25. Hunting fireflies, again?

11.9K 960 1K
                                    

Tring ....

Bel pulang berbunyi membuat semua murid X IPA 3 buru-buru membereskan semua peralatan tulis yang ada di meja kemudian memasukkannya ke dalam ransel, begitu juga dengan Akila dan Zania.

"Kil, gue duluan, ya, Kinar udah nungguin gue dari tadi di parkiran. Nanti lo pulang hati-hati, ya." Zania berdiri sembari menyampirkan ransel ke pundak.

Akila mengangguk dan melambaikan tangan pada sahabatnya itu. "Iya, Tarzan. Nanti kalo Tarzan gabut ajakin Akila ke luar ya, kita main ke toko bunga Mami atau nggak beli es krim," ujar Akila.

"Okey, Kiling."

Zania mengacungkan jempol lalu berjalan keluar dari kelas. Setiba di ambang pintu, Zania mendapati kehadiran Langit seperti menunggu seseorang. Zania bisa menebaknya.

"Akila masih di kelas?" tanya Langit.

"Iya," jawab Zania singkat kemudian lanjut melangkah dan menjauh dari tempat itu.

Langit berjalan dan berdiri di ambang pintu. Kehadirannya yang tiba-tiba di sana membuat Akila yang sedang melangkah tergesa langsung terkejut, nyaris menabrak tubuh Langit.

"K-Kak Langit ngapain di sini?" tanya Akila kikuk. Ia sesekali menoleh kanan kiri karena menjadi objek teman sekelasnya.

"Mau ketemu lo, emangnya kenapa?" tanya Langit dan ikut mengedarkan pandangan ke dalam kelas.

"Ee-enggak kok. Kak Langit udah mau pulang? Nggak latihan di ruang musik dulu?" tanya Akila kemudian berjalan keluar dari kelas disusul oleh Langit.

"Nggak, langsung pulang habis ini."

Langit berjalan di samping Akila, sesekali melirik wajah gadis itu yang terlihat tenang. Apakah raut wajah yang tenang menunjukkan semuanya baik-baik saja atau malah sebaliknya?

"Kil, lo baik-baik aja setelah kejadian malam itu?" Langit bertanya dengan hati-hati dan tentunya dengan suara yang pelan.

Akila mengangguk singkat lalu menatap Langit sekilas. "Iya, Akila baik-baik, aja. Kak Langit bisa liat sendiri, kan?"

Langit tak puas mendengar jawaban dari Akila dan memilih berhenti di depan gadis itu.

"Kil, gue beneran nggak puas denger jawaban lo barusan. Apa yang udah terjadi sebenarnya di antara kita waktu malem itu? Gue beneran mabuk atau enggak?" Langit memegang kedua pundak Akila.

Akila menjauhkan kedua tangan Langit dari pundaknya. "Kalo Kak Langit nggak mabuk, seharusnya Kak Langit inget. Akila males bahas ini, Akila nggak mau inget kejadian itu."

Langit terdiam mendengar jawaban Akila. Sekarang ia bertambah bingung, tak tahu harus bertanya pada siapa lagi. Sementara seseorang yang ada bersamanya di malam itu lebih memilih diam.

"Gue harus gimana sekarang?" tanya Langit akhirnya dengan helaan napas yang berat.

Saat Akila akan bersuara, seseorang yang mendekat ke arahnya dan Langit membuat Akila merapatkan bibir. Suasana hatinya langsung memburuk. Kenapa harus ada dia lagi dan lagi?

"Kak Langit, Akila duluan, ya. Mantan Kak Langit mau ke sini, samperin aja dia." Akila menunduk saat melewati Langit kemudian berlari menjauh dan mengabaikan tatapan Claudia padanya.

Langit berdecak pelan dan lanjut melangkah tanpa menghiraukan kehadiran Claudia yang sedang berjalan ke arahnya dengan tergesa.

"Langit, aku mau bicara sama kamu." Claudia menahan pergelangan tangan Langit membuat cowok itu berhenti melangkah.

"Lepas! Jangan keterlaluan, Clau! Gue nggak mau lagi ketemu sama lo apalagi untuk bicara. Nggak ada satu pun topik yang terbuka buat lo," ujar Langit kemudian menyentak kasar tangannya yang dipegang Claudia.

I'm Not A Narsis Baby (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang