Biar matahari bohong pada siang
Pura-pura tak mau panas
Tak perlu menyiksa diri sendiri
Sembunyikan cinta yang ada— Promise, Melly Goeslaw
***
Hamparan langit biru ia pandang sedari tadi. Pohon menjulang tinggi menjadi peneduh di kala terik mentari perlahan muncul melalui celah dedaunan. Jemari tangannya sepertinya tak pernah letih memetik senar gitar yang sedang dipeluknya, dari setengah jam yang lalu.
"Sejak Akila pergi, lo makin banyak diam."
Langit terkejut lalu menoleh ke samping. Raut wajahnya berubah datar kala Alfan datang selalu tiba-tiba dan mengejutkannya. Laki-laki itu seperti cenayang yang selalu tahu keberadannya, di mana pun dan kapan pun.
Alfan duduk di bawah pohoh, tak jauh dari temannya itu. Sesekali ia lirik wajah Langit sembari mengepulkan asap rokok yang sedang ia hisap ke udara.
"Lo bisa bilang kalo lo nggak suka dia, lo bisa bilang kalo lo nggak ngerasa apa-apa di saat dia pergi. Tapi, Ngit, mata nggak pernah bohong ... Lo kehilangan Akila, bukan?" ujarnya sambil bersandar.
Langit bergeming di tempat. Perkataan Alfan tak mampu mengusik pikirannya saat ini. Ia tengah sibuk menerka-nerka perasaannya yang sebenarnya.
"Udah seminggu Akila di Belanda." Alfan mengeluarkan ponsel dari saku hoodie.
Langit menoleh kala Alfan memotret pemandangan yang ada di depan mata.
"Lo pernah jatuh cinta?" tanya Langit.
Alfan menatap Langit sekilas. "Pernah."
"Kapan? Jatuh sama siapa?" tanyanya lagi.
Alfan terdiam sejenak. Pikirannya perlahan berkelana ke masa lalu, di mana ia sedang menangis lalu seorang gadis datang menghibur dan memberinya sebuah permen rasa strawberry. Seorang gadis dengan cengiran lebar yang bahagia kemudian ia hadiahi dengan kotak musik.
"Gue jatuhnya cuma sendiri," jawab Alfan sembari tersenyum tipis. "Mungkin, dia nggak tau kalo dia terus ada di hati dan pikiran gue. Setiap saat ... dari dulu sampai hari ini," tambahnya.
Kening Langit berkerut. "Cinta lo bertepuk sebelah tangan?" katanya dengan ringisan. Alfan yang malang.
Alfan menggeleng. "Cinta abadi."
Langit tertawa merasa jawaban Alfan hanyalah sebuah lelucon untuk menghiburnya saat ini.
"Kenapa lo ketawa? Gue beneran."
"Cinta abadi apanya begitu," cibir Langit.
Keduanya diam dan disambut hening. Alfan menekan ujung rokoknya ke tanah lalu mendongak menatap hamparan langit biru dengan kedua kaki ia tekuk dan melipat kedua tangan di atas lutut.
"Hubungan lo sama Claudia gimana?"
"Udah selesai sedari lama."
"Kenapa dia masih ngejar lo?"
"Dia mau balik, tapi gue nggak bisa."
"Kenapa? Bukannya lo nolak Akila karena dia?" tanya Alfan bertujuan untuk menyudutkan Langit.
"Gue nggak pernah bilang kalo Claudia yang jadi alasan gue nolak Akila. Gue cuma nggak mau pacaran, itu aja," jawab Langit.
![](https://img.wattpad.com/cover/333629675-288-k172705.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not A Narsis Baby (TERBIT)
Fiksi RemajaFOLLOW SEBELUM MEMBACA KARENA SEBAGIAN CERITA DI PRIVATE! JANGAN TUNGGU SAMPAI ENDING, NANTI NYESEL🥵 Ini bukan kisah tentang Cinderella yang kehilangan sepatu kaca atau pun kisah seorang nerd girl yang bertemu pria kaya raya. Ini hanyalah kisah Ru...