41. She is the Greatest Healer!

11.2K 857 2K
                                    

Now I don't need your wings to fly
No, I don't need a hand to hold in mine this time
You held me down, but I broke free
I found the love inside of me
Now I don't need a hero to survive
'Cause I already saved my life

— Hero, Cash Cash, Christina Perry

***

Berakhirnya ujian semester, siswa-siswi SMA Rajawali merasa lega seakan udara bersih kembali mengisi rongga dada karena seminggu ini dibuat ngos-ngosan, tak tenang, khawatir akan soal yang diujiankan. Kini, mereka telah berhasil melewatinya dengan usaha masing-masing.

Hari ini seperti hari-hari lalu. Langit membuka loker untuk mengambil seragam olahraga. Matanya menilik tumpukan amplop dengan berbagai warna. Tak ada yang menarik. Tak ada amplop berwarna pink. Tanpa minat, ia kembali tutup loker dan beranjak dari sana.

"Langit," panggil Claudia.

Langkah kaki Langit terhenti. Ia tak berniat untuk memutar badan, sekadar melihat Claudia yang terdengar berjalan menghampirinya.

"Aku dengar semuanya dari Alan."

"Terus?" tanyanya dengan posisi masih sama.

"Aku sakit dengar itu semua," lirih Claudia.

"Tapi itu kenyataan yang harus lo terima."

"Kenapa harus Akila?" tanya Claudia getir.

Langit perlahan memutar badan dan menatap Claudia dengan senyum menyungging. Kenapa? Apakah Claudia masih butuh penjelasan dari dirinya setelah mendengar semuanya dari Alan?

"Karena dia yang udah bantu gue keluar dari zona menyakitkan. Dengar Claudia, cuma dia yang peduli dan ada di saat gue terpuruk ... meski awalnya gue nggak pernah anggap dia ada!" jelasnya.

"Akila udah bikin gue sembuh," tambahnya.

"Tapi Akila udah nggak ada di sini. Mungkin ini terdengar egois, tapi  aku mau kamu balik sama aku. Aku nggak suka kamu sama dia, Langit ... di sini ada aku, untuk kamu." Claudia menatap dalam manik laki-laki itu.

"Akila udah ninggalin kamu, Langit!"

Langit mengalihkan pandangan ke arah lain.

"I know! Dia pergi bukan karena ingin, tapi karena keadaan. Suatu saat, gue bakal cari dia dan ngasih tau ... dia udah jadi pemenang!"

Claudia menengadah, berusaha menahan air matanya yang sebentar lagi akan tumpah. Rasanya lebih menyakitkan mendengar penjelasan itu secara langsung, dari laki-laki yang masih ia sayang.

"Kalau kamu sama Akila, gimana sama aku?" tanya Claudia parau.

"Pertanyaan kesekian kali." Rahang Langit mengeras kemudian mengikis jarak dengan perempuan itu.

"Buka mata lo lebar-lebar, ada Alan buat lo! Sampai kapan lo begini? Sampai kapan lo terus terjebak dalam bayang-bayang masa lalu? Dengar Claudia, kita udah beda! Kita bukan remaja SMP lagi. Sudah seharusnya lo move on!" suara Langit meninggi.

"Lo terus-terusan mikirin perasaan lo sendiri tapi sekali pun lo nggak pernah mikirin perasaan Alan. Dia suka sama lo, dia sayang sama lo! Bahkan, dia rela nangis di depan gue dan itu demi lo!"

Claudia menunduk, menghindari tatapan Langit yang berubah tajam dan menusuk.

"Aku cuma ingin memperbaiki hubungan kita, Langit. Aku tau ini sulit, tapi apa salahnya kita mencoba lagi? Aku tau kamu terluka di masa lalu, tapi saat ini aku hadir sebagai penebus dosa dan berjanji akan membahagiakan kamu di masa mendatang ...." Claudia membiarkan air matanya turun begitu saja.

I'm Not A Narsis Baby (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang