53. Rivan

3.6K 109 3
                                    

Rahma menatap laki-laki yang saat ini menunduk dengan raut penyesalan.

"Masih berani kamu datang kesini?"

"Maafkan saya Ma.."

"Jangan panggil saya mama, saya sungguh kecewa kepadamu Rivan, saya dan suami saya sudah mempercayakan Ismi padamu waktu itu tapi kamu tega meninggalkan anakku saat jelang akad nikah kalian"

"Ada apa ini?"

"Liat dia siapa?" Riyadi menoleh saat istrinya menunjuk orang yang berdiri agak jauh dari Ismi.

"Rivan?!" Emosi Riady meningkat dia tidak menyangka laki-laki itu masih berani datang kesini.

Rivan membungkukkan badannya tanda permintaan maaf.

"Maafkan saya om Tante, waktu itu begitu pengecut meninggalkan Ismi, saya kemari tidak berharap diberi maaf tapi rasa sesal ini selalu datang menghampiri saya dan membuat saya tidak tenang, Ismi mohon maafkan aku, aku tahu maaf saja tidak mampu menghilangkan rasa benci di hatimu tapi aku saat ini lega sudah mengatakan dan meminta maaf kepada kalian" ucap Rivan dengan raut wajah sendu dan ketulusan. Ini resiko baginya, mana mungkin Ismi dan juga keluarganya memaafkan kesalahannya.

"Seandainya dulu suamiku tidak menggantikan mempelai pria, mungkin saat ini kami sudah pindah jauh dari sini, rasa malu yang dilemparkan ke wajah kami saat itu cukup bisa menjadi perbincangan jelek karena mempelai pria lari saat jelang akad, tapi semua itu mungkin sudah takdir dan kita memang tidak berjodoh, dan kini aku maafkan kamu Rivan" ucapnya. Riyadi dan Rahma menatap anaknya seksama, diwajah itu ada raut bahagia yang ditampilkan, itu sudah cukup membuat kedua orang tua itu lega.

"Terimakasih Mimi" ucap Rivan dengan panggilan sayang Ismi.

"Aku masuk dulu anakku kayaknya mau nyusu" Ismi masuk kerumah orang tuanya berpapasan dengan Isma kakaknya.

"Mama sama papa mana?"

"Ada tuh lagi ngobrol sama Rivan?" Ismi mendudukkan tubuhnya ke sofa lalu akan bersiap menyusui Atha.

"Rivan?" Tanya Isma mengepalkan tangannya. Dia meninggalkan Ismi yang sedang melakukan kegiatannya.

Plaaak

"Ismaa" ucap suara Rahma dan Riyadi bersamaan.

"MASIH BERANI LO DATANG KESINI SETELAH APA YANG LO LAKUIN? BRENGSEK!?!" Rivan tidak bisa berbuat apa-apa menerima kemarahan mantan calon iparnya ini.

"LOO..." Isma meringsek maju akan menghajar Rivan tapi Rahma langsung menahan Isma.

"Lepas maa.. aku belum puas menghajar laki-laki pengecut ini"

"Sudah-sudah... Rivan silahkan pulang, karena Ismi sudah memaafkan kamu maka kami juga tidak punya alasan lagi untuk membencimu"

"Apa?" Isma menganga mendengar ucapan papanya.

"Makasih om Tante... Saya permisi"

"WOI... Mau kemana Lo... Sini looo bangsat.." Isma kesal belum puas menghajar pria itu tapi kini sudah berlalu dari hadapannya.

"Udah sudah yuk masuk" ketiga manusia itu masuk tanpa mengetahui ada orang yang sedang memperhatikan mereka dari dalam mobil.

"Bar bar juga tu cewek" pria itu bergidik pelan. Dia merasa kasian pada pria tadi yang kena gampar cewek tadi. Ia ingin berbalik saja tapi karena pesanan ibunya terpaksa dia turun dari mobil.

Ia melangkah mendekati kedai yang tertulis The Warung Kebab. Pria itu mengucapkan salam.

"Lo...?" Belum surut emosinya perihal Rivan kini ditambah lagi dengan rasa kesalnya pada pria di hadapannya ini.

"Ismaa... Yang sopan sama tamu" tegur ayahnya.

"Ada perlu apa ya mas?" Tanya Riadi.

"Maaf pak mengganggu, saya ingin memesan kebab 200 buah" Isma menganga.

"Untuk kapan ya?"

"Besok pak... Tolong kirim ke alamat ini ya... Oh ya... saya pesan yang kebab komplit ya pak..Totalnya berapa ya pak?"

"Bentar ya mas..." Riadi sedang menghitungnya. Pria itu melirik cewek bar-bar yang duduk cuek.

"Totalnya dua juta rupiah mas" pria itu memberikan nominal yang disebutkan oleh Riadi.

"Ini pak... Makasih ya... Pesanannya sudah harus diantar sebelum jam dua siang besok ya.."

"Baik mas..."

"Saya permisi"

Pria itu meninggalkan area warung. Riadi masuk meninggalkan Isma diwarung.

To be continue

Suami Pengganti [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang