59. Bahagia

3.2K 98 0
                                    

"Halooo.... Selamat sianggg" Suara terdengar, Ismi berkerut bingung. Siapa yang teriak-teriak tengah hari begini.

Ismi turun kelantai bawah dia penasaran dengan orang yang berteriak.

"Mama? Maaassss...." Teriak Ismi memanggil suaminya yang berada diruang kerja bersama anaknya.

"Halooo anak mama yang cantik"

"Kok nggak bilang-bilang mau ke Indonesia?"

"Surprise sayang... Cucu mama mana?"

"Ada diruang kerja sama papanya" Sarina menoleh ketika pintu yang ditunjuk mantunya terbuka.

"Mama? Kapan datang?"

"Barusan..." Sarina mendekati Rian untuk memeluk cucunya yang sudah berusia tiga tahun ini.

Kini usia pernikahan Ismi dan Rian kurang lebih sudah berusia empat tahun. Kebahagian dirasakan oleh keduanya, lika-liku rumah tangga sering muncul hanya dianggap sebagai bumbu cinta diantara keduanya, tali cinta diantara mereka begitu erat terikat apalagi diantara mereka sudah ada Athaya.

"Aduh cucu Oma, tambah cantik ya..."

"Iya dong Oma, cucunya siapa dong?"

"Aduhhh... Pinternya... Sini sama Oma dulu," Athaya mengulurkan tangannya tanda ingin di gendong.

"Ma... Papa nggak ikut?"

"Papa?" Sarina seketika linglung menoleh tidak mendapati suaminya tidak ada.

"Loh... Papa mana?" Sarina panik.

Rian dan Ismi serentak memukul jidat mereka.

"Aduh... Gawat... Aya sayang turun bentar ya..." Athaya bingung dengan Omanya yang menurunkannya dari gendongan.

Sarina mengotak atik ponselnya bermaksud menelepon suaminya, tapi suara klakson mobil membuatnya berhenti.

Ismi segera melangkah untuk melihat siapa yang mengklakson mobil tersebut.

Ismi membuat pintu, ternyata ayah mertuanya.

"Papa?" Ismi merangkul ayah mertuanya untuk masuk kedalam rumah.

"Papa? Maafkan mama lupa" Sarina mendekati suaminya.

"Nggak usah minta maaf, aku sudah sangat maklum sama kamu, kalau sudah ke Indonesia seketika lupa padaku" Rian dan Ismi menahan gelak tawa.

Sarina menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Opa?" Tatapan Rudi teralih menatap cucunya yang memanggilnya. Senyumnya terbit.

"Aduh cucu opa... Sini... Opa kangen banget sama kamu nak..." Rudi mengangkat Athaya ke gendongannya.

Sarina tersenyum menatap keduanya. Wajah suaminya dan juga cucunya terlihat mirip ketika mereka tersenyum.

"Ma.. pa... Ayok duduk dulu..." Ismi mengajak kedua paruh baya itu untuk duduk.

"Cucu opa, gimana kabarnya? Aduh ternyata cucu opa tambah cantik ya.."

"Opa... Gigi Aya sekarang jelek, jadi Aya tidak cantik, opa sama Oma bohong ya?"

"Kok bohong?" Tanya Rudi.

"Iya... Teman Aya di sekolah bilang Aya jelek karena gigi Aya jelek" lapornya murung. Rian dan Ismi terkekeh mendengar anaknya melapor kepada opanya.

"Aya cantik kok... Masa cucu kakek sama Oma dibilang jelek? Kalau aya di katain jelek lagi, tonjok aja giginya biar jelek juga"

"Oma..." Rudi, Rian dan Ismi serentak menegur Sarina. Wanita paruh baya itu hanya terkekeh.

"Bener Oma?" Sarina mengangguk.

"Omaaa" suara ketiganya terdengar memprotes.

"Baiklah... Aya nanti buat perhitungan sama dia kalau aya di gangguin lagi"

"Baguss... Siapa dulu dong cucu Oma?"

"Ommaa..." ucapnya ceria. Semuanya terkekeh melihat bayi yang dulu sangat merah berlumuran darah kini telah berumur tiga tahun.

Ismi dan Rian kini bahagia melihat interaksi ketiga orang tersebut, siapa lagi kalau bukan mama Sarina, papa dan juga Athaya.

★★★

Waktu magrib telah tiba. Ismi menunggu kedatangan keluarganya untuk berkumpul karena akan diadakan pesta kecil-kecilan untuk keluarga mereka.

"Assalamualaikum..." Suara dari luar pintu terdengar.

"Waalaikumssalam..."

"Itu pasti mama sama papa" ucap Ismi berdiri bermaksud membuka pintu untuk mereka.

"Mari masuk.." Ismi mempersilahkan orang tuanya masuk, tapi keningnya berkerut ketika melihat pria asing mengikuti Isma dari belakang.

"Siapa?" Tanya Ismi tanpa suara kearah Isma kakaknya.

"Sopir..." Celetuk Isma sembarang. Brian yang mendengarnya terkekeh pelan.

"Kalau sopirnya ganteng begini, embat langsung" bisik Ismi ditelinga kakaknya. Isma memutar bola matanya jengah.

"Kenalin kak... Saya Ismi calon adik ipar kakak... Aduh..." Ismi mengusap bahunya yang di geplak Isma tak berperasaan.

"Kenapa sih.. sakit tau..." Ismi melototi kakaknya.

"Biasa aja kalau ngomong jangan sembarangan"  Ismi terkekeh ketika kakaknya memprotes.

"Brian... Calon kakak ipar kamu" balas Brian tiba-tiba membuat Isma dan juga Ismi menoleh terkejut.

"Gaslah ka.. jangan lama-lama, aku mendukungmu" ucap Ismi bersemangat dengan tangan terkepal didepannya.

"Doakan ya.."

"Pastiii ka.." Isma hanya mendengus saja ketika dua orang itu berbicara ngawur.

To be continue

Suami Pengganti [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang