40. Hamil?

3.9K 107 0
                                    

Ismi merasakan perutnya seperti di aduk-aduk lalu perlahan rasa mual mulai dia rasakan. Ismi segera berlari ke kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya.

Ismi hanya memuntahkan ludah saja. Ini kenapa?

Rian terusik dalam tidurnya karena mendengar suara istrinya muntah di kamar mandi. Rian segera bangun.

"Sayang? Kamu kenapa? Astaga" tanya Rian panik melihat wajah istrinya begitu merah entah karena apa.

Rian mengumpulkan beberapa helai rambut yang menutup sebagian wajah istrinya.

"Hu... Aku nggak tahu kenapa... Badanku lemes, hanya pengen muntah terus" ucapnya pelan tanpa tenaga.

"Jangan-jangan kamu hamil yank?" Rian menatap istrinya yang menggeleng.

"Nggak tahu... Kan aku baru datang bulan kan? Kamu lupa?"

"Oh iya ya?" Jawab Rian.

"sepertinya aku kelelahan hon, beberapa Minggu ini pembeli meningkat makanya aku kelelahan"

"Mungkin sayang... Tapi aku panggilkan dokter ya.. sini wajahnya ku cuci dulu, terus istirahat, nanti aku panggilkan dokter" Ismi mengangguk.

Rian membasuh wajah istrinya karena terlihat lemas, dia khawatir dengan keadaan istrinya.

Rian menuntun istrinya keluar dari kamar mandi. Ia biarkan istrinya berbaring dulu. Wajah istrinya itu terlihat pucat. Setelahnya Rian mengambil ponselnya untuk memanggil dokter keluarga.

★★★

Dokter tersebut sedang memeriksa istrinya. Ia hanya memperhatikan dokter yang sedang melakukan tugasnya.

"Sudah berapa hari istrimu seperti ini Rian?" Tanya Nendra.

"Baru tadi pagi om" jawab Rian.

"Sepertinya istrimu sedang hamil, jika om melihat gejala yang istrimu rasakan ini, tes dulu, semoga ada berita bagus"

"Makasih om... Rian akan membeli tespek di apotik nanti" Nendra mengangguk.

"Gimana kabar papa mu?" Tanya Nendra.

"Alhamdulillah baik om..."

"Salam aja sama Rudi, katakan jangan terlalu mencari lelah" ucap Nendra terkekeh.

" Iya... Nanti aku sampaikan sama papa"

"Ya sudah.. om pamit... Jaga istrimu"

"Baik om.. makasih ya om" Nendra mengangguk. Setelah kepergian Om Nendra Rian meminta izin pada istrinya untuk ke apotik.

★★★

Rian segera kembali dari apotik karena khawatir dengan istrinya itu. Dia membuka pintu kamar mereka, sepertinya istrinya tertidur.

Perhatian Rian teralih pada ponsel yang bergetar di nakas. Ia segera mengambil ponsel istrinya.

"Halo pa.. Assalamualaikum"

"Waalaikumssalam... Nak.. Ismi nya kok belum datang? Ini warungnya sedikit lagi mau di buka"

"Maaf pa.. warungnya di tutup dulu sementara, karena Ismi nya lagi sakit, tadi pagi dia muntah dan lemes pa"

"Astagfirullah... Baiklah... Mama papa kesana sekarang"

"Biar sopir Rian yang jemput pa"

"Baik... Papa tunggu"

"Iya pa.. Assalamualaikum" setelah menjawab salamnya mertuanya menutup panggilannya.

★★★

"Ismi sakit pa?"

"Sepertinya ini kabar bagus ma.." ucap Riady sumringah.

"Loh.. Anak sakit kok kabar bagus?" Rahma menanggapi.

"Itu sakit bagus ma.. kalau papa telisik dari perkataan Rian tadi, kemungkinan besar anak kita itu hamil"

"Hamil pa? Benarkah?"

"Iya... Sana siap-siap kita kerumah Ismi sebentar lagi Dirga akan jemput kita"

"Baik.. mama siap-siap dulu"

"Siap-siap kemana?" Tanya Isma karena dia baru turun dari kamarnya.

"Kerumah adikmu, adikmu sakit" papanya menjawab.

"Sakit? Jadi warungnya di tutup ya?" Riady mengangguk.

"Aku ikut tapi naik motor saja" ucap Isma.

"Ya udah..."

★★★

Rian membukakan pintu untuk mertuanya, kedua paruh baya segera masuk karena ingin segera melihat istrinya.

"Kamu udah panggil dokter nak?"

"Udah pa.. Rian kembali dari apotik dia sudah tertidur"

"Tunggu aja dia bangun..." Ucap Rahma menanggapi. Rian mengangguk.

To be continue

Suami Pengganti [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang