23. Semesta yang Hancur

14.3K 1.1K 1K
                                    

HALO, SEMUANYA!!

JUMPA LAGI SAMA AKU NIH^^

MAAF YA, BARU UPDATE SEKARANG!

GIMANA PERASAANNYA SETELAH BACA PART DI ATAS?

SAPA AKU SESUAI ZODIAK KALIAN :

WARNA KESUKAAN KALIAN :

SPAM EMOT 💛 UNTUK AKU :

SIAP UNTUK MEMBACA KELANJUTANNYA?

SIAP ATAU ENGGAK?

PASTIKAN SUDAH MEMENCET BINTANG (VOTE) DIPOJOK KIRI BAWAH!!

Happy reading, Macaagengs!!

***

"Akila kenapa belum balik, ya?"

Obrolan Alfan dan Bayu terhenti kala Zania bertanya. Ketiganya jadi saling pandang, kemudian Alfan menatap arloji hitam yang melekat di pergelangan tangannya. Hampir 20 menit sejak dua orang itu keluar.

"Lo ngapa masih di sini, Bay, tamu-tamu pesta lo gimana?" Alfan langsung berdiri begitu juga dengan Bayu dan Zania yang langsung menunjukkan raut terkejut.

Yap, ketiganya lupa akan pesta yang sedang berlangsung dan juga mereka melupakan kehadiran Akila beserta Langit. Bisa-bisanya lupa!

Bayu, Alfan dan Zania bergegas menuju pesta yang belum usai. Bayu mengelus dada, ia lega kala mendapati mamanya yang ada di sana, menemani teman kelasnya yang sedang menikmati hidangan.

Semoga aja Bu Rusa nggak mengamuk! Bayu membatin seraya menampilkan senyum lebar kala wanita paruh baya itu menatap ke arahnya dengan bola mata yang mulai membesar. Mampus!

"Fan, lo sama Zania cari tuh anak, ya, gue mau ke nyokap. Bisa-bisanya gue lupa kalo lagi ulang tahun sekarang, mana cake-nya kita bawa ke dalam." Bayu menggaruk tengkuknya yang mulai meremang akibat lirikan tajam sang mama.

Alfan pun mengangguk dan menepuk-nepuk pundak Bayu dengan senyum tipis namun penuh arti. "Oke, selamat diseruduk, Bay!"

"Sialan lo, Fan! Lo kata nyokap gue banteng!" Bayu menepis tangan Alfan lalu berlari mendekat ke dalam kerumunan.

Zania pun melanjutkan langkah dengan Alfan setelah mengamati setiap tamu yang ada di depannya. Akila dan Langit tak terlihat di tempat itu.

"Coba lo telpon Akila," ujar Alfan setelah lama diam dan fokus mengedarkan pandangan ke sekeliling sudut bangunan yang didekorasi untuk pesta.

Zania langsung menghubungi Akila.

"Nggak diangkat, Kak," ujar Zania.

"Apanya?" tanya Alfan tanpa menoleh. Pandangannya tertuju pada taman yang tak jauh dari tempat mereka berada.

"Galon air!" Zania meninggalkan Alfan.

Kening Alfan berkerut menatap kepergian Zania. Setelah itu, Alfan memutar haluan dan berpencar mencari keberadaan dua orang itu.

"Apa udah pulang?" tanya Alfan. Ia pun berhenti dan memutar kepala. Tatapannya tertuju pada mobil hitam yang ada di samping mobilnya.

"Belum pulang, tapi kenapa mereka ngilang?" Alfan pun melanjutkan langkah.

Di lain tempat, Zania terus menghubungi Akila. Panggilan tersambung namun gadis itu tak merespons panggilan serta pesan yang ia kirim beberapa menit yang lalu. Tak biasanya Akila begini.

"Lo di mana sih, Kiling, gue mulai khawatir nih," ujarnya sembari mondar mandir.

Melihat empat orang gadis yang berjalan di depannya membuat Zania mengepalkan tangan. Tanpa membuang waktu, ia hampiri gadis-gadis itu, tepatnya seorang gadis yang berambut sepunggung.

I'm Not A Narsis Baby (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang