Ibu Peri vs Ibu Tiri

38 3 0
                                    

Nggak terasa aku sudah mengudara selama satu tahun, dan statusku masih juga menjomblo. Terima kasih predikat jomblo, sudah setia menemaniku selama satu tahun setengah.

Gak ada yang berusaha mendekati aku selama satu tahun ini, ya ampun, aku sampai bingung. Kali pertama dalam hidupku, biasanya aku orang yang paling sebentar menjomblo, habis putus langsung ada pengganti.

Sempat terlintas dalam pikiran atas ucapan Tami tempo hari, mungkin gara-gara ucapanku, ikrarku semenjak tahu Deva sudah punya pacar. Tapi kalau di pikir jungkir-balik apa hubungannya?

Aku gak seperti mbak-mbak lain yang habis ron beberapa hari langsung akrab dengan sesama kru, bahkan keakraban itu bisa berlanjut seusai schedule. Kami hanya bertukar akun instagram untuk mentautkan satu sama lain saat membagikan postingan, habis itu selesai. Semuanya menjalankan hidup masing-masing.

Selama satu tahun ini juga, aku banyak mengenal karakter manusia. Manusia itu unik. Apalagi background pramugari yang berasal dari macam-macam daerah, membuat aku semakin mengenal banyak karakteristiknya.

Dalam dunia awak kabin, selain ada pramugari junior dan senior, ada juga jenis-jenis pramugari senior. Jenis pertama adalah baik seperti ibu peri, dan jenis kedua adalah jahat seperti ibu tiri. Hanya dua.

Kalau yang baik, ya baik banget. Dari mulai bicaranya yang lembut, nggak bawel, nggak diktator, nggak jahat, nggak makan tulang kawan, rajin, kerjanya gesit, rapi, dan suka menolong. Pokoknya kaya ibu peri.

Tapi jenis kedua, yaitu yang seperti ibu tiri (maaf ya, gak semua ibu tiri itu jahat, ini hanya perumpamaan) kalau jahat, ya jahat banget.
Aku pernah di teriaki dengan kata-kata kasar, disuruh berhenti makan untuk membersihkan toilet, diteriaki di depan orang banyak, di marahi sampai matanya melotot dan urat-urat lehernya mengeras seperti mau putus, bahkan yang paling parah adalah di dorong saat aku dianggap melakukan kesalahan.

Kadang mulut mereka juga pedas banget, gak jarang menemukan orang yang mengadu pada cabin one (pemimpin pramugari, jabatan tertinggi berdasarkan job desk), menjelek-jelekkan, memfitnah, dan lain sebagainya.

Aku pernah dipermalukan oleh seniorku saat aku menginap yang kedua kali di Hongkong. Saat itu kami sedang sarapan bersama dengan seluruh kru. Aku mengambil beberapa pilihan makanan yang tersedia di buffet hotel. Aku mengambil omelet, sosis, dan semangkuk bakso.

Saat aku sedang makan, ada satu senior yang terus memperhatikanku, umurnya jauh lebih tua dariku, mungkin umurnya sama dengan ibuku. Aku kira dia tergiur dengan menu yang aku ambil. Karena dia benar-benar menyaksikan aku makan sampai makanan dipiringku tandas.

"Kamu non-mulim Tik?"

"Kenapa mbak?"

"Kamu muslim bukan?" Nadanya sengaja dibuat lebih besar sehingga semua kru bisa mendengar ucapannya.

"Iya mbak"

"Muslim?" Tanyanya lagi, membuatku bingung.

"Iya muslim"

"Terus kenapa kamu makan itu? Emangnya kamu gak tahu apa yang kamu makan itu mengandung pork?"

Aku terdiam, jujur aku baru tahu tentang ini. Aku pernah sekali menginap di Hongkong bulan lalu, dan apa yang aku makan ini sama dengan yang aku makan bulan lalu.

Saat itu gak ada yang bicara seperti ini padaku, bahkan aku tahu bakso di hotel ini enak dari salah satu senior yang waktu itu terbang bersamaku, dan dia juga seorang muslim.

"Makanya kamu lihat, semuanya cuma makan rebus-rebusan. Cuma kamu doang yang makan itu"

Aku hanya diam, aku sendiri terkejut dan tidak tahu. Apalagi semua makanan sudah masuk ke dalam perut. Jika aku tahu sebelumnya juga pasti aku tidak akan makan-makanan itu.

"Lain kali tanya-tanya dulu sebelum makan, sekarang gimana tuh kamu tanggung jawabnya kalau udah makan-makanan haram" cerocosnya lagi.

Sumpah, kalimatnya benar-benar nusuk ke hati. Bukan hanya kesalahanku saja yang sudah memakan makanan haram, tapi juga semua orang jadi tahu kegoblokanku.

"Ya udah, udah habis juga, nanti berdoa aja minta ampun" kata kaptenku hari itu.

Dia tahu aku menyesal, dan mungkin wajahku juga terlihat murung, kapten itu berusaha untuk mengalihkan suasana hatiku. "Gak apa-apa, kan gak tahu. Enak gak?" Dia tersenyum ramah.

Aku hanya tersenyum getir, kemudian kapten kru dan yang lainnya berusaha untuk mengalihkan pembicaraan hingga semuanya tidak lagi menatapku.

"Itu gimana tuh kamu udah makan babi begitu? Dosa loh itu"

Dan lagi, mbak sialan ini malah membahasnya lagi disaat semua orang sudah berlanjut dengan pembicaraan lain. Aku hanya diam, tidak berkata apa-apa. Aku ingin segera menyelesaikan acara sarapan pagi terutuk ini.

"Si mbak itu kenapa sih? Harusnya kalau dia tahu, ngomongnya dari awal. Jangan pas udah habis baru ngomong" Tiba-tiba partner sekamarku mengomel saat kami tiba di kamar.

"Iya ya mbak, jujur aku gak tahu kalau itu pork" sahutku.

"Iya, harusnya dia kasih tahu dong dari awal. Dia tuh kaya sengaja banget biarin kamu habisin makanan, terus menghakimi begitu, mana ngomongnya di depan semua orang. Kalau dia bisa bijak, harusnya kasih tau empat mata aja"

Mbak roomateku benar, orang itu seperti sengaja ingin membuatku malu, dengan sengaja ia membiarkan aku menghabisi makananku kemudian dia permalukan aku di depan semua orang. Aku gak tahu salahku apa, dari awal aku bekerja rasanya aku sudah menjalankan prosedur sesuai aturan, aku juga gak ada masalah apapun dengan senior itu. Tapi dia berperilaku jahat.

"Aku aja yang non-muslim merasa tersinggung lihat kamu digituin mbak, kesannya dia orang paling suci. Kapten aja udah bilang ya udah, dia masih aja bahas"

Begitulah, salah satu orang jahat yang aku temui di tempat kerjaku. Bahkan disaat kita sudah melakukan yang terbaik versi diri kita sendiri, akan selalu ada orang lain yang ingin menjatuhkan dan membuat karakter menjadi rusak. Waspadalah! Orang jahat bukan hanya di jalanan, tapi juga di tempat kerja.

Diary Mugari Tengilwati (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang