2. Friend

612 281 154
                                    

 ✿°•∘ɷ∘•°✿

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

... ✿°•∘ɷ∘•°✿ ...

Pukul 17:56. Jessica baru tiba di Rumah Sakit. Cukup beberapa menit naik mobil saja sudah cukup. Sai membukakan pintu mobil, mempersilakan Jessica keluar.

"Makasih Pak." Sambil menganggukkan kepalanya sedikit ke bawah, tanda terima kasih.

"Sama-sama Non, mari saya bawakan kopernya."

Jessica jalan duluan dan Sai berjalan di belakang Jessica. Pintu Rumah Sakit terbuka otomatis saat ada orang menginjakkan kakinya di depan pintu.

Jessica menuju lift, kemudian ia memencet tombol nomor 4. "Pak, makasih ya, udah anterin and bawain koper saya." Gadis cantik itu berbicara dengan nada yang lembut tapi agak pelan.

"Sama-sama Nona, besok saya datang pagi-pagi buat anterin Nona ke sekolah," ucap Sai

"Iya Pak, makasih, ya."

"Kalau begitu saya pamit dulu, ya. Semoga nyonya Alana cepat sembuh." Sai mengkhawatirkan Alana.

"Iya, amin."

Sai berjalan meninggalkan Jessica. Jessica masuk tanpa mengetuk pintu, karena jika ia mengetuk pintu siapa yang akan membukakan pintunya?

"Mah ... Jessi dateng, mau nemenin mamah di sini, Jessi nginep mah," ujar Jessica.

Alana sedang tidur lelap, tak tega jika Jessica membangunkannya. Maka Jessica pergi ke ruang administrasi untuk melakukan pembayaran.

Ruang administrasi cukup jauh dari kamar Alana. Karena kamar Alana berada di lantai 4, maka harus naik lift terlebih dahulu.

Ruang administrasi berada di lantai 2. Setelah pintu lift terbuka, segera ia menuju ruang tersebut. Jessica mengetuk pintu, terdengar suara dari dalam. "Masuk."

Jessica masuk ruang administrasi. Sambil menyerahkan berkas yang tadi ia ambil di meja.

"Alana Liora Gantari." Wanita itu membaca nama pasien yang tertera pada berkas tersebut.

"Ibu Alana menderita penyakit kanker jantung. Dijelaskan di sini, bahwa ia menderita penyakit tersebut ketika melahirkan seorang anak. Ibu Alana sudah pernah berobat di sini beberapa kali." Wanita itu menjelaskan isi dari berkas tersebut.

"Apa, Dok? Kanker jantung? Nggak-nggak!Nggak mungkin, Dok. Mamah saya selama ini nggak pernah bilang sama saya kalo dia punya penyakit. Dokter salah baca mungkin, mamah saya pingsan karena kecapean waktu kerja." Jessica kaget dan tidak percaya.

"Saya tidak bohong. Mungkin ibu kamu sengaja merahasiakan penyakitnya supaya kamu tidak khawatir."

"Bisa sembuh, kan, Dok? Apa perlu operasi?" Gadis itu berharap.

"Ya. Memang harus operasi."

"Kapan, Dok? Berapa pun akan saya bayar supaya mamah saya sembuh."

"Nanti saya kabarin. Tapi dek, penyakit ibu kamu telah mencapai stadium 4, semoga ibu kamu kuat, ya." Dokter Sarah menepuk-nepuk punggung tangan Jessica yang berada di atas meja.

Gadis SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang