54. Something Special!

3.1K 348 26
                                    

Hula Macaagengs, sebelumnya aku mau minta maaf sama kalian semua karena belakangan ini aku slow update, dikarenakan aku sedang naskahan.

Semoga kalian bisa memahami kesibukanku dalam menyiapkan naskah I'm Not a Narsis Baby untuk versi cetak (novel) sebaik mungkin! 😻❤

Ending yang kalian inginkan di versi novel?

Apakah kalian siap memeluk Akila & Langit dalam versi cetak nantinya?

Semoga banyak yang berminat, ya.

Happy reading semuanya.

***

Kita dipaksa menerima kenyataan. Sekarang Alfan telah ikhlas dengan kepergian Claudia. Ia menjalani hari-hari dengan semestinya, dengan sebaik mungkin, seperti yang diharapkan oleh gadis itu.

Ditemani Bayu dan Langit, ia menemui Claudia di rumah barunya dengan membawa buket mawar putih. Alfan selalu menyempatkan diri untuk berkunjung. Dengan begitu, Claudia akan merasa senang. Claudia tak akan pernah merasa sendiri.

Alfan merunduk, mengusap nisan.

"Clau, Juni udah datang. Malam ini gue sama tim mau manggung. Gue nervous termasuk Bayu dan Langit. Ini pertama kalinya kita ngambil kesempatan untuk manggung di luar sekolah, di tempat ramai." Alfan bercerita. Tangannya terus mengusap nisan Claudia.

"Andai lo masih di sini, gue bakal ngajak lo lihat penampilan kita. Lo yang tenang di sana, ya, jangan sedih dan jangan terluka lagi."

Langit dan Bayu menunggu Alfan. Keduanya menampilkan senyum tipis karena Alfan berhasil berdamai dengan keadaan. Ia senang ketika Alfan bangkit karena support dari mereka. Memang tidak mudah setelah kehilangan, namun Alfan berhasil melewatinya.

Bayu merunduk. "Kami akan tampil semaksimal mungkin, Clau. Lo harus nonton dari atas sana, kasih semangat untuk kita."

"Starshine Band akan berusaha menampilkan yang terbaik malam nanti," kata Langit menimpali. Mereka terus latihan belakangan ini, ia yakin pertunjukan tim-nya akan cemerlang meski merasa nervous.

Alfan menaruh buket dengan hati-hati. "Gue akan lebih sering dateng ke sini, jadi lo jangan pernah merasa sendiri meski dunia kita udah beda. Lo terus ada dalam hati dan pikiran gue," ungkap Alfan tulus.

Ketiganya pamit undur diri. Saat berjalan menuju mobil, kehadiran Tamia dan Clarissa di tempat itu membuat ketiganya berhenti.

"Karena lo, Claudia milih jalan ini." Clarissa maju satu langkah, menunjuk wajah Langit dengan tatapan permusuhan. Ia masih tak terima ketika Claudia meninggalkannya.

Tamia menarik Clarissa. "Ini nggak ada hubungannya sama dia. Semenjak lo di luar negeri, semuanya udah berubah. Dan, cowok yang ada di samping Langit yang udah ngejaga Claudia sampai titik terakhir dalam hidup sahabat kita," ujar Tamia sendu.

"Tetap aja dia penyebabnya, Tam. Lo tau secinta apa Claudia sama dia? Tapi dia dengan nggak tahu dirinya jadian sama cewek sialan itu. Udah puas lo?" Air mata Clarissa turun deras. Hari ini adalah hari pertamanya mendatangi makam Claudia.

Langit, Bayu dan Alfan hanya diam.

"Udah. Lo nggak bisa nyalahin Langit sepenuhnya. Gue lebih tau dari lo karena Claudia selalu curhat sama gue. Bukan Langit atau Akila penyebabnya tapi orang tua Claudia sendiri. Claudia udah capek, Claudia udah nggak punya alasan untuk bertahan." Tamia menyeka kasar air matanya. Ia lelah meyakinkan Clarissa setiap saat.

I'm Not A Narsis Baby (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang