Selfdate

32 3 0
                                    

Aku sudah biasa menghabiskan waktu libur sendiri, awalnya agak aneh, jalan-jalan sendirian di mall. Tapi lama-lama asyik juga, ya dari pada enggak. Daripada hari libur cuma rebahan di kamar sambil nonton vlog kegiatan orang lain sehari-hari, maksudnya apa asyiknya? Bukannya kita semua juga punya kegiatan yang sama? Misalnya belanja bulanan, jalan-jalan ke Dufan, jajan di pasar malam, perawatan di salon kecantikan, dan mengikuti kegiatan orang normal lainnya.

Bahkan aku juga sering pergi ke bioskop sendiri, awalnya risih tiap beli tiket, karena harus memilih kursi yang nggak bersebelahan sama orang yang kemungkinan besar berpacaran. Gak lucu juga kan nyempil ditengah-tengah dua sejoli.

Selain itu juga biasanya waktu selesai nonton sama partner, akan ada tukar pendapat seputar film tersebut, seperti mengomentari suatu adegan, atau menilai kemampuan akting para aktor, atau bahkan menghakimi akhir cerita yang nggak sesuai ekspetasi.

Film pertama yang aku tonton sendirian adalah Finding Dory, cupu banget aku sampai nangis waktu Dory bertemu keluarganya yang selama bertahun-tahun menyusun kerang agar Dory bisa menemukan jalan untuk pulang ke rumah. Aku nangis sesenggukan.

Awalnya aku juga merasa aneh, jalan sendirian masuk theater, keluar sendirian juga disaat semua orang lain berpasangan atau bergerombol. Tapi lama-kelamaan aku enjoy dengan situasi tersebut. Hal itu bermula saat aku dan Tami janjian untuk nonton film bareng, tapi karena jadwal libur kami tidak pernah sama, akhirnya filmnya keburu turun layar.

"Mbak mau nonton?"

Waktu itu aku memesan taksi online menuju bioskop andalanku, bioskop di daerah Slipi Jakarta Barat yang besebelahan dengan hotel yang namanya mirip dengan namaku.

Hal yang aku sukai di bioskop ini adalah, gak perlu jalan jauh untuk sampai ke area bioskop. Karena gedung tersebut diperuntukkan bagi orang yang hanya ingin nonton film tanpa belanja dan keliling cuci mata, nggak menyatu dengan mall yang biasanya terletak di lantai paling atas.

"Iya" jawabku pada sopir taksi online yang sok asyik ini.

"Udah kerja apa masih kuliah?"

"Udah kerja"

"Kok sekarang gak kerja? Ini kan masih kan masih jam kerja. Emang lagi libur ya?"

"Iya"

"Kerja dimana emang mbak?"

"Di bandara"

"Oh, bagian apa? Pramugari ya?"

"Bukan. Jualan tiket"

"Gue sebenarnya masih kuliah mbak, iseng-iseng aja jadi sopir taksi online, lagi libur soalnya, dari pada gabut di rumah"

"Oh gitu" aku tidak menimpali serius ucapannya. Memang laki-laki ini masih muda, kelihatannya juga lebih muda dari pada aku.

"Ini juga pake akun om gue mbak"

"Oh, oke" aku masih saja sibuk dengan memainkan ponselku, sementara sopir ini sampai mengubah posisi spionnya agar bisa melihatku dari balik sana.

"Lo sendirian nontonnya?"

"Iya"

"Serius?" Ia terkejut dengan jawabanku, sepertinya kegiatan nonton bioskop sendirian adalah hal paling aneh di muka bumi. Mungkin iya juga sih.

"Ya emang kenapa?"

"Gak aneh nonton sendiri?"

"Enggak, udah biasa" jawabku masih datar.

"Emang lo gak ada teman?"

"Ya ada, tapi kan temen gue lagi kerja"

"Sama gue aja mau gak?" Aku berhenti menatap layar ponsel dan langsung menatap matanya yang sedang menatapku dari spion.

"Gak usah"

"Gue serius mbak"

"Gue juga serius"

"Gue kasihan sama lo masa nonton sendirian?"

"Justru gue aneh kalau ditemenin orang asing"

"Ya udah kita kenalan dulu"

Astaga ini anak. Memang wajahnya oke, makanya dia berani untuk mengajakku kenalan. Sepertinya dia juga gak bohong kalau mengaku sebagai anak kuliah, tapi nggak deh kalau untuk nonton bareng. Apalagi di mobilnya banyak botol minuman.

Aku tidak membalas ocehannya, kembali sibuk dengan ponselku. Ia sepertinya menyadari ketidaknyamananku dengan botol minuman keras yang berserakan di bawah jok mobil. Dia segera merapikan dengan memasukkan sebagian botol itu ke bawah jok semakin dalam. Dasar bocil, telat dong cil!

"Serius nih mbak, gue yang bayarin deh"

Aku tertawa geli. "Gak usah, makasih ya"

"Gak apa-apa, gue temenin"

"Gak usah, gue gak mau"

Untungnya lokasi tujuan sudah di depan mata, aku segera bersiap turun saat mobil sudah masuk ke area lobi.

"Mbak, serius gue temenin nonton ya"

"Gak usah, thank you ya" Aku memberinya uang ongkos. "Gak usah dikembaliin"

Aku segera membuka pintu, menutupnya, dan segera masuk menuju lobi. Untung saja orang itu gak nekat untuk ikut juga ke dalam.

Iya sih aku kemarin mengeluh karena gak ada yang mengajak aku kenalan, atau minta nomer hape, atau apapun itu yang berkaitan dengan laki-laki yang tertarik denganku. Tapi laki-laki ini, yang gak jelas asal-usulnya ini, nggak dulu deh. Kalau kata Ariana Grande: thank you, next.

Diary Mugari Tengilwati (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang