Suasana grasak-grusuk tak pernah lepas dari kantin yang sedang diserbu oleh anak-anak kala bel istirahat berbunyi. Bahkan terjadi aksi saling dorong di antara mereka karena tak ingin mengantri. Siapa lagi pelakunya kalau bukan siswi-siswi nakal yang tak tahu aturan.
"Huft! Di mana-mana rame mulu! Di kantin rame, di gerbang apalagi."
Zania tertawa kecil melihat Akila yang sedang jengkel karena ramainya kantin.
"Namanya juga kantin sekolah, Kiling. Kalo kantin di hutan, bakalan sepi deh," jawab Zania membuat Akila mendengus malas.
Akila duduk di bangku sambil menopang dagu. Ia terpaksa menunggu dari pada berdesak-desakkan seperti itu. Bisa-bisa ia terjungkal jika ikut berdesakkan ke kerumunan.
"Lo mau apa? Biar gue yang pesen." Zania berdiri dari duduknya.
"Akila mau nasi goreng, itu aja."
"Minumnya?"
"Susu strawberry."
Zania mengacak puncak kepala Akila gemas. "Lo ya, jelas-jelas nggak ada di sini. Nanti deh, minta sama Kak Alfan. Secara tuh anak yang sering ngasih lo susu kotak strawberry," katanya.
Akila menjauhkan tangan Zania dari kepalanya. "Nggak dulu, Akila males ketemu sama semua orang," jawabnya.
"Kenapa? Lo kalo belum makan pasti suka uring-uringan. Wait, gue pesen nasgor buat lo dulu, minumnya susu dingin atau apa?" tanya Zania sebelum beranjak.
"Susu dingin aja, Tarzan," jawab Akila.
Setelah Zania beranjak, Akila duduk sendiri di bangku. Ia bergeser ke samping agar ketika datang, Zania langsung duduk.
Bunyi derap langkah kaki serta lirikan mata dari anak-anak yang sedang menikmati makanan mereka membuat Akila ikut menoleh lantaran merasa penasaran. Detik itu juga, tatapannya bertemu dengan seseorang yang sengaja ia hindari dari minggu lalu.
Kedua bola mata Akila bergetar. Ia menguatkan diri agar air matanya tak tumpah. Kenapa lagi dan lagi ia dipertemukan dengan laki-laki itu meski sudah menghindar sekali pun? Saat ini Akila tak ingin melihat wajahnya.
"Akila nggak mau liat Kak Langit," batin Akila dan memilih menunduk dalam. Jemarinya meremas kuat rok yang tengah ia kenakan.
"Ngit, ada Akila," bisik Bayu pada Langit.
Langit diam setelah tatapannya bertubrukan dengan gadis itu. Ia sengaja mengalihkan pandangan ke arah lain kala melihat reaksi Akila. Ia tahu gadis itu sedang menahan tangis karena melihat dirinya berada di sini.
"Kita duduk di mana, Ngit? Alfan keknya masih di belakang deh. Tuh anak suka banget ngabisin waktu sendiri," kata Bayu.
Langit mengedarkan pandangan. "Di sini aja," katanya yang sengaja memilih bangku yang berdekatan dengan meja Akila.
"Oh, oke. Gue pesen dulu." Bayu berlalu.
Langit duduk di kursi panjang dengan pandangan tertuju pada Akila. Saat gadis itu mendongak, ia pun mengalihkan pandangan ke arah lain sambil berpura-pura melihat poster yang tertempel di dingin.
"Ternyata lo bener-bener ngejauh." Langit tersenyum kecut kala Akila kembali menunduk setelah mendapati kehadirannya duduk di bangku, di depan gadis itu.
Bayu datang dan mengacaukan lamunan Langit. Anak itu menyodorkan segelas teh dingin dengan semangkok bakso kehadapannya.
"Alfan masih belum dateng?" tanya Bayu.
Langit menggeleng sembari melirik meja Akila sekilas. Zania yang datang membawa nampan lalu duduk di depan Akila membuat Langit kesulitan melihat gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not A Narsis Baby (TERBIT)
Teen FictionFOLLOW SEBELUM MEMBACA KARENA SEBAGIAN CERITA DI PRIVATE! JANGAN TUNGGU SAMPAI ENDING, NANTI NYESEL🥵 Ini bukan kisah tentang Cinderella yang kehilangan sepatu kaca atau pun kisah seorang nerd girl yang bertemu pria kaya raya. Ini hanyalah kisah Ru...