42. Come on, Let's Make Peace!

12.5K 880 2K
                                    

And I see forever in your eyes
I feel okay when I see you smile, smile
Wishing on dandelions all of the time
Praying to God that one day you'll be mine
Wishing on dandelions all of the time

- Dandelions, Ruth B

***

Negeri Kincir Angin begitu indah dan memesona. Seorang gadis dengan syal berwarna pink melingkar di leher, tengah memandangi pemandangan kota. Dia berpegangan pada tiang pembatas jembatan bersama sepupunya.

"Kila nggak pengen balik ke Jakarta?"

Pertanyaan itu terlontar dari bibir Mario.

Akila menggeleng. "Akila mau di sini bareng Kak Mario. Lagi pula, buat apa balik ke Jakarta? Akila udah sekolah di sini."

"Akila nggak kangen gitu sama Tarzan?"

Akila mengembuskan napas berat. Tentu ia rindu pada sahabatnya. Tapi apa boleh buat, Akila ingin bersama Mario di sini, melewati hari bersama-sama. Akila tak ingin Mario merasa kesepian.

"Kangen banget, tapi Akila sering telponan sama Tarzan. Tarzan bercerita banyak hal, termasuk tentang hal yang Akila sukai. Akila juga gitu, ceritain tentang di sini."

Mario menatap lurus ke depan. Sementara Akila berjalan menuju sepeda untuk mengambil makanan ringan, stroopwafel namanya. Setelah itu, ia berbagi dengan Mario.

"Kila pernah nyobain ini nggak. Stroopwafel campur susu terus kasih strawberry, rasanya enak banget. Dulu Kak Mario dibikinin sama temen," ujar Mario memberitahu.

Akila menggeleng polos. "Akila baru kali ini makan ini. Kalo strawberry, sering banget."

Mario tertawa jenaka. "Maniac strawberry."

Akila terkekeh lalu menatap lurus ke depan.

"Akila nggak tau kenapa bisa sesuka itu sama buah strawberry. Wanginya Akila suka, rasanya juga. Emang, ya, kalo suka sesuatu itu nggak selalu ada alasan. Sama kayak Akila suka Kak Langit waktu itu," lanjutnya dalam hati.

"Itu alasan namanya Adek. Kenapa Kila suka buah itu, karena manis, karena wangi, karena buahnya pink dan cantik." Mario bersuara.

Akila menatap Mario. "Kalo suka seseorang, Kak Langit tau alasannya?"

Mario sontak menatap Akila. "Kok, Kak Langit? Kakak nggak pernah ganti nama loh," ujar Mario heran.

Akila gelagapan jadinya. "Eh, maksudnya Kak Mario. Kok malah Kak Langit sih, hehehe ...." Akila nyengir, jadi malu sendiri. Karena pikirannya tertuju pada anak laki-laki itu, tanpa sadar ia salah bicara.

Mario menyorot sepupunya lekat.

"Hayoo, suka sama yang namanya Langit, ya? Jujur sama Kakak. Siapa dia, ceritakan sekarang." Mario mencolek dagu Akila.

"Ih, Kak Mario apaan sih." Akila jadi malu.

Mario bergeser pada Akila. Ia sangat penasaran sekarang. Sepertinya, nama yang disebut oleh Akila, adalah seseorang yang disukai oleh sepupunya ini.

I'm Not A Narsis Baby (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang