15. Jangan Ambil Langitku!

16.2K 1.2K 1.1K
                                    

HALO, AYANGKU SEMUANYA!!

JUMPA LAGI SAMA AKU NIH^^

MAAF YA, BARU UPDATE SEKARANG!

GIMANA PERASAANNYA SETELAH BACA PART DI ATAS? SENENG ATAU NGESAD?

OH IYA, GIMANA PUASANYA HARI INI?

SAPA AKU SESUAI ZODIAK KALIAN :

WARNA KESUKAAN KALIAN :

SPAM EMOT 💛 UNTUK AKU :

INISIAL CRUSH KALIAN APA HAYO 🤭 :

SIAP UNTUK MEMBACA KELANJUTANNYA?

SIAP ATAU ENGGAK?

PASTINYA SIAP DONG!! ^^

Happy reading, Macaagengs!!

***

Hangatnya mentari menyapa penghuni bumi yang mulai sibuk beraktivitas di pagi hari. Begitu juga dengan seorang gadis berkucir dua, menyingkap gorden kamar lalu memasukkan semua alat tulis ke dalam ranselnya yang berwarna pink.

Akila telah selesai bersiap dengan setelan seragam putih abu yang melekat di tubuh. Dia keluar dari kamar lalu menuruni anak tangga penuh semangat. Raut ceria tercetak jelas di wajahnya yang manis.

"Morning, Papi Mami ...," sapanya.

"Iya, Sayang. Akila mau bawa bekal?" tanya Denada yang duduk di samping Aditama sambil mengoles roti dengan selai strawberry untuk putrinya itu.

"Iya, Mami ... biar Akila nanti yang siapin." Akila meneguk segelas susu yang tersedia di depannya.

Sarapan di mulai dengan suasana tenang. Berselang menit, Akila pun selesai dengan sarapannya. Ia siapkan bekal untuk seseorang yang sebentar lagi akan datang, menjemputnya. Siapa lagi kalau bukan Langit Arshaka.

"Kila, Papi berangkat. Kila bawa mobil atau Papi yang anter?" tanya Aditama setelah ia menerima tas kerjanya yang diberikan oleh sang istri.

"Kila dijemput, Kak Langit," jawabnya.

"Ya sudah, Papi berangkat dulu. Nanti Kila sama Langit hati-hati di jalan," pesan Aditama kemudian meninggalkan meja makan, diikuti oleh Denada.

"Iya, Papi ganteng." Akila mengoles roti bakar dengan selai penuh hati-hati.

Tak berapa lama, Akila pun selesai. Ia tutup botol selai kemudian memasukkan kotak bekal ke dalam ransel.

***
"Kak Langit, bekal buat Kak Langit."

Akila memberikan kotak bekal pada Langit saat mereka tiba di parkiran sekolah.

"Thanks, Bayikk!" katanya lalu memasukkan bekal itu ke dalam ransel miliknya.

Akila dan Langit melangkah bersamaan ke dalam sekolah. Satu minggu ini, pemandangan tersebut sudah tak asing lagi bagi mereka yang memiliki tingkat penasaran yang tinggi. Pasti ada sesuatu.

Langit mengantar Akila ke kelas.

"Nanti gue jemput ke kelas lagi."

Akila mengangguk lalu melambaikan tangan. Dari tempat ia berdiri, matanya terus memperhatikan Langit hingga punggung cowok itu semakin terlihat jauh.

Raut ceria Akila mengeruh saat seseorang berlari mendekat menghampiri Langit. Dia Claudia, perempuan yang tak begitu Akila sukai semenjak hari itu.

"Gapapa, Akila ... dia cuma masa lalu, Kak Langit. Kak Langit udah nggak ada rasa sama dia." Akila memaksakan senyum, berusaha mengusir rasa sesak.

I'm Not A Narsis Baby (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang