37. Gadis Gila

189 110 486
                                    

Hallo! Sebelum baca, pastikan kamu sudah vote bab ini, ya!(*・ω・*)b♪

Hallo! Sebelum baca, pastikan kamu sudah vote bab ini, ya!(*・ω・*)b♪

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

... ✿°•∘ɷ∘•°✿ ...

Hembusan angin malam menusuk permukaan kulit, terasa begitu dingin. Suara deburan ombak terdengar cukup keras menandakan air laut sedang pasang. Aroma khas laut tercium sangat kuat saat Melvan duduk di bibir pantai.

Duduk memandangi lautan luas sambil menunggu gadisnya datang. Langit malam yang ditaburi bintang seolah menyatu dengan lautan. Di sini sepi, tidak berisik, hanya terdengar suara ombak yang bagaikan musik di telinga.

Bulan sabit yang tak tertutup awan terlihat bersinar di atas langit malam. Suara burung hantu sesekali terdengar samar.

"Hai." Sebuah suara menyentak kesadaran Melvan yang sedang melamun. Cowok itu menoleh ke sumber suara dan tersenyum hangat.

"Sini duduk." Melvan menepuk-nepuk pasir di sebelahnya. Jessica pun berjalan menghampiri cowok itu lalu duduk di atas pasir yang tadi ditepuk oleh Melvan.

"Malam ini indah banget, ya?" celetuk Melvan. Gadis itu mengangguk sambil tersenyum tipis.

Melvan bertanya, "Lebih indah senja atau langit malam?"

Tunggu, sepertinya pertanyaan ini sudah pernah didengar oleh Jessica. Setelah mendengar pertanyaan Melvan, Jessica diam sejenak. Ia dejavu.

"Keduanya sama-sama indah," balas Jessica.

Tiba-tiba, Melvan langsung menyenderkan kepalanya ke pundak Jessica tanpa mengatakan apa pun.

"Eh? Dejavu lagi?" batin Jessica.

Melvan meraih jemari lentik Jessica. Ia melihat cincin yang pernah ia kasih ke gadis itu. Masih dalam keadaan rapi dan cantik. Cincinnya melekat sempurna di jari tengah Jessica.

Jessica menyeletuk, "Aku pengen liat ayah."

Seketika Melvan langsung mengangkat kepalanya dan menatap mata gadis itu. Jessica tersenyum tipis. "Kira-kira, aku bisa ketemu nggak, ya, sama ayah?"

"Bisa. Pasti bisa," ucap Melvan menyemangati gadis itu.

"Aku bakal bantuin kamu nyari ayah kamu," lanjut Melvan.

"Tapi ... aku nggak tahu ayah aku seperti apa, bahkan wajah atau suaranya aja aku nggak pernah tahu." Mata Jessica mulai berkaca-kaca.

Melvan memegang kedua tangan gadisnya. "Udah, ya? Jangan bahas itu lagi, nanti kamu jadi sedih."

Setelah mengatakan itu, Jessica malah menangis. Segeralah Melvan memeluk gadisnya itu. Ia mengelus-elus punggung Jessica supaya tenang.

"Nangis aja, Sayang. Keluarin semuanya, jangan dipendam sendiri. Nangis aja sepuasnya di pelukan aku." Melvan semakin mengeratkan pelukannya.

Gadis SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang