37. Hari sial Isma?

3.1K 107 0
                                    

Isma mengerutkan kening ketika melihat alamat yang tertulis di kertas label, ini kan? Isma membuka komentar yang masuk ke postingan adiknya. Dia mengurutkan komentar, ia scrol komentar dari atas sampai bawah dilihatnya alamat tersebut. Lalu ia screenshot untuk jaga-jaga saja.

"Aku jalan ya guys" Riady dan Rahma menatap anaknya itu, guys? Pasangan orang tua itu menggelengkan kepalanya.

"Hati-hati" teriak Riady. Isma mengangkat tangannya tanpa berbalik sebagai respon kepada papanya.

"Ini adik-adik pesanannya sudah siap" Riady menyerahkan satu persatu kepada siswa-siswi yang sedang menunggu pesanan mereka.

"Makasih om.."

"Sama-sama anak-anak, belajar yang rajin yah..." ucapnya kepada anak-anak itu.

"Iya om, pasti.."

Riady bersyukur warung mereka tidak pernah sepi pembeli. Pelanggan mereka sangat menyukai kebab buatan anaknya Ismi.

★★★

Seperti biasa Isma mengantar pesanan sesuai urutan kecuali ada pesanan jauh akan diantar paling belakang. Kini ia menuju alamat terakhir.

Setelah didepan pagar rumah tersebut, Isma memencet bell rumah yang sudah tersedia.

Tak lama seorang wanita paruh baya keluar. Isma tersenyum menatap wanita yang membuka pagar tersebut.

"Kebab ya?"

"Iya Bu... Ini pesannnya Bu..." Wanita itu meraih bungkusan yang diserahkan Isma.

"Ini... 35 ribu kan?"

"Iya Bu... Makasih... Pamit ya Bu.." Isma pamit dengan sopan. Wanita itu tersenyum melihat Isma. Anak muda yang sopan. Pikir wanita itu.

Dipertigaan jalan Isma menyalakan sein kiri lalu membelokkan motornya. Isma begitu terkejut ketika sebuah mobil membunyikan klakson nya kuat dan agak panjang, alhasil motornya oleng karena ia hilang fokus. Untungnya wanita 28 tahun itu memiliki refleksi yang tinggi jadi dia bisa mengendalikan motornya agar tidak jatuh.

"Woiii... Mata Lo dimana? Sial... Mentang-mentang punya mobil mahal seenaknya dijalan, emang jalan ini punya Lo" Isma menunjuk-nunjuk mobil tersebut yang sudah berbelok kearah jalan yang dilaluinya tadi. Dirinya kesal, padahal dia sudah menyalakan sein tapi mungkin ini hari sialnya. Dadanya berdebar karena hampir mencium aspal.

Isma menetralkan tubuhnya karena sempat gemetar, lalu menyalakan motornya serta meninggalkan area itu.

"Ku sumpahi yang punya mobil itu jatuh cinta padaku... Eh kok aku," Isma terkekeh ketika menelaah sumpahnya barusan. Lalu tersadar.

"nggak..nggak.. ogah...kalau yang punya mobil itu om-om perut buncit, iiiihhh...amit-amit cabang bayi" Isma bergidik ngeri membayangkan seorang pria perut buncit.

Lelaki yang sedang menyetir tadi memperhatikan wanita yang memakai baju kurir itu lewat spionnya. Dirinya terburu-buru karena ketinggalan berkas penting, jadinya dia tidak sempat minta maaf kepada pengendara motor tersebut.

Brian memarkirkan mobilnya didepan pagar lalu membuka pagar rumahnya. Ia berlari kecil lalu membuka pintu rumahnya.

"Loh... Brian? Kok pulang lagi?" Tanya mamanya.

"Ada yang kelupaan ma.." balasnya.

"Ohh... Gitu.." mamanya melanjutkan memakan sesuatu ditangannya.

"Mama makan apa?"

"Oh ini... Mama pesan kebab" Brian mengangguk.

"Brian pergi ma.."

"Iya.. hati-hati"

Brian keluar tak lupa menutup lagi pintu rumahnya. Ternyata kurir tadi itu gadis yang waktu itu? Brian menggeleng ngapain mikirin gadis urakan itu.

Pria itu masuk kemobil lalu menyalakannya, ia harus cepat sampai ke kantor karena berkas ini akan dipakai untuk meeting dengan koleganya.

Dia melihat arlojinya waktu meeting sudah mepet. Ia melajukan mobilnya diatas rata-rata agar cepat sampai. Pasalnya, koleganya ini sangat penting untuk kemajuan perusahaannya.

To be continue

Suami Pengganti [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang