13. Tak Lagi Sama

17.3K 1.3K 1.1K
                                    

HALO, SEMUANYA!!

MAAF AKU BARU BISA UPDATE SEKARANG

GIMANA PUASANYA? LANCAR?

SAPA AKU SESUAI ZODIAK KALIAN :

WARNA KESUKAAN KALIAN :

SPAM EMOT 💛 UNTUK AKU :

SIAP UNTUK MEMBACA KELANJUTANNYA?

Happy reading!!

***
Sesuatu yang tak terduga namun kerap ia bayangkan dan ia tuang ke dalam buku diary kesayangan. Berjalan beriringan di tengah kerumunan pengunjung, menikmati kembang gula yang sangat manis, memandangi balon gas yang dikerumuni oleh anak-anak yang terlihat saling berebutan, serta bisingnya suara wahana yang mulai beroperasi malam ini karena pengunjung tak sabar untuk naik.

"Kak Langit pernah masuk ke rumah hantu?" Akila mengamati pengunjung yang antri di depan sebuah bangunan berbentuk rumah itu. Mendengar suara mengerikan dari arah tempat itu membuat Akila merinding.

Langit menggeleng. "Gue baru kali ini ke pasar malam," jawabnya tanpa mengalihkan pandangan dari rumah yang terlihat menyeramkan itu, namun banyak diminati oleh kaum remaja seusianya.

Akila manggut-manggut lalu melangkah ke depan bersama dengan Langit. Langkah kaki keduanya menuju wahana bianglala yang tengah berputar. Lampu berwarna-warni menyala terang, menambah kesan meriahnya acara pasar malam saat ini.

Langit berdiri di depan pagar pembatas. Kepalanya mendongak ke atas menatap anak-anak, remaja serta para orang tua yang tengah menemani anaknya yang berada di dalam kotak besi berbentuk sangkar burung itu. Sangat menyenangkan nampaknya. Ah, masa kecilnya jauh lebih menyenangkan dari pada itu sebelum sang mama pergi meninggalkannya.

"Kak Langit," cicit Akila pelan.

Langit menoleh ke samping saat Akila menyentuh punggung tangannya dengan telunjuk. Dua lelaki berpenampilan urakan berdiri di samping Akila sambil curi pandang serta cengar-cengir tak jelas pada gadis yang ada di dekatnya. Akila dibuat tak nyaman.

Langit berpindah tempat. "Geser, dikit!" katanya tegas. Hal itu membuat dua anak laki-laki tersebut menjauh. Akila pun bisa bernapas lega kemudian mengamati bianglala yang berputar di depannya.

Saat Akila begitu terfokus pada objek yang ada di depannya, berbeda dengan Langit yang sengaja curi pandang pada gadis itu.

"Lo sering main ke sini?" tanyanya.

Akila menatap Langit. "Enggak terlalu sering," jawabnya membuat Langit manggut-manggut singkat.

Tak ada obrolan lagi. Keduanya asik menikmati putaran bianglala serta mendengar teriakan yang berasal dari wahana bernama kora-kora, berbentuk kapal pembajak di sebelah tempat itu.

"Kak Langit belum pernah naik bianglala?" tanya Akila sambil mengamati wajah Langit. Menurutnya, Langit semakin terlihat memesona saat malam hari.

Langit menggeleng singkat. "Kenapa?"

"Enggak, cuma nanya aja." Akila tersenyum.

Langit menegakkan badan. Ia mengedarkan pandangan. Tanpa mengeluarkan suara, tangannya terulur menarik kerah baju yang dikenakan oleh Akila. Ia bawa menuju pengantrian tiket.

"Kak Langit mau naik bianglala?" tanya Akila pelan saat Langit tengah berbicara dengan si pemilik wahana bianglala itu.

"Buat lo satu." Langit memberikan satu tiket ke tangan Akila kemudian kembali menarik kerah baju Akila menuju pagar pembatas. Ia dan Akila perlu menunggu putaran selanjutnya agar bisa naik.

I'm Not A Narsis Baby (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang