jadi dobel adalah laki-laki yang bertanya adalah orang yang papasan waktu aku gagal di tes pertama waktu itu. Sumpah, aku jadi kombo kaget.

"Eh, iya mas" aku senyum sambil gigit bibir bawah pakai gigi atas, buat apa coba? Kalau dipikir nggak ada faedahnya sama sekali. Yang ada kaya marmut lagi puber.

"Lagi training?"

"Iya betul mas"

"Oh. Sama kalau gitu" katanya, sambil angguk-angguk kepala. "Kamarku di ujung, kalau butuh apa-apa nanti boleh kasih tau, kali aja mau angkat-angkat barang berat, lumayan juga soalnya naik-turun lantai 3"

Aku sangat butuh Mas, butuh seseorang seperti kamu mengisi relung hatiku, sudah good looking good performing juga. Percis kaya paket komplitnya ayam penyet sambal ijo Fatmawati, pake tahu plus tempe goreng, kol gorengnya agak banyak, minumnya es teh manis. Seger.

"Iya makasih mas"  aku sok-sok an gak peduli dengan tawaran si mas ganteng. Ya elah, receh banget.

Setelah adegan kaget-kagetan itu, aku gak jadi minum dari gelas yang sudah aku isi penuh air mineral. Dikepalaku sekarang adalah, mas Deva ingat aku adalah orang yang papasan sama dia sebulan lalu? Atau dia cuma formalitas menyapa sesama penghuni kost?

Diary Mugari Tengilwati (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang