45. Pengakuan

142 85 269
                                    

 ✿°•∘ɷ∘•°✿

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


... ✿°•∘ɷ∘•°✿ ...

Jam dinding sudah menunjukkan pukul 23:05. Sunyi, hanya terdengar suara televisi saja. Menonton film horor di malam hari memang sangat menakutkan.

Saat adegan seram dan menegangkan tiba, Averie langsung menutup mata lalu memeluk erat tubuh suaminya. Bisa dibilang, Averie adalah wanita penakut.

Dari tadi ada sesuatu yang ingin Aidan sampaikan kepada Averie, rasanya sangat tidak enak bila dipendam sendiri. Apalagi, Averie adalah istrinya.

"Ma," panggil Aidan. Pria itu mengelus lembut rambut istrinya yang terurai panjang.

"Ada apa, Pa?" tanya Averie.

Aidan yang gugup itu, tidak jadi mengatakan yang sebenarnya. Namun sangat janggal di hati karena ia memendam ini sendiri.

"Tidak jadi, Ma."

Tiba-tiba Averie berteriak saat adegan jumpscare keluar. Kaget lantaran ada sesosok arwah yang menyeramkan muncul di televisi, seperti ingin keluar layar.

Setelah selesai menonton film horor, mereka pun mengganti ke channel biasa. Aidan memanggil, "Mama ...."

Averie hanya bergumam singkat.

"Papa mau jujur," ucap Aidan sedikit kaku.

Sedangkan di tangga sebelah sana, ada Naura yang sedang turun dengan pelan karena sudah tengah malam.

Ia pergi ke dapur untuk mengambil air putih karena tiba-tiba haus. Kemudian ia mengintip kedua orang tuanya yang sepertinya sedang membicarakan hal serius.

"Sudah lama sekali Papa memendam ini sendirian. Rasanya sangat janggal di hati Papa. Ini mungkin sudah saatnya Papa jujur," tutur Aidan. Ia menunduk.

"Jujur? Maksud Papa apa?" Averie tidak mengerti.

"Papa sebenarnya dulu pernah punya seorang istri. Tapi ... aku malah main ke club malam dan tanpa sadar aku mabok," tutur Aidan.

Averie belum berbicara, ia masih setia mendengarkan pernyataan Aidan walaupun sekarang hatinya terasa panas dan sesak setelah mendengarnya.

"Dan saat aku udah sadar, tiba-tiba aku udah di kamar bersama kamu. Mungkin saat itu kamu juga sedang mabok, makanya kita nggak sengaja ngelakuin itu ...," lanjut Aidan.

"Pa ...." Averie tidak menyangka akan kejadian itu. Averie kira mereka melakukan hubungan itu karena sama-sama setuju, ternyata tidak.

Tetapi, ia beruntung karena Aidan mau bertanggung jawab. Namun ... bagaimana dengan istrinya?

"Aku rela ninggalin istriku yang lagi hamil waktu itu. Karena aku nggak mau dianggap pengecut, atau pria brengsek." Aidan menunduk.

"Waktu itu usia kandungan kalian berdua sama. Aku ninggalin Alana karena dia sudah tahu sebuah fakta itu. Dia benci aku, makanya aku ninggalin dia dan nikahin kamu." Dengan entengnya Aidan berbicara seperti itu.

Gadis SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang