52. Selamat Tinggal [END]

89 33 90
                                    

"Fase tersulit adalah ketika kita harus merelakan orang yang kita sayang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Fase tersulit adalah ketika kita harus merelakan orang yang kita sayang."

– Melvan.

... ✿°•∘ɷ∘•°✿ ...

Di sebuah tempat yang selalu penuh dengan duka dan doa. Tempat berpulang semua orang yang sudah tiada. Selalu saja ada tangisan yang terdengar di kala kita menginjakkan kaki di sini.

Semua orang yang datang di pemakanan Gio turut berduka cita. Keluarga Gio menangis, terutama Neo. Neo anak kelas 9 SMP yang ditinggal ayahnya, terasa amat sakit.

Melvan dan Neo mengelus lembut batu nisan yang tertoreh nama ayah mereka. Tak lupa juga berdoa agar beliau diterima di sisi Tuhan.

"Yang sabar, Neo." Moel menepuk pelan pundak Neo.

Setelah selesai mendoakan, para teman dan juga saudaranya pulang. Melvan mengusap kasar air mata dan ingusnya.

"Sabar, ya, Bunda." Jessica memeluk Clea yang masih menangis.

Vera menatap Jessica dengan sorot matanya yang tak menyenangkan. "Seharusnya aku yang ada di posisi cewek itu!"

Melvan melihat ke arah Jessica, lalu berpaling ke Vera. Ia menunduk, memperhatikan nama lengkap Gio yang ada di batu nisan.

"Ayah ... apa aku harus nurutin permintaan terakhir Ayah?" Melvan bertanya dalam hati.

•───────•°•❀•°•───────•

[Rabu, 24 Oktober 2029]

Sebuah pigura berukuran besar mengabadikan Gio yang sedang menampakkan deretan giginya. Foto itu masih saja dipajang dan enggan dilepas.

Clea, Melvan, Neo, dan Jessica duduk di ruang tamu. Melvan ingin membicarakan tentang perjodohan itu kepada Jessica.

Sungguh, rasanya berat sekali. Setelah mengikhlaskan ayahnya, Melvan juga harus merelakan kekasihnya.

"Bunda, Jessica. Sebenernya berat banget untuk ngomongin ini. Tapi Melvan harus tetep ngomong, karena ini permintaan terakhir ayah," tutur Melvan dengan suara pelan.

Semuanya tak berkutik. Mereka bertiga diam untuk mendengarkan Melvan berbicara.

Melvan menarik napas dalam-dalam, lalu menghembuskannya. Ia menunduk untuk menyembunyikan matanya yang berkaca-kaca.

"Aku disuruh nikahin Vera. Itu permintaan terakhir yang Ayah ucapkan sebelum meninggal," ucap Melvan dengan suara yang bergetar. "Maaf, Jessica."

Jessica berusaha tersenyum tipis walaupun hatinya terasa amat sakit. Hubungan yang sudah dibangun sekitar 7 tahun usai begitu saja.

Gadis SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang