46. Ataya Lamanta

3.4K 112 0
                                    

Wajah-wajah yang sedang menunggu seseorang diruangan bersalin terlihat penuh syukur, pasalnya dari dalam terdengar suara tangisan bayi.

"Alhamdulillah ya besan... Kita sudah jadi nenek" ucap Sarina bahagia.

"Iya besan... Alhamdulillah" keduanya saling berpelukan menyalurkan rasa lega mereka.

Pintu ruangan tersebut terbuka dari dalam. Wanita berpakaian serba biru keluar dari ruangan itu.

Isma mendekati dokter tersebut, dia juga ingin mengetahui keadaan adiknya.

"Dokter... Gimana keadaan anak dan cucu kami dokter? Sarina bertanya.

"Ibu dan anak baik-baik saja, bayi masih sementara di mandikan, sebentar lagi kalau sudah pindah ruangan bisa dikunjungi"

"Baiklah... Makasih dokter" ucap kedua wanita yang sudah jadi nenek itu.

"Sama-sama...mari.." pamitnya.

Isma lega mendengarnya, begitupun kedua pasangan orang tua tersebut.

★★★

Ismi sudah dipindahkan keruang rawat, semua orang menunggui wanita yang sudah berubah status menjadi seorang ibu itu. Setelah dipindahkan wanita tersebut merasa ngantuk dan tertidur.

Binar bahagia yang terlihat dari kedua Orang tua Ismi dan juga Rian begitu kentara. Mereka begitu gemas pada bayi yang baru lahir itu. Bayi yang berjenis kelamin perempuan yang telah diberi nama Ataya Lamanta Atmaja.

"Bibir sama alisnya ngikut mamanya, selain itu Rian semua" celetuk Sarina memperhatikan bayi mungil itu.

"Bener Tante.. Rian versi cewek nih" balas Isma yang juga memperhatikan ponakannya juga.

"Suatu kebanggaan anak perempuan mirip papanya" ucap Rahma.

"Semoga sifatnya ngikut mamanya, jangan bapaknya" Sarina berucap sarat akan ejekan.

Rian yang mendengarnya hanya mendengus saja. Biarlah orang tua.

"Kok gitu? Kenapa emang sama Rian?" Tanya Rahma penasaran.

"Kalau bukan ngikut aku siapa lagi? Mama kok ada-ada saja sih?" Protes Rian sebelum mamanya menjawab pertanyaan mertuanya, bisa hancur wibawanya di hadapan mertuanya itu.

Lenguhan Ismi terdengar dari ranjang. Perlahan Ismi membuka matanya. Ia melihat semua mata tertuju padanya.

"Sudah bangun nak?" Tanya Rahma. Ismi mengangguk.

"Naikan ranjangnya gih" Sarina menunjuk Rian yang segera di lakukannya.

"Nak makan dulu ya... Tadi asisten kamu nganterin makanan ini.. mama suap ya.." Rahma membuka rantangan yang dimaksud tadi.

"Nggak usah ma... Biar Ismi sendiri yang makan"

"Nggak.. biar mama yang nyuapin kamu" Ismi merona karena mamanya seperti menganggapnya anak kecil saja.

★★★

Ismi menatap suaminya yang memandangnya penasaran saat Ataya ada di dekapan nya.

"Kamu mau nimang Ataya?" Rian menggeleng.

"Tidak... Aku takut dia jatuh atau remuk, dia terliha rapuh dan mungil sekali.." ucapnya menolak padahal dia pengen juga.

"Coba aja dulu, tidak akan apa-apa"

"Benarkah?" Ismi mengangguk.

"Ya udah... Aku ingin mencobanya" Ismi mendekati Rian dan menyerahkan sang bayi mungil tersebut. Rian merasakan perasaan bahagia sesaat menggendong putrinya.

Rian menempelkan hidungnya ke hidung sang bayi lalu ia sapukan. Bayi mungil itu merespon dengan cara seolah menghapus bekas hidung ayahnya.

"Haha... Liat dia aduhh gemesnya" Sarina yang paling heboh melihat respon sang bayi. Yang lainnya hanya kekehan saja terdengar karena bayi belum sehari itu seperti menolak kelakuan ayahnya tetapi masih anteng saja digendongan sang ayah.

"Semoga jadi anak yang soleha ya nak..." Bisik Rian di telinga putrinya. Sang bayi menggerakkan kepalanya seolah merespon ayahnya. Rian tersenyum menatap sang bayi.

Orang tua yang melihat kelakuan Rian hanya diam saja tanpa menanyakan hal ap yang dibisikan pria itu.

Sedangkan Ismi yang sedari tadi melihat Ataya tak kalah gemes. Dia juga ingin menggendong bayi mungil tersebut tetapi ia urungkan nanti saja ada saatnya.

To be continue

Suami Pengganti [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang