Akila disambut hangat oleh serangga cantik itu kala kakinya menapak di tempat favorit Langit. Sepertinya, tempat ini juga akan menjadi tempat favorit-nya.
"Kenapa berhenti?" Langit yang tengah memegang lentera bersuara ketika Akila berhenti melangkah, padahal bangku untuk duduk masih jauh di depan sana.
Akila menoleh menatap Langit dengan senyum manis. Perlahan, telunjuk ia angkat sebatas dada. Saat itu juga, kunang-kunang hinggap di sana dan memamerkan keindahan yang dia miliki.
"Kenapa Akila langsung suka kunang-kunang saat pertama kali lihat?" tanya Akila lalu membiarkan kunang-kunang kembali terbang dan hinggap di daun pohon.
"Kenapa?" tanya Langit.
Akila lanjut melangkah diikuti oleh Langit.
"Karena indah, seperti mata Kak Langit. Bahkan, Akila dibuat jatuh cinta saat pertama kali kita ketemu. Sesimple itu jatuh cinta," akunya membuat Langit terdiam.
"Dan ... Akila menyebutnya cinta pada pandangan pertama." Akila melempar cengiran lebar yang membuat Langit mengalihkan pandangan ke arah lain.
Akila mempercepat langkah saat kunang-kunang ada di depan mata. Dia ingin menjangkau serangga itu tetapi Langit lebih dulu menahan lengannya.
"Jatuh cinta emang simple, tapi ... kalo lo udah sakit karena cinta, lo bakal susah sembuh. Jangan jatuh cinta, Akila." Langit berkata dengan raut serius membuat Akila terbahak.
Akila meredakan tawa kemudian menatap lurus ke depan. "Bahkan, rasanya Akila siap terluka untuk itu," jawabnya setelah lama diam.
Langit membiarkan Akila berjalan di depannya. Lentera yang ada di tangannya ia angkat sedikit kemudian lanjut melangkah, memberi penerang untuk Akila.
"Kak Langit masih trauma jatuh cinta, ya?"
Langit menulikan pendengaran. Ia memilih melihat-lihat dedaunan serta pohon yang menjulang di sisi jalan.
Akila tersenyum tipis saat pertanyaannya dibiarkan mengambang begitu saja. Akila tahu jika Langit sengaja mendiamkannya.
"Mau sampai kapan Kan Langit begini? Move on Kak Langit. Keluar dari zona menyakitkan itu. Hidup bukan hanya tentang dia dan dia." Akila berkata.
"Hidup terus berjalan. Jangan mengutuk cinta. Cinta itu sempurna, cinta itu indah jika kita bersama orang yang tepat." Akila mendongak ke atas, menatap langit malam.
Langit menghentikan langkah kemudian menoleh menatap Akila.
"Lo bisa ngomong gitu karena nggak pernah berada di posisi sulit itu. Gue bukannya mengutuk cinta. Gue tau cinta itu sempurna, cinta itu indah, tapi gue nggak seberuntung itu. Gue nggak seberuntung itu dalam dunia percintaan Akila." Langit meninggikan suaranya.
"Justru itu Kak Langit. Kak Langit harus bisa bangkit dari keterpurukan itu. Kak Langit harus bisa lari dari semua kenangan yang memuakkan itu. Jangan cuma karena satu orang ... dunia Kak Langit jadi berantakan gini!" Akila mendongak menatap wajah Langit.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not A Narsis Baby (TERBIT)
Teen FictionFOLLOW SEBELUM MEMBACA KARENA SEBAGIAN CERITA DI PRIVATE! JANGAN TUNGGU SAMPAI ENDING, NANTI NYESEL🥵 Ini bukan kisah tentang Cinderella yang kehilangan sepatu kaca atau pun kisah seorang nerd girl yang bertemu pria kaya raya. Ini hanyalah kisah Ru...