HALO, AYANGKU SEMUANYA!!
JUMPA LAGI SAMA AKU NIH^^
MAAF YA, BARU UPDATE SEKARANG!
GIMANA PERASAANNYA SETELAH BACA PART DI ATAS? SENENG ATAU NGESAD SAMPE BUTUH TISU BERAPA LEMBAR?
OH IYA, GIMANA PUASANYA HARI INI? LANCAR ATAU UDAH ADA YANG KETINGGALAN? ^^
SAPA AKU SESUAI ZODIAK KALIAN :
WARNA KESUKAAN KALIAN :
SPAM EMOT 💛 UNTUK AKU :
INISIAL CRUSH KALIAN APA HAYO 🤭 :
SIAP UNTUK MEMBACA KELANJUTANNYA?
SIAP ATAU ENGGAK?
PASTINYA SIAP DONG!! ^^
Happy reading, Macaagengs!!
***
"Sekarang ... Kak Langit udah sembuh? Obatnya udah balik, ya?"
Suasana semakin mendadak canggung saat pertanyaan itu Akila lontarkan. Alfan serta Bayu yang ada di sana ikut membeku mendengar pertanyaan yang diiringi oleh suara lirih, menahan tangis.
Langit memilih memejamkan mata, membiarkan pertanyaan itu mengambang di udara. Semuanya begitu tiba-tiba. Hadir yang tak pernah ia inginkan kembali, berdiri di hadapannya tepat di hari ini. Hal itu membuat dadanya terasa kian bergemuruh. Defenisi luka yang belum kering kembali tertikam lagi.
"Kak Langit kenapa diam aja?"
Hening. Bahkan Alfan dan Bayu tak tahu harus mencairkan suasana dengan apa. Sekali pun melakukan hal konyol, itu tak akan bisa membantu. Baik Akila atau pun Langit terlihat sibuk dengan pikiran masing-masing. Pikiran yang begitu menyiksa keduanya.
"Lo berdua bisa keluar dulu."
Hanya itu yang bisa dikatakan oleh Langit. Keduanya pun mengerti. Alfan dan Bayu segera bergegas keluar dari ruangan setelah menaruh gitar ke atas meja. Akila dan Langit butuh ruang untuk berbicara tanpa ada hambatan. Dan juga, baru kali ini keduanya melihat Langit begitu kalut.
Hanya tersisa mereka berdua. Langit melirik Akila sekilas. Air mata gadis itu terus turun tanpa tahu kapan akan berhenti.
"Berenti nangis," kata Langit tanpa beranjak dari tempat duduknya.
"Jawab pertanyaan Akila ... sekarang Kak Langit udah sembuh setelah dia udah balik ke sini? Dia kan ... yang Kak Langit maksud?" tanya Akila. Tangisnya semakin kencang. Kejadian yang baru saja ia saksikan membuatnya terkejut dan juga merasa sakit.
"Nggak ada yang sembuh."
"Luka yang Kak Langit rasa gimana sekarang? Udah baikan setelah ada dia? Harusnya Kak Langit bahagia pas dia berdiri di depan Kak Langit hari ini," lirih Akila dengan kepala menunduk.
"Makin parah! Nggak ada yang berubah dan nggak ada yang sembuh. Mending sekarang lo keluar," usir Langit dengan suara melemah.
"Kak Langit sendiri yang bilang kalo seseorang yang pernah bikin luka, terus dia hadir lagi bakal bikin luka Kak Langit sembuh. Sekarang gimana ... apa yang Kak Langit rasa? Kak Langit bahagia, kan?" tanya Akila sembari menyeka air matanya.
"Iya ... gue yang salah! Dan ... seharusnya lo bisa bedain pertanyaan sama pernyataan. Saat itu gue ngajuin pertanyaan sama lo, gue butuh jawaban." Langit mengangkat wajah, menatap Akila.
"Sekarang gue udah tau jawabannya tanpa perlu lo jawab lagi," lanjut Langit.
Akila mengalihkan pandangan ke arah lain. Ia berusaha menghentikan tangis, namun air matanya tetap luruh. Belum memulai namun rasanya sangat sakit yang ia rasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not A Narsis Baby (TERBIT)
Teen FictionFOLLOW SEBELUM MEMBACA KARENA SEBAGIAN CERITA DI PRIVATE! JANGAN TUNGGU SAMPAI ENDING, NANTI NYESEL🥵 Ini bukan kisah tentang Cinderella yang kehilangan sepatu kaca atau pun kisah seorang nerd girl yang bertemu pria kaya raya. Ini hanyalah kisah Ru...