Aku memutuskan pindah lebih cepat ke apartemen karena aku ingin melupakan semua tentang Deva. Semenjak hari perpisahan itu, aku semakin dihantui oleh perasaan tololku kepadanya. Aku harus menghentikan secepatnya, dan satu-satunya cara adalah pergi menjauh dari sumber masalah.
Aku juga sudah mulai bekerja, scheduleku sudah keluar untuk satu bulan ke depan. Banyak banget. Jadwalnya beruntut, jatah liburku benar-benar pada batas maksimal.
Jadwal terbang itu beda dengan jadwal kerja kantoran. Semua tanggal bagi kru penerbangan adalah hitam, tidak ada tanggal merah. Kami bekerja sesuai jadwal yang diberikan oleh scheduler. Bagian khusus yang mengatur jadwal terbang pilot ataupun pramugari.
Jadi kalau ada berita pramugari yang mau banyak jam terbang harus tidur sama pilot itu gak benar. Rasanya aku ingin tampol orang yang berbicara sembarangan itu.
Pilot saja jadwalnya di atur orang lain, bagaimana dia mau mengatur jadwal pramugari. Logikanya, kalau pilot bisa mengatur jadwal pramugari, dia juga pasti bisa mengatur jadwal dirinya sendiri. Lalu jadwal pasti akan berantakan karena kemungkinan semua pilot hanya ingin menjalankan schedule yang enak-enak saja, seperti ke luar negeri.
Dalam satu bulan, awak kabin minimal dapat libur 8 hari. Waktunya kapan itu tidak bisa dipastikan, bisa setelah dua hari kerja atau setelah enam hari kerja. Yang jelas semuanya juga di atur dari berapa lama jam istirahat yang harus didapatkan.
Salah satu aturan sebagai anak yang baru release adalah selalu bilang first flight pada saat briefing. Hal ini bertujuan untuk memberi informasi kepada senior agar mereka lebih toleransi kalau kerja kita masih lambat, atau jika ada hal-hal yang belum diketahui selama bekerja nanti.
Bahkan aku masih bilang first flight setelah satu bulan bekerja karena aku merasa masih sering kebingungan.
"Mbak sebatch sama Gea kan?"
"Iya mbak"
"Aku pernah terbang bareng sama mbak Gea, tapi kayanya udah sebulan yang lalu dia first flightnya"
"Oh iya mbak, Gea schedulenya lebih awal keluar dibanding saya" alibiku.
Setidaknya aku gak akan terlalu dimarahi kalau melakukan kesalahan, namanya juga anak baru. Lagipula, keuntungan dengan bicara first flight juga biasanya tidak dihadapi dengan pekerjaan yang beresiko.
Selain itu keuntungan lainnya adalah, setiap menginap si anak baru akan diajak satu kru jalan-jalan di kota tersebut untuk menikmati makanan khas daerah. Tentu aku sudah banyak tahu karena sebelumnya Deva sering membawa makanan-makanan itu untuk ku nikmati.
Ternyata jadi hamba udara itu melelahkan, dijemput pagi buta, bahkan ayam saja belum berkokok, babi ngepet masih sibuk mengitari rumah warga, tuyul sedang asyik keliling, dan begal juga sedang sibuk cari mangsa.
Aku harus berangkat jam 3 pagi, sampai di destinasi terakhir biasanya malam, sampai hotel boro-boro mau jalan-jalan, bisa langsung tidur juga sudah bersyukur karena besok pagi sudah harus meninggalkan hotel.
Intinya, semua pekerjaan itu ada konsekuensinya, mau besar atau kecil penghasilan semua juga ada resikonya.
Konsekuensi yang aku dapat sebagai pramugari adalah waktu. Aku tidak memiliki waktu untuk diriku sendiri, untuk menikmati semua yang kumiliki, untuk menikmati waktu bersama orang lain.
Aku tinggal bersama Tami, tapi aku jarang bertemu dengannya. Aku libur disaat Tami bekerja, begitu sebaliknya. Aku merasa tidak memiliki siapapun selain diriku sendiri semenjak menjadi hamba udara. Apalagi status jomblo kronis yang kumiliki saat ini membuat aku semakin kesepian.
"Tik, gue pacaran sama Alfa"
"FO tripple seven? Anjir kok bisa?"
"Iya kan gue dikenalin sama mbak Rima, eh taunya dia kemarin nembak gue"
"Selamat cuk, gila teman gue gercep banget"
"Makanya lu juga cari pacar biar gak buluk"
"Ya itu dia Mi, udah 8 bulan gue kerja, kagak ada yang ngajakin gue kenalan, gue sejelek itu apa ya?"
"Elunya terlalu lempeng kali"
"Ya emang gue harus gimana? Tebar pesona? Kan gue paling gak bisa kaya gitu Mi, lu tahu sendiri"
"Ya maksud gue, lu kalau kerja jangan terlalu lempeng, ngobrol kek"
"Ya gue juga ngobrol, gila! basa-basi segala macem, bisa kelar idup gue kalau jadi introvert"
"Mungkin lo kemakan omongan elo sendiri cong, inget gak, dulu lo bilang gak mau punya hubungan apa-apa sama pilot, nah tuh"
"Iya gue kan cuma bilang gak mau sama pilot, bukan berarti sama cowok lain. Masalahnya ini gak ada satupun cowok yang ngajakin gue kenalan, atau minta nomor hp nyet"
"Belum kali cuk, gak tahan ya tete lu nggak ada yang grepein?"
"Bangsat emang lo, gue bete juga ke mall sendirian mulu, ngajak elu gak pernah bareng liburnya. Tiara juga sama"
"Lagian Deva kenapa sih gak putus-putus sama ceweknya"
"Heh, gila kali lo"
"Gue kenalin aja sama temannya mas Alfa mau lo?"
"Nggak Mi, thanks deh. Gue paling gak bisa dikenal-kenalin begitu, suka gak sesuai ekspetasi. Gue lebih suka yang ketemu kebetulan, terus gue klik gitu"
"Ah terserah lu deh, kalau nunggu begitu ya sabar-sabar aja. Udah ah gue mau mandi dulu, jemputan gue bentar lagi datang"
Saat Tami pergi ada satu nama yang membuat pikiranku kembali terusik. Saat nama Deva disebut, apa kabar ya dia? Aku benar-benar gak pernah berhubungan sama sekali dengan dia, bahkan bertukar kabarpun nggak. Kami hanya saling melihat cerita instagram yang kami posting masing-masing tanpa mengomentari. Ternyata hari itu, saat salaman perpisahan adalah hari terakhirku bertemu dengannya.
Aku tidak pernah bertemu Deva lagi, di bandara ataupun di crew centre. Hal yang aku pelajari setelah bekerja sebagai kru penerbangan adalah setiap pertemuan itu sebuah takdir. Aku bertemu dengan ratusan orang yang berbeda setiap hari, meskipun tidak satupun dari orang yang kutemui itu yang aku kenali, semuanya sudah takdir.
Dan takdir pertemuanku dengan Deva sudah berakhir sejak hari itu. Entah kami akan ditakdirkan untuk bertemu lagi atau tidak, aku sudah tidak mau berharap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Mugari Tengilwati (SELESAI)
Short StoryMenurutmu apa itu pekerjaan? Sesuatu yang kau cintai? Atau sesuatu yang terpaksa kau jalani? Aku mencintai pekerjaanku sebagai pramugari, katanya; pramugari itu enak, bisa keliling dunia gratis, menginap di hotel mewah, gajinya besar, kehidupannya...