Mata Akila menyipit saat melihat murid perempuan seumuran dirinya berjalan mengendap-endap menuju loker bernomor tiga puluh. Loker favoritnya dari sekian banyak loker milik para kaum Adam berderet di sana.
Kepala Akila bergerak ke kanan. Memang benar. Perempuan itu berhenti di depan loker milik pangerannya. Demi langit dan bumi, Akila tak akan membiarkan perempuan lain mendekat ke sana. Terlebih lagi ingin menyelipkan surat cinta ke dalam tempat favoritnya itu. Sungguh, Akila tak rela ada yang melakukan itu selain dirinya.
"Kamu ngapain di sini?" Akila bersedekap dada, menghalangi gadis itu dengan cara membelakangi loker milik Langit.
Gadis dengan nametag Kesha itu terkejut karena kehadiran Akila yang begitu tiba-tiba di hadapannya. Sontak, dia menarik kembali kertas yang akan ia selipkan ke dalam loker milik Langit lalu menyembunyikan ke belakang badan.
"Bukan urusan lo!" sengitnya.
"Jangan bilang kamu mau nyelipin sesuatu ke loker Kak Langit? Ngaku? Berani kamu lakuin itu, hadepin Akila dulu." Akila yang tak punya rasa takut menggulung cepat lengan jaket yang ia kenakan ke atas.
"Hadepin lo? Lo pikir lo siapa? Minggir! Gue nggak punya urusan sama lo." Kesha mendorong tubuh Akila ke samping.
Tangan Akila mengepal. Kesha sangat keras kepala. Tanpa aba-aba, Akila balas mendorong gadis itu hingga terhuyung ke samping. Akila tak akan tinggal diam jika ada yang berani kasar padanya.
"Lo bukan siapa-siapa, Kak Langit. Mending lo pergi sebelum gue panggil rombongan gue buat nyakitin lo," ancam Kesha.
"Kamu salah besar. Akila di sini buat ngamanin loker Kak Langit dari cewek-cewek yang suka numpukin sampah ke tempat ini. Kamu mau Akila aduin ke Kak Langit?" ancam Akila balik. Ia tak takut dengan perkataan Kesha.
Kesha terdiam seribu bahasa. Kedua matanya menatap Akila dengan nyalang. Ia tak terlalu mengenali Akila, tapi gadis itu berani cari masalah dengannya.
"Jauh-jauh sana. Kak Langit bentar lagi mau ngambil buku catatannya di dalem loker. Kalo kamu ketahuan numpukin sampah kertas ke tempat ini, Akila yakin ... kamu tinggal nama doang," ujar Akila menakut-nakuti.
Kesha mengedarkan pandangan. Tak ada tanda-tanda kehadiran Langit menuju loker. Hal itu membuatnya marah besar. Terjadilah aksi saling dorong karena Akila terus menghalanginya memasukkan surat ke dalam loker anak laki-laki itu.
"Kamu kok keras kepala banget? Akila udah bilangin, Kak Langit nggak mau lokernya dideketin cewek aneh kayak kamu." Akila mendorong Kesha kuat-kuat agar menjauh dari loker pangerannya.
"Masa bodo! Selagi ayam berkaki dua, gue nggak bakal dengerin omongan lo barusan. Lo suka sama Langit juga, kan? Ngaku lo!" Kesha menunjuk wajah Akila dengan raut semakin marah.
Tak mengherankan lagi jika banyak para gadis berbondong-bondong menyelipkan surat cinta ke dalam loker Langit. Cowok itu begitu populer di SMA Rajawali karena ketampanan sekaligus suaranya yang merdu dalam bernyanyi di ruang musik.
"Mending kamu pergi deh! Kamu mau Akila laporin ke satpam sekolah atau ke Kak Langit langsung? Pilih yang mana?" gertak Akila sembari berkacak pinggang.
"Laporin aja, gue nggak takut." Kesha mendorong Akila sekencang mungkin membuat gadis itu terhempas ke lantai.
Dada Akila bergemuruh hebat. Kedua tangannya mengepal kuat. Sebelum Akila bangkit, cepat-cepat Kesha menyelipkan surat miliknya ke dalam loker Langit.
"Semoga Kak Langit baca." Kesha tersenyum senang saat suratnya berhasil masuk ke dalam loker.
Akila bangkit berdiri. Saat Kesha akan berbalik badan, rambut gadis itu lebih dulu ia tarik membuat Kesha terjungkal ke belakang. Jeritan Kesha yang kencang berhasil menarik perhatian murid-murid sekitar.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not A Narsis Baby (TERBIT)
Teen FictionFOLLOW SEBELUM MEMBACA KARENA SEBAGIAN CERITA DI PRIVATE! JANGAN TUNGGU SAMPAI ENDING, NANTI NYESEL🥵 Ini bukan kisah tentang Cinderella yang kehilangan sepatu kaca atau pun kisah seorang nerd girl yang bertemu pria kaya raya. Ini hanyalah kisah Ru...