29. I love you too

4.3K 139 0
                                    

Ismi habis shalat isya memilih berkutat dengan leptopnya diatas meja dikamar mereka. Ia melihat perkembangan usahanya selama dua Minggu ini.

Grafik penjualannya naik drastis. Ia sangat bahagia bahwa kebab yang dibuatnya banyak yang menyukainya. Dari kalangan anak-anak,remaja sampai dewasa banyak yang suka.

Ismi juga mencatat apa yang kurang untuk bahan evaluasi kedepannya. Kritik dan saran juga Ismi terima dengan baik lalu diolahnya agar menjadi bahan pembelajaran kedepannya.

Semuanya ia catat dalam buku khusus, tiap bulan Ismi akan mengevaluasi semuanya. Agar usahanya terus berkembang.

★★★

Rian masuk kedalam kamar tanpa mengetuk, terlihat istrinya sedang serius menatap leptopnya sampai ia masuk kamar istrinya belum menyadarinya.

Rian melangkah perlahan dan memeluk Ismi kuat sampai istrinya itu terkejut.

"Honeyy... Bikin kaget aja" ucapnya kesal.

"Hehe... Maaf... Kamu sih terlalu serius dengan itu" Ismi menghembuskan nafasnya yang memburu karena kaget.

"Ck... Aku pengen nonjok muka kamu itu beneran, kalau aku jantungan gimana?" Menatap suaminya kesal.

"Untunglah kamu tidak punya riwayat sakit jantung... Hehe... Iya..iya... Maaf.. nggak lagi" Rian menggaruk belakang kepalanya karena istrinya itu menatapnya dengan mata berkilat marah. Rian mendekat lalu mendekap Ismi.

"Kamu lagi ngerjain apa emang? Hmm.." Ismi menghembuskan nafasnya perlahan.

"Tidak ada.. aku hanya menulis sesuatu tentang warung" ucapnya.

"Ohh.. ada yang perlu dibantu nggak?"

"Nggak ada... Sejauh ini masih aman-aman"

"Kalau misalnya butuh bantuan bilang sama aku yank"

"Iya...hon" Ismi mengangguk. Rian melangkah pergi menuju ranjang. Ia baringkan tubuhnya dan meminta istrinya memijit kakinya.

"Masih ada yang perlu kamu kerjakan?"

"Udah selesai kok, kenapa?" Ismi naik keranjang dan mijit kaki suaminya.

"Nggak... Nanya aja..." Rian menikmati pijitan istrinya. Padahal dia hanya bercanda .

"Yank...keluar yuk..."

"Kemana?"

"Jalan-jalan"

"Aku ganti baju dulu, kamu juga ganti gih" Ismi turun dari ranjang, diikuti suaminya.

★★★

Rian mengemudikan mobilnya dengan Ismi disampingnya.

"Kita mau kemana hon?"

"Kesuatu tempat yang indah... Aku pernah berjanji akan membawa pasangan ku suatu saat kesana"

"Mmm... Gitu? Oh ya.. hon... Seandainya kita tidak berjodoh kamu akan melajang selamanya?"

"Mungkin..."

"Ck.. pertanyaan ku begitu panjang tapi jawabannya hanya mungkin?" Ismi berdecih menatap Rian.

Ia memilih membuang pandangannya keluar jendela, agar suaminya berkonsentrasi mengemudikan mobilnya.

Mobil yang dikemudikan Rian sudah memasuki area yang dimaksud tadi. Ismi menoleh.

"Ini tempatnya?" Rian mengangguk. Ismi turun dari mobil. Dia menutup mulutnya takjub dengan pemandangan indah itu.

Ini seperti di puncak tebing?

"Ini tebing?"

"Iya..."

"Wah... Hon... Ini indah sekali, itu dibawa sana rumah warga?"

"Iya... Rumah warga..."

"Lampu-lampu ini kok indah sekali dilihat dari sini? Gimana caranya mereka buat ya?"

"Nggak tahu, aku tidak pernah menanyakannya" Ismi takjub dengan hiasan lampu itu.

"Kamu tahu dari siapa ini tempat?"

"Aku lihat di postingan seseorang, karena aku tertarik ya aku telusuri ternyata disini... Yuk duduk dulu... Kita pacaran" Rian merangkul lengan Ismi untuk mengajaknya duduk.

"Woalah aku baru lihat ada tempat duduk disini" Ismi mengedarkan pandangannya ke sekeliling, terlihat beberapa pasang muda-mudi sedang duduk di tempat yang disediakan. Disini ada beberapa bangku yang hanya pas diduduki dua orang saja.

Rian menatap istrinya tersenyum, istrinya menoleh karena sadar ia tatap.

"Kenapa?" Tanya Ismi. Rian mendekati Ismi lalu memeluknya erat.

"Terimakasih sudah menjadi bagian dari diriku, walaupun aku tahu kamu belum mencintaiku tetapi aku akan menunggumu, i love you my wife"

"I love you too my husband" bisik Ismi ditelinga Rian. Rian melepas pelukan mereka. Ia menatap istrinya lekat.

"Benarkah? Sejak kapan?" Tanya Rian.

"Sejak megalitikum" ucap Ismi sebal.

To be continue

Suami Pengganti [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang