13. Bosan

6.9K 264 0
                                    

Ismi merutuki dirinya karena lupa menanyakan kesukaan pria itu yang berstatus suaminya. Jadi dirinya bingung memilih bahan makanan yang mana. Karena dia sudah agak lama dan lelah berkeliling tanpa tujuan, akhirnya dia memilih bahan makanan sesuai seleranya. Biarlah nanti dipikirkan seandainya Rian menyukai menu yang lain.

Ismi memilih sayur dan ikan yang kelihatan segar. Dan juga cemilan yang ia suka. Semuanya ia masukan di troli yang ia dorong.

Sebelum meninggalkan area supermarket Ismi memeriksa lagi belanjaannya dirasa sudah aman, dia mendorong troli itu keluar dari supermarket menuju mobil yang terparkir tidak jauh dari pintu masuk.

Sopir Rian yang melihat istri bosnya mendekat mendorong troli merasa bersalah.

"Maaf Bu... Tidak membantu mendorong ini"

"Tidak apa-apa Dirga... Masukan saja ini ke mobil."

"Baik..." Ismi sudah berkenalan dengan sopir suaminya ini dan meminta agar dipanggil dengan nama tetapi pria itu menolaknya karena ini wajib bagi mereka selaku bawahan Rian Atmaja.

Ismi iya-iya saja walau dirinya tak terbiasa, kedepannya dia akan belajar membiasakan diri dengan lingkungan barunya.

Setelah belanjaannya masuk semua, wanita itu masuk kemobil menunggu sopir mengembalikan troli ke tempatnya.

★★★

"Kenapa lama? Ada yang terjadi disana?"

"Tidak ada... Aku hanya terlalu lama berkeliling saja karena lupa menanyakan sesuatu kepadamu"

"Menanyakan apa?"

"Tidak.. lupakan saja" Ismi membawa belanjaan kearah dapur. Ia akan menyusunnya di kulkas. Tapi sebentar saja, ia akan memasak dulu. Dia sepertinya sudah lapar apalagi pria itu. Karena mereka berdua sarapan bareng dirumah orang tuanya tadi pagi.

Rian hanya menggeleng saja. Ia duduk didepan tv yang menampilkan berita selebriti tanah air, yang kebanyakan membahas retaknya rumah tangga.

Dia menghembuskan nafasnya, dan mengganti channel lain yang tidak membahas tentang selebriti.

Dia terus mengganti siaran tv mencari siaran yang bagus akan tetapi tidak ada, karena bosan dirinya memilih mematikan tv dan membawa kursi rodanya mengarah ke dapur.

Sampai didapur matanya terpaku pada wajah yang serius menumis sesuatu dibalik komfor. Ia tersenyum bahagia. Sedangkan istrinya belum menyadari kehadiran.

Tiba-tiba pekikan panik Ismi terdengar. Rian melotot melihat Ismi memegang telinganya.

"Kenapa?"

"Ahhhh" Ismi terkejut karena tidak menyadari kehadiran pria itu.

"Kamu ini bikin kaget saja" ucapnya kesal.

"Kenapa kamu memegang telingamu?"

"Aku lupa tidak mengalas tanganku dan memegang wajan itu"

"Coba tanganmu mana? Tidak apa-apa?" Ismi mengulur kan tangan nya.

"Tidak apa-apa"

"Lain kali hati-hati, atau kamu nggak usah masak lagi, besok-besok aku akan mencari pembantu"

"Aku tidak apa-apa ian... Karena terlalu serius masak makanya aku lupa"

"Ya udah hati-hati, kamu masak apa itu?"

"Aku masak terong aja sama ikan laut, sana masuk lagi, aku nggak nyaman kalau ada yang liatin aku sedang masak" Ismi melanjutkan kegiatan nya.

"Aku pengen liat kamu masak aja kenapa sih?" Ismi melotot menatapnya tanda ia tidak terima.

"Oke-oke aku ke halaman saja... Ingat hati-hati"

"Iyaa..."

★★★

Rian kini sedang berada di teras rumahnya. Dirinya sungguh bosan, kalau hanya duduk-duduk saja. Untuk mengusir rasa bosannya, ia menelepon sekretaris nya.

"Halo... Iya bos?"

"Bagaimana keadaan kantor?"

"Aman bos... Masih dalam kendali"

"Bagus... Seminggu lagi aku mulai kerja"

"Oke bos... Semoga cepat sembuh"

"Thanks... Bye" Rian menutup panggilannya. Lalu dia membuka sebuah aplikasi permainan yang sudah lama tidak ia mainkan. Sudah setahun mungkin game ini tidak dibuka-buka karena dirinya terlalu sibuk.

Ia sudah turun rank. Daripada bosan dia memainkan satu putaran saja. Ia memilih Hero yang sering ia mainkan dulu. Walau banyak Hero baru tetapi ia tidak berkeinginan membeli yang baru.

Ia memainkannya. Lawannya sedikit tangguh tetapi timnya lumayan juga. Di bar chat muncul chat yang berwarna merah tandanya chat ini dari lawan. Mereka memprovokasi timnya.

Waktunya membalikan keadaan. Berhasil timnya victory. Tertulis Epic comeback. Rian meregangkan tangannya yang terasa kaku.

"Kok di panggil GK nyaut?" Suara Ismi terdengar.

"Oh... Maaf sayang... Aku GK denger" cengirnya gugup. Ismi mendengus.

"Ayo... Makan, masakannya sudah masak" Rian mengekori istrinya yang menghentikan kakinya kesal. Rian meringis karena kesalahannya tidak mendengar panggilan istrinya dari dalam. Semuanya gara-gara game.

To be continue

Suami Pengganti [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang