33. Rumah Pohon

3.8K 113 0
                                    

Isma merutuki dirinya lupa membawa baju renang. Padahal dia ingin berenang dikolam yang berhadapan langsung dengan laut.

Isma melihat vila adik iparnya ini terletak di bukit, jadi laut biru itu terlihat indah dari sini, lalu angin sepoi-sepoi terasa membelai tubuhnya.

Terdengar langkah kaki dari belakangnya, ia menoleh ternyata Ismi.

"Beruntung banget Lo dapat suami seperti Rian"

"Kenapa Lo ngomong gitu?"

"Lo nggak merasa, suami Lo itu kaya banget? Vila ini saja ratusan juta bahkan milyaran loh Mi... Seandainya gue bisa punya suami kayak Rian"

"Cih... Mana ada yang mau sama Lo" ejek Ismi.

"Jangan mulai deh... Ini waktunya hepi bukan bertengkar sama Lo... Sana bikin anak sama Rian aja biar cepat kasih aku ponakan cantik sama ganteng, dan jangan ganggu aku" Isma mendorong Ismi pergi.

"Apaan sih.. omongannya" gerutu Ismi. Ismi pergi meninggalkan kakaknya. Kakinya melangkah kearah dapur. Dia sepertinya ingin makan sesuatu.

Sampainya disana ada seorang wanita paruh bayah yang sedang berkutat dengan alat-alat dapur.

"Dia yang selalu rawat vila ini yank" suara Rian mengagetkan Ismi yang sedang memperhatikan Bibi yang mengurus vila.

"Eh.. Aden..." Cengirnya.

"Bi... Kenalkan istriku Ismi" Rian memperkenalkan Ismi kepada Bi Salma

"Wah... Aden so beautiful is your wife hehe" ucap Bi Salma ala bahasa asing.

Ismi menggaruk belakang kepalanya malu-malu, cantik dari mana.

"Halo... Bi salam kenal ya.." Ismi mengulur tangannya.

"Salam kenal juga Non" disambutnya tangan Ismi.

"Aden... Dikit lagi makan siangnya siap... Maaf bibi sedikit telat"

"Tidak apa-apa Bi, ini masih belum waktunya kok" balas Rian.

"Kami masuk dulu ya Bi"

"Iya... Den..."

★★★

"Kenapa malah masuk kamar?" Tanya Ismi bingung lebih ke protes.

"Kita anu dulu, aku pengen" Rian memeluk Ismi dari belakang.

"Iss... Bentar... Aku pengen jalan-jalan ke sekitar vila" Ismi melepas dekapan Rian. Mau tak mau Rian menuruti istrinya. Ia tekan dalam-dalam hasratnya itu.

"Ya udah yuk... Aku temani" Ismi tersenyum sumringah ketika suaminya tidak memaksa nya.

Ismi merangkul lengan suaminya dan mengikuti kemana pria itu pergi.

"Luas banget vilanya ya,"

"Mungkin... Aku akan membawamu ke area belakang vila" Rian melangkah melewati beberapa ruangan entah ruangan apa ia tidak bertanya lebih lanjut. Sampailah dihalaman belakang vila. Beberapa meter dari sana ada kebun buah. Ismi menganga lagi.

"Wow... Kebun buah?" Rian terkekeh melihat istrinya itu. Rian memetik satu buah jeruk lalu ia mengupasnya, lalu mengulur kan ke depan bibir istrinya.

"Aaa... Gimana rasanya?" Ismi memakannya.

"Manis banget hon.. lagi... Aaa" Rian memasukan sisa jeruk ditangannya di mulut Ismi.

"Yang ngurus ini juga bibi Salma?"

"Ada tukang kebun khusus ngurus ini"

"Oh gitu... Dikit lagi panen ini berarti?" Ismi berkeliling diarea jeruk ini.

"Iya... Kayaknya"

"Tapi kok... Kelihatan nya sepi banget ini vila?"

"Entahlah... Suaminya bibi Salma dan anaknya kan disini"

"Oh gitu..."

"Ayok ikut aku..." Rian melangkah lagi memasuki kebun jeruk. Terlihat ada tembok tinggi dan ada sebuah pohon rindang? Ismi menautkan alisnya. Ia hanya mengikuti suaminya dari belakang saja.

"Lihat keatas?" Tunjuk Rian. Ismi menoleh keatas, makin bingung.

"Ada apa di atas?"

"Rumah pohon, yuk naik" Rian mengitari pohon itu yang ternyata ada sebuah tangga tali.

"Rumah pohon?" Ismi mengikuti Rian dan memanjat naik. Setelah naik Ismi menelisik rumah pohon ini.

"Kok ada rumah pohon hon?"

"Iya.. waktu kecil aku main disini, lalu aku patah hati karena kamu juga aku bersemedi disini" Ismi menoleh menatap suaminya.

"Patah hati? Kapan?" Ismi mengingat-ingat.

"Aah itu... Jadi kamu lari kesini untuk nenangin diri?" Ismi ingat cerita suaminya saat itu. Rian mengangguk.

"Iya... Gimana?"

"Apanya?"

"Kita coba cetak baby disini" tanya Rian menaik-turunkan alisnya menatap Ismi.

To be continue

Suami Pengganti [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang