19. Its Hurt!

13.4K 1.1K 1K
                                    

HALO, SEMUANYA!!

JUMPA LAGI SAMA AKU NIH^^

MAAF YA, BARU UPDATE SEKARANG!

SAPA AKU SESUAI ZODIAK KALIAN :

WARNA KESUKAAN KALIAN :

SPAM EMOT 💛 UNTUK AKU :

WAJIB PENCET BINTANG DI POJOK KIRI BAGIAN BAWAH (VOTE) SEKARANG!!

SIAP UNTUK MEMBACA KELANJUTANNYA?

SIAP ATAU ENGGAK?

PASTINYA SIAP DONG!! ^^

Happy reading, Macaagengs!!

***
Setelah mengantar Akila pulang ke rumah, Langit mampir ke rumah Bayu karena kebetulan malam ini ada si kembar. Anak itu yang meminta dengan alasan jarang-jarang ngumpul di luar sekolah. Sementara Alfan tak ikut, katanya kerja. Jadilah Langit menurutinya.

Lately I'm not the same

I've found a stranger calling out my name

Have a feeling you would be so proud

And he's gon' need me now

But he's not you

He's not you

He will never be you

Photobook with my mistakes

Promises that we never got to make

Musik yang mengalun dari tape mobil menemani kehampaan yang tercetak jelas di mata Langit kala tak sengaja menangkap sebuah objek di mana ia merasa iri dengan hal itu. Seorang anak laki-laki yang seusia dirinya mencium punggung tangan seorang wanita paruh baya penuh kelembutan karena hendak masuk ke dalam gor badminton.

Langit memaksakan senyum dan mencoba menepis perasaan perih yang menjalar ke dadanya. Tak apa, yang harus Langit lakukan adalah harus selalu tersenyum dan menjadi anak yang kuat, seperti pesan mamanya pada papanya di hari itu.

"Udah nyampe lo, Ngit," kata Dino saat Langit baru saja turun dari mobil sambil membawa sekantong minuman dingin.

Langit berdeham lalu menaruh minuman dingin yang diinginkan oleh Dino ke atas meja. Bayu dan Dani yang duduk di sofa melempar cengiran padanya sambil menunjuk setoples kuaci di depannya.

"Alfan kerja apa emang?" tanya Langit sembari mengambil kuaci kemudian duduk bersandar di sofa, di samping Dino.

Bayu mengedikkan bahu. "Gatau, katanya kerja. Giliran gue tanya tuh anak nggak bales chat gue. Beneran sibuk kali, ya," jawabnya yang diangguki oleh Dani.

"Bisa aja kerja di kafe, Ngit," ceplos Dino.

Langit menghiraukan perkataan Dino. Meski terkadang ia duduk sebangku dengan Alfan, satu organisasi, sering bersama di ruang musik, kadang nongkrong di belakang sekolah hanya sekedar untuk menemani cowok itu merokok, tapi keseharian antara dirinya dan Alfan sangat tertutup.

Langit tak pernah berbagi kisah hidupnya, apa saja yang telah ia lewati hingga saat ini. Begitu juga dengan Alfan. Bagi Langit, kisah kehidupan adalah privasi. Tak semua orang harus tahu tentangnya. Mungkin bagi Alfan, demikian juga.

"Tadi Alfan bareng gue," kata Langit setelah mengingat kejadian di mana Akila pergi begitu saja saat ia tinggal di cafe sendirian karena kehadiran Claudia. Bertepatan dengan itu ada Alfan.

"Terus, kenapa nggak lo ajak ke sini?" Dani menatap Langit sambil membuka tutup minuman kaleng yang ia bawa.

"Sebelum lo pada nelpon," jawabnya.

I'm Not A Narsis Baby (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang