55. Pemilik Kotak Musik

3.9K 326 22
                                    

Hula Macaagengs, sebelumnya aku mau minta maaf sama kalian semua karena belakangan ini aku slow update, dikarenakan aku sedang naskahan.

Semoga kalian bisa memahami kesibukanku dalam menyiapkan naskah I'm Not a Narsis Baby untuk versi cetak (novel) sebaik mungkin! 😻❤

Ending yang kalian inginkan di versi novel?

Apakah kalian siap memeluk Akila & Langit dalam versi cetak nantinya?

Semoga banyak yang berminat, ya.

Happy reading semuanya.


***

Akila mengabsen semua tempat yang ia rindukan. Langit setia menemani dari mulai mengantri es krim, mengunjungi taman hingga berburu kunang-kunang. Langit sengaja membawa botol kaca agar Akila bisa menangkap serangga cantik itu untuk di bawa pulang.

“Kak Langit bahagia?” tanya Akila saat keduanya berjalan menuju mobil setelah usai berburu kunang-kunang.

“Banget. Gue makin bahagia semenjak Bayik mutusin pulang. Bang Mario yang minta?”

Akila membenarkan.

“Kak Mario maksa Mami Papi buat jemput Akila. Kak Mario bilang dia udah terbiasa tanpa Mamanya dan Kak Stevan sering nemenin kemana Kak Mario pergi.”

“Terus Bayik setuju pulang?”

Akila mengukir cengiran.

“Setuju karena Akila udah kangen banget sama Kak Langit.”

Langit tertawa mendengar jawaban Akila. Ia usap rambut Akila. “Gue juga kangen banget.”

Keduanya kembali ke mobil. Setelah berburu kunang-kunang mereka memutuskan untuk pulang.

“HP Kak Langit,” kata Akila saat laki-laki di sampingnya tak menyadari ketika layar ponselnya menyala. Ada yang menelepon.

Langit meraih benda pipih itu. “Alfan. Tumben banget nih anak nelpon jam segini. Izin angkat telpon ya, Bayik,” kata Langit.

Akila mengiyakan dan menatap wajah Langit dari samping kala kekasihnya itu sedang berbicara dengan Alfan. Ketika panggilan berakhir, buru-buru Akila mengalihkan pandangan.

“Bayik lucu banget.” Langit sadar ia diperhatikan.

“Alfan sama Bayu ngajak mampir ke kafe. Bayik mau mampir dulu, kan?”

“Akila ikut Kak Langit aja.” Akila nyengir.

Langit menuju kafe yang disebutkan oleh Alfan. Setiba di sana, ia dan Akila langsung masuk.

“Ngit, di sini!” Bayu melambaikan tangan.

“Nah, itu mereka.” Langit membawa Akila menuju meja yang ada di barisan kedua.

“Hai, Bayik,” sapa Bayu pada Akila.

Akila terkekeh. “Akila bukan Bayik.”

Alfan tersenyum tipis saat tatapan matanya bertemu dengan Akila. Debaran jantungnya kian terasa dan ingin jujur satu hal pada gadis itu. Namun, ia selalu urung dan tak punya keberanian.

“Waktunya belum tepat, Fan!” batinnya.

“Kak Alfan sama Kak Bayu apa kabar?” tanya Akila setelah duduk di kursi.

“Seperti yang terlihat.” Alfan bersuara.

“Pesen aja, Ngit, gue yang bayar.” Bayu berkata. “Kebetulan lagi kaya sekarang.”

“Padahal tiap hari kaya,” cibir Alfan.

Pelayan kafe menyerahkan buku menu pada Langit yang langsung ia sodorkan pada Bayi Narsis-nya. “Bayik mau pesen apa?”

“Akila mau ini,” tunjuk Akila pada es krim strawberry dengan wafer rol sebagai toping.

I'm Not A Narsis Baby (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang