6. Kita Sudah Sah

10K 370 2
                                    

Ismi melihat jam yang dipergelangan tangan sudah menunjukan pukul 00.30 wib. Berarti operasi didalam sana sudah berjalan hampir dua jam.

Pikiran Ismi seakan membawanya pada Rivan. Dirinya begitu bodoh memilih pria itu sebagai calon suaminya.

Dia yakin Tuhan sudah mengatur jalan hidupnya jadi dirinya tidak perlu berhari-hari tenggelam dalam kegalauan, dia cukup bersyukur tidak hilang akal saat ditinggal oleh pria brengsek itu.

Seakan tersadar wanita itu menggelengkan kepalanya agar bayangan-bayangan tentang pria itu hilang dari kepalanya.

Saat itulah pintu ruang operasi terbuka, dokter yang melakukan operasi terlihat keluar dari sana.

Ismi berdiri menghampiri dokter itu.

"Bagaimana dok keadaan suami saya?"

"Keadaan pasien baik-baik saja, tinggal menunggu pemulihan saja, kalau lukanya sudah kering sudah boleh pulang tapi jangan dipakai untuk jalan dulu, kemungkinan beberapa bulan kedepan baru bisa sembuh total"

Ismi menghela nafasnya lega.

"Baik dokter... Terimakasih"

"Sama-sama.. permisi" setelah dokter itu pergi tak lama brangkar suaminya di dorong keluar oleh suster.

Ismi mendekati brangkar dan ikut mendorongnya. Itu semua tidak luput dari mata Rian. Dirinya sedikit terharu, istrinya itu menunggunya sampai selesai operasi.

Kini brangkar Rian sudah berada di dalam ruangannya. Ismi masih diam sejak tadi, dirinya sedikit bersyukur suaminya baik-baik saja dan pikiran negatifnya tidak terjadi.

"Belum ngantuk?"

"Belum..."

"Tidurlah, nanti kamu sakit, dari tadi kamu belum istirahat" ucap Rian pelan.

Ismi sebenarnya sudah ngantuk tetapi dia mau tidur dimana? Dirinya lupa membawa tikar karena sudah panik dan tidak ada yang mengingatkannya.

Tidak mungkin dirinya lesehan tanpa alas kan?

Ismi yang tidak merespon apapun membuat Rian merasa sedih, apakah wanita itu masih marah padanya?

Rian menarik baju Ismi pelan membuat sang empu menoleh.

"Kamu masih marah ya?"

"Tidak..."

"Terus? Kenapa diam saja?"

"Tidak apa-apa"

"Ayo naik sini..." Rian menepuk brangkar yang tersisa sedikit disampingnya.

"Matamu merah... Kamu pasti sudah ngantuk"

Ismi menggeleng, lebih tidak mungkin lagi. Masa dirinya tidur seranjang dengan pria itu?

"Udah... Tidak usah malu... Kita sudah sah jadi tidak apa-apa tidur seranjang" Rian menarik pelan pergelangan Ismi membuat Ismi mau tidak mau menurut saja karena dirinya sudah sangat ngantuk.

Rian menggeser lagi tubuhnya agar Ismi bisa berbaring. Untungnya ruangan ini cuma ada dirinya saja pasiennya.

Tubuh Ismi sangat kaku seperti patung, ranjang rumah sakit ini sangat sempit itulah mengapa sekarang dia berbaring miring menghadap suaminya.

Mau membelakangi tapi tidak bisa, mau terlentang lebih tidak bisa lagi.

Sedangkan Rian yang menyadari kekakuan serta rasa canggung Ismi menahan senyum. Kalau seperti ini wanita itu terlihat lucu. Menurutnya.

"Rilex... Nanti badan kamu sakit karena otot-otot kekencangan" ucap Rian jahil.

Ismi mendelik. Perlahan dirinya menutup mata agar matanya tidak salah melihat. Karena memang sudah ngantuk, Ismi tertidur.

Rian yang mendengar nafas Ismi sudah teratur, perlahan menoleh dan menatap lekat wajah itu.

Wajah itu tetap cantik walau tidak memakai riasan apapun seperti dulu.

Jujur dirinya dulu tidak memiliki nyali yang besar untuk mendekati Ismi alhasil dirinya hanya bisa menganggumi wanita ini dari jauh.

Kemanapun wanita ini pergi pasti selalu diikutinya biarlah orang mengaanggap dirinya apa.

Cintanya untuk wanita ini berawal dari pertemuan mereka dimasa putih abu-abu.

Rian perlahan mengingat masa itu ketika pertemuan pertamanya dengan Ismi Wulandari.

Tbc

Suami Pengganti [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang